77. Love babies ❤

7.6K 819 50
                                    

Kalo lewat 650 dalam dua hari, aku bakalan gercep bikin. 😆😉😉

[MY SWEET CELINE]

2 Hari kemudian.

Ruangannya begitu luas dengan barang serba berwarna pink dan biru. Dindingnya hampir tak ada celah, semua dipenuhi foto dan khiasan-khiasan beserta mainan gantung sebagai aksesori yang sungguh memanjakan mata. Ada dua ranjang khusus anak kecil terpisah dengan diantaranya terdapat box bayi yang ukuranannya setara seperti tiga box bayi disatukan.

Sara berdiri membungkuk dibelakang tubuh anak sulungnya yang sekarang begitu hening akibat terkesima melihat dua bayi mungil menggemaskan yang terdapat di dalam box, bayinya saling berdampingan dengan jarak yang pas diantara mereka. Satu bayi dibedung dengan selimut kecil berwarna pink, dan satunya lagi dengan selimut berwarna biru muda.

Perlahan bibir Sara melengkung, hidungnya mendengus gemas kala melihat anaknya yang tak mengedip dalam waktu yang lama. Mata Celine membulat, fokus menatap dua adik kembarnya dengan bergantian.

'Cuup.'

"Kakak ga bicara-bicara. Hehe. Lihatin dedek terus dari tadi. Gemes, ya?" Bisik Sara kini berdiri dengan kedua lututnya tepat dibelakang sang anak.

Dua hari kemarin Celine tidak tahu ibunya melahirkan. Celine diajak oleh Alex untuk menginap, diiming-iming bayi sebagai teman bermain. Belum lagi Kenan yang kebetulan ada di Indonesia, dan pastinya akan selalu ada untuk Celine.

"Umm,.. dedeknya bobo? Kenapa ga berisik kayak semalem?" Kicau Celine sibuk menyernyit kala memikirkan jawaban atas pertanyaan yang ia beri.

"Karenaa,.. umm,.. karena udah nenen. Dedeknya udah nenen, udah mamih mandiin, udah pake baju anget, jadinya sekarang tinggal bobo." Sara tersenyum manis mengusap kedua bahu sang anak. Kening Celine yang menyernyit ketara itu benar-benar membuat Sara gemas. Belum lagi bibir Celine yang mengerucut seolah masih kebingungan.

"Dedeknya lucu, ya. Hehe. Kayak boneka! Kakak jadi pengen ajak maen! Ayo! Hehehe!" Ucap Celine tiba-tiba saja begitu bersemangat. Rambutnya yang diikat tinggi di beberapa titik kini bergerak kesana kemari.

"Dedeknya masih rentan, kakak. Bisa, kok, main. Tapi nanti, yaa. Ga papa, kan? Dedeknya ga bisa kena angin lama-lama, kena matahari lama-lama juga ga bisa." Sara tersenyum penuh kelembutan ditengah rasa berat hati. Ekspresi tak sabaran anaknya membuat Sara cukup merasa sedih.

Celine sontak membeku, bibirnya yang melengkung keatas lama kini mulai turun hingga akhirnya melengkung lesu dengan tatapan polosnya yang menuntut pada sang ibu. Ibunya dengan sabar memberi tahu, mengusap kedua sisi bahunya, memberi banyak senyuman penyemangat pada dirinya. Ibunya benar-benar sabar.

"Ga papa? Kalo mau main masak-masak, bisa mamih temenin, kok. Yuk! Mau?" Ucap Sara menyatukan kedua tangan sang anak. Wajah cantinya maju mendesak.

"Hehehe. Mau main masak-masak disini aja. Mau main sama dedek. Kakak gemes banget kalo denger suara dedek berdua. Suaranya aneh! Hihihi." Celine menciut malu-malu menerima tatapan manis itu.

"Pinter! Biar bibi-bibi bantu ambil kalo gitu. Kakaknya minta tolong dulu. Minta tolong dengan sopan, yaa." Sara tersenyum simpul seiring merayu. Dengan lembut Sara mengusap sisi wajah cantik anak sulungnya ini.

"Siaap! Yeay! Dadah mamiiih!" Tiba-tiba saja Celine berlari kencang, melesat cepat meninggalkan Sara yang melotot syok atas ulahnya.

"Yeay! Main di kamar dedek! Horee!" Teriak Celine terus melompat ceria dengan senyum cerah penuh rasa bahagia yang tak bisa ia sembunyikan.

My Sweet CelineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang