27. Menangis lagi. 💔

15.3K 1.2K 218
                                    


"Sst. Pelan-pelan, sayang." Sara tersenyum begitu lembut juga penuh kesabaran. Tangannya mencekal tanpa tenaga pada tangan Cèline.

"Emangnya disini bisa ada tikus, ya?"

"Kata bi Surti, di rumah ini anti tikus, kalo di rumah bi Surti baru, deh, ada." Cèline duduk sigap menghadap pada Sara. Tangannya menggenggam salep pemberian Yuda sebelumnya.

Sara hanya mampu terkekeh dengan tatapan yang hanya tertuju pada wajah Cèline. Cèline manis sekali, Sara merasa dilindungi dan dibela disini, padahal Cèline tak tahu apa-apa.

"Mamah minta bantu di bagian punggung, boleh?"

"Boleh. Apa aja boleh. Hihi. Just for you." Cèline mengangguk-angguk begitu semangat, tubuhnya beringsut mendengar dengan senang hati. 

"Mamah lesu? Abis capek-capean, ya?"

"Mamah abis capek dari mana? Abis main kejar-kejaran sama papah, ya?" Tebak Cèline dengan senang hati menerima salep yang Sara oleskan terlebih dahulu ke tangan mungilnya.

"Enggak, enggak main apa-apa, kok. Celine udah makan?" Tanya Sara begitu sabar mengangkat kedua sudut bibirnya.

"Udah. Hihi. Pas Cèline bangun, mamah ga ada. Terus kata bi Surti, mamah lagi ketemuan sama papah. Terus lagi, katanya harus makan banyak, baru boleh ketemu mamah."

Sara mencelos mendengar celotehan Cèline yang begitu manis juga ceria. Saat Sara melihat Cèline berkomunikasi dengan orang lain, Sara selalu dibuat takut dengan temperamen Cèline, tapi saat bersamanya, Cèline selalu begitu manis.

"Sstt! Aakh!"

"Mam-mamah? Sa-sakiit? Cèline ga sengaja." Cèline seketika berubah mencicit menyesal.

"Enggak. Enggak sakit, kok, sayang."

"Cèline lanjutin lagi, ya." Cèline pun tersenyum juga tak jadi untuk menatap wajah Sara.

"I-iya, sayang." Sara melipat kuat bibirnya kala suara tangisannya sulit ia tahan. Jika tidak mengendalikan hati dan pikiran, Sara sungguh sangat dihantui dengan bagaimana Yuda menyentuh setiap inci tubuhnya, Yuda begitu liar, ini membuat Sara ingin mati saja, sangat mengganggu.

"Mamah kulitnya putih, tapi sekarang lagi merah-merah. Mamah alergi, ya."

"Kalo alergi, bilang ke Cèline."

"Kalo alergi di makanan, nanti makanannya bisa pesen, jangan ada yang bikin alergi ke mamah."

Sara membungkuk menutup wajah dengan kedua tangannya. Derai airmata tak kunjung bisa ia hentikan. Ingin rasanya Sara menangis kencang, tapi bagaimana dengan Cèline. Sara juga sudah sangat tak tega membuat Cèline banyak menangis karenanya.

"Emang mamah alergi apa?" Ujar Cèline dengan bibir melengkung manis juga sabar.

"Ah? Emm? Gi-gimana?" Ujar Sara tergagu. Sara dengan secepat mungkin menghapus airmata di pipi juga pelupuk matanya. Sampai sekarang Sara terus membelakangi Cèline.

"Mam-mamaah, mamah alergi dingin. Jadi kulitnya merah." Sara tersenyum manis menahan pedih. Suaranya begitu parau juga menjadi besar.

"Mamah tidurnya, kan, pasti dipeluk papah."

"Harusnya ga kedinginan. Cèline enggak pernah kedinginan, lho, kalo bobo sama papah."

Sara tersenyum hambar tak bisa berkata-kata. Cèline tak paham, dan tak akan paham pula jika dijelaskan. Sara justru semakin sakit saja kala ingatannya kembali pada malam hari tadi. Semalam saat Sara bangun dari pingsan, Sara sudah ada di kamar kala itu, dengan Yuda yang menindihnya dan baju Sara yang tinggal pakaian dalam saja. Sara sudah memohon, memohon dengan sebisa mungkin, berbicara pun sulit, tapi Yuda tak sedikitpun menggubris, Yuda malah banyak mengeluarkan ucapan menggelikan yang membuat Sara jijik. 

My Sweet CelineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang