62. Bibi dan Dewi.

5.2K 624 30
                                    

Jangan lupa Komen.😉
Yang belum vote dari awal, yuk buruan!😆

[MY SWEET CELINE]

Flashback on..

"Hiks. Hiks. Tuan Yuda tega. Hiks. Ya Allah, saya ga mauu. Saya ga mau bikin bibi saya kecewa."

"Harusnya bibi ga tahu aib saya. Hiks. Harusnya Tuan Yuda ga bilang ini ke bibi. Harusnya bibi ga tahu. Hiks. Saya maluu."

Sara menangis dengan tangan mengangkat memohon penuh kerendahan hati. Mukena putih penuh renda itu begitu indah terpasang di tubuhnya. Sejadahnya menjadi saksi ia berdoa.

Sara semakin meneteskan airmata seiring mengingat kejadian tadi dimana bibinya tiba-tiba datang kesini, ke rumah dimana ia bekerja sebagai pengasuh Celine. Kejamnya, ternyata majikannya yang memanggil bibinya kemari. Ya, Yuda memang jahat.

"Terimakasih ujiannya, ya Allah. Hiks. Tapi saya takutnya ini teguran. Dosa apa sampai saya bisa dinodai oleh seorang laki-laki yang bahkan saya tidak pernah banyak berbicara pada dia. Hiks. Dosa apaa? Huuu." Sara meraung pedih, wajahnya ia tutup. Kain mukenanya sudah teramat basah. Entah berapa lama Sara menangis, mengadukan semuanya kepada Allah.

"Kak Yuda,.."

Yuda membeku dengan perlahan memutar wajahnya, menatap dingin pada Jessy yang mengejutkannya.

"Kasihan kak Sara. Kak Sara itu orang baik, baik banget bahkan. Kak Yuda ga boleh kasar-kasar ke kak Sara." Jessy menengadah memberanikan diri menceramahi kakaknya yang pasti keras kepala.

Yuda tak sedikitpun merespon. Matanya mencuri pandang pada cermin yang ada di kejauhan sana, dimana ada pantulan pemandangan Sara yang berdoa setelah selesai shalat itu. Yuda sangat lama berdiri menguping setiap kalimat pedih yang Sara lontarkan. Sara jelas tak melihatnya.

"Kak Yuda harus percaya, wanita itu suka diperlakukan lembut. Hargai kak Sara, jangan dijadikan objek."

"Kakak ga jadiin Sara objek!" Desis Yuda menatap dingin tak terima. Giginya bergemelatuk keras. Panas sekali kala mendengar ucapan adiknya.

"Secara tidak langsung, you do that!"

"Jessy duluan!" Desis Jessy mendelik sebelum ia melangkah meninggalkan Yuda. Kedua tangan Jessy tak kalah mengepal erat penuh kemarahan.

"What the fuck, Jessy?" Ujar Yuda tak percaya. Jessy seperti bukan Jessy yang selalu manis padanya.

Jessy menghentikan langkahnya sesaat setelah berhasil memutar badan dan berjalan beberapa langkah. Perlahan Jessy mengedikkan bahunya seolah tak ingin ada lagi ada pembicaraan diantara mereka.

Yuda membengis seiring menatap adiknya yang semakin menjauh itu. Harusnya semuanya tidak usah ikut campur.

Malam hari.
Rumah sakit.

Yuda berdiri tegap dengan hembusan napas besarnya. Kepalanya menengadah sempurna seiring ia memejamkan matanya semakin dalam.

Tadi, Sara dan Celine pingsan. Kondisi jantung Celine diprediksi akan memburuk cepat jikalau kebahagiaan hidupnya terganggu. Suasana hati anaknya harus dijamin selalu bahagia. Jantungnya benar-benar sensitif.

Bukan hanya soal Sara dan Celine saja yang pingsan, tapi ada lagi. Setelah sampai di rumah sakit dan selesai segala penanganan, Lina tiba-tiba saja datang. Bibi dari calon istrinya itu sibuk mengancam. Sungguh Yuda ingin sekali mencekik sosok bernama Lina itu. Lina sibuk menyumpahi dirinya, dia pikir dia siapa? Ingin sekali Yuda melayangkan pisau ke bibir bibi dari Sara itu.

My Sweet CelineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang