78

6.3K 678 42
                                    

Sore hari..

"Apa, cayaang? Dedek cantik! Geulis! Hehe. Asik yaa main dicinih?" Ucap Sara begitu penuh semangat menggoda bayi mungilnya yang ia dekap ini.

Sara duduk di teras rumahnya yang menghadap pada halaman luar, dimana disana pemandangan begitu indah. Ada taman super besar, ada flying fox, istana balon Celine yang dirapihkan, juga ada rumah pohon yang terlihat kecil dari kejauhan sini, dan banyak lagi pemandangan lainnya. Taman belakangnya begitu luas seolah tak memiliki ujung. Di dekapnya bayi cantik dengan penuh kasih sayang. Di sampingnya ada sosok pria tampan yang mendekap bayi laki-laki mereka dalam hening. Yuda sibuk terpesona menyaksikan tingkah istrinya.

"Kalo ini, kalo ini mah ganteng! Kasep pisan. Umm? Iya, cayaang, kaseep." Sara kini beralih menggoda bayi laki-laki yang Yuda dekap. Yuda duduk menyandar pada kursi yang membuatnya duduk setengah telentang.

"Kasep? Haha. What is that mean?" Gumam Yuda mendengus gemas.

"Hehe. Kasep itu ganteng, mas. Itu bahasa Sunda." Sara mendengus. Wajahnya memerah kala tatapan suaminya semakin dalam.

"Kalo geulis itu cantik. Mamih cantik!" Lanjut Yuda kini mengusap sisi wajah sang istri. Mata mereka saling menatap dalam, keduanya terpesona satu sama lain.

Tanpa mereka sadari, keduanya mendekatkan posisi wajah mereka. Yuda yang setengah telentang dengan segera bangkit tuk mendekatkan wajahnya. Lalu keduanya sama-sama memejamkan mata disaat bibir mereka sudah saling menekan.

"I love you. You're such a great mother. And makasih udah jadi ibu tiri yang baik buat Celine. Bahkan kamu ga mau dibilang ibu tiri dan ga sadar kamu seorang ibu tiri. I think pasti sulit ada ibu tiri sebaik kamu, walaupun memang pasti ada. Celine bahkan ga bisa jauh dari kamu sedikitpun." Yuda mengedip seiring menahan tengkuk sang istri dan memberikan usapan disana.

"Aku bisa hidup tanpa kamu, Sara. Yes i do! But i'm not sure aku bisa hidup bahagia tanpa kamu sebagaimana bahagianya aku hidup berdampingan sama kamu," ucap Yuda berterus terang.

Sara mengedip lembut sebagai akuan. Suaminya selalu ada disetiap ia butuhkan. Sara yang mandiri sejak kecil, sendirian sejak remaja, hanya ada Dewi sebagai sahabat, kini memiliki pasangan tempat ia mengadu, bercerita, saling membahagiakan satu sama lain.

Keduanya kembali menyandar tenang menatap pada matahari yang terbenam perlahan disana. Dengan senang hati Sara menyandar pada Yuda, begitu pula Yuda yang membiarkan tangannya menjadi bantalan. Berbeda dengan Yuda, Sara tak mampu menggendong bayinya hanya dengan satu tangan saja.

'Cuup.'

"Tidur aja kalo ngantuk. Jangan dipaksain." Yuda tersenyum menatap pada hutan disana. Jarinya mengusap rambut Sara dan bayi perempuannya dengan bergantian.

Sara yang sesekali terpejam hanya bisa mendengus saja sebagai jawaban. Usapan suaminya membuat ia tenang. Ya, Sara sudah sangat lelah seharian.

Hari kini semakin malam. Sara sibuk menemani dua bayi kembarnya yang menangis saling bersahutan satu sama lain. Kedua bayinya menolak diberi ASI lewat dot. Keduanya ingin didekap langsung, sementara Sara kesulitan melakukannya dan itu tidak mungkin.

Keresahan begitu kentara di wajah cantik Sara. Dirinya menyusui bayi laki-lakinya dengan tak tenang akibat suara nyaring bayi perempuannya itu terus menggema.

"Oek! Oek!" Suara bayi perempuan itu terus hadir. Puting dot selalu ia tolak untuk masuk.

"Ya ampun, bii. Tolongin ya, bi, yaa. Mungkin Sharon sama Yuza sama sama lagi ga nyaman minum lewat dot. Ssst!" Ucap Sara berakhir meringis tak tenang.

My Sweet CelineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang