43. Céline marah?

10.9K 1K 71
                                    

Ini masih hari yang sama ya guys... dua eps 41, 42, 43, itu harinya sama.

Buat menyadarkan aja. Hihi.

***********

Di hari yang sama
Sore hari...

"Pindah? Kapan?"

"Bub-, bukannya ruang tamunya baru direnov?" Desak Sara, mencoba menyangkal ketidak mungkinan ini. Bangunannya saja baru, mana bisa ruamhnya ditinggal begitu saja.

"Itu baru tiga bulan lalu direnov, neng cantik."

Yuda hanya diam membeku seperti biasanya. Mata tajamnya mencuri pandang, menelisik pada rumah bertema minimalis yang terbilang mewah untuk orang menengah kebawah itu.

"Eneng tahu? Rumah bu Lina itu dibakar! Saya ngeri banget lihatnya."

"Dibakar! Ruang tamunya?" Jerit Sara tercekat tak percaya. Nata Sara melotot penuh dengan bibir yang tak berakhir mengatup.

"Eeergh! Cerewet! Minggir!"

Sara seketika membeku menatap dimana teriakan marah anaknya terdengar. Céline pasti sedang ribut dengan Surti atau salah satu pelayan lainnya.

"Itu keponakan suaminya, ya, neng?"

"Tu, yang di mobil!" Ujar ibu-ibu yang sekarang berperan sebagai nara sumber berita kepindahan Lina dan kedua anaknya.

"Ah? Itu anak saya. Hehe."

"Jadi, bibi saya dimana, ya, b-." Sara lagi-lagi kalah cepat dalam berucap.

"Ooh, .. ah? Dud-? Nikah sama Duda?"

"Jadi, ... bibi istri saya dimana!" Ujar Yuda membuang muka layak tidak berbicara pada siapapun, tatapannya menatap kesana kemari layak tidak butuh apapun.

"Ssuut. Maas, sabaar," bisik Sara mencengkeram lembut lengan sang suami.

"Emm, .. kasih tahu, ga, ya?"

"Bingung, nih. Takut dosa."

Sara seketika menyernyit kebingungan. Sara sungguh sangat penasaran dengan apa yang tetangga bibinya maksud. Sara saling mengenal dengan ibu ini, hanya pernah sesekali bertegur sapa saja.

"Bu Rahmi, saya keponakannya. Saya juga buru-buru. Saya mau tahu bibi saya dimana." Sara dengan lembut meraih lengan Rahmi yang sedari tadi sibuk menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Toloong sekali. Saya minta tolong."

Yuda seketika menatap tajam risih dibalik kaca mata hitam mahalnya. Istrinya membuat Yuda kesal, harusnya Sara tidak seperti itu. Memang susah Sara sudah terlahir lembut.

"Jadi, .. " Rahmi seketika meringis dengan mata yang tak berani menatap lama pada Sara. Jelas Rahmi kasihan.

"Tolong sekali, buu. Saya ga bakalan ganggu lagi, kok."

"Bicara gitu aja susah!"

"M-maaas!" Bisik Sara menengadah tak habis pikir pada sang suami. Suara Sara begitu kecil dengan wajah menyernyit memperingati.

"Jadi, Ratu itu hamil diluar nikah. Terus usut punya usut, yang bakar ruang tamu rumah itu juga Ratu."

"Ham-? Hamil?" Gumam Sara membeku penuh sekujur tubuh. Cengkeraman Sara pada Rahmi seketika terlepas.

"Tapi, ya, saya justru lihat sendiri ada empat orang tinggi gede turun dari mobil, terus bakar rumah bu Lina gitu aja. Setahu saya Ratu lagi di makam. Tapi pak RT ga percaya sama omongan saya."

My Sweet CelineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang