95. Cerai💔

45K 2.5K 144
                                    


Sara keluar dari mobil dengan segera, tanpa sempat menutupnya. Sara berlari sekencang mungkin melewati jajaran anak tangga serta teras yang luas tuk bisa memasuki rumah. Rasanya begitu lama bagi Sara, ditambah lagi kakinya pendek.

Sara sudah tiba di play room anaknya di lantai dasar. Dalam keadaan berkeringat dan cemas, Sara dikejutkan dengan ketidak beradaan dua anak kembarnya.

"Yunii! Tiaa! Anak saya manaa?! Yunii!" Teriak Sara segera memeriksa balkon tuk memeriksa taman sekaligus.

"Yuzaa! Sharon!"

"Yuza sayaang! Kalian dimana, naak?!" Teriak Sara berkaca-kaca kala berjalan tuk memeriksa kamar mandi.

"Dedek! Yuza! Sayaang!" Teriaknya berdiri di antara kusen pintu kamar mandi.

Sara melipat bibir tuk menahan tangis. Segera dirinya meninggalkan ruang bermain anaknya yang luas serta penuh mainan ini. Dirogohnya saku dress yang ia pakai tuk meraih ponsel di dalamnya.

'Drrt!!'

"Halo! Halo Arum! Celine gimana? Celine mau pulang, kan?" Tanya Sara berjalan melihat ke kanan ke kiri di seisi rumah besar ini. Tidak ada siapapun. Kebetulan memang para pelayan hanya datang saat subuh tuk bersih-bersih, lalu akan datang saat dipanggil, berbeda dengan pengasuh yang akan ada saat anaknya ada.

"Nyonya,.. nyonya, maaf. Non Celine udah diambil sama pak Bayu, nyonya. Tuan besar sudah duluan. Pihak sekolah bilang sudah diambil dari satu jam lalu."

Gemetar suara Arum dengan jelas Sara dengar. Sara mencelos dibuatnya.

Perlahan langkah Sara berhenti dalam keadaan mata berkaca-kaca. Kepala Sara mendongak lemah menatap sekeliling ruangan super duper luas yang menghubungkan ruang kumpul keluarga dengan ruang makan, ditambah tangga mewah sebagai akses tambahan. Pasti anak kembarnya sudah di ambil juga.

"Ssut! Kalian diem! Gimana ini? Hiks. Nyonya kasiaan. Hiks." Seorang pelayan berjinjit menempelkan wajah pada jendela besar rumah ini.

"Kasian nyonyaa. Kita harus gimanaa."

Tiga pelayan mengintip dari jendela pojok rumah. Terlihat nyonya mereka mulai berlari cemas tuk menghamipiri pintu.

Sara berteriak minta tolong dengan kencang. Secepat mungkin Sara menuju pintu akses keluar yang paling dekat dengan dirinya. Dirinya menggedor pintu kaca dengan tambahan tralis. Tepat di depannya ada kolam renang di kejauhan.

"Toloong! Bi! Pak! Buka pintunya, pak! Kalian bantu sayaa! Hiks. Toloong!" Teriaknya menggedor kaca besar pintu dengan kuat.

"Toloong! Bii! Mang! Pak!"

"Tolong sayaa! Hiks. Kalian bantu sayaa! Hiks. Hiks. Saya mau ketemu Yuza sama Sharon!" Teriak Sara sampai kedua kakinya menginjak tak sabar pada lantai. Suasana di halaman luar amatlah sepi.

"Hiks. Hiks. Mas Yuda, bukaa!" Jerit Sara frustasi. Dirinya kehilangan harap.

'Tleng!'

Hbby❤

Tunggu aku pulang.

Anak-anak aman.

Sara kesulitan menelan ludah. Perlahan matanya menutup lemah, bibirnya mencebik sedih.

Sara berlarian dari satu pintu ke pintu lain. Di tangannya ada pisau besar khusus daging yang tak henti berusaha ia pukulkan pada kaca jendela rumah. Ada besi tralis yang menghalanginya.

"Eergh! Eerrgh!" Geramnya mengayunkan tangan sekuat mungkin.

'Kreek.'

My Sweet CelineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang