86.

4.4K 499 57
                                    

"Asi aku ga keluar, mas." Sara menatap pada suaminya yang duduk di kejauhan sana, dengan laptop yang asa di atas paha."

"Tadi masih ada, tapi dikit. Iya, tadi." Yuda mengangguk meyakinkan istrinya yang masih belum terkoneksi itu.

"Tadi? O-ooh, i-iya."

"Haha. Iya, tadi, Sara sayang, Sara cantiik." Yuda tak sedikitpun menyembunyikan senyuman, justru dirinya dengan senang menjahili istrinya. Sara sontak bersemu merah mendapatkan tatapan itu. Tatapan suaminya tidak pernah berubah, kecuali saat marah dan lapar, sisanya selalu sama, menatapnya dengan penuh rasa kagum.

"Biar aku cari pengukur tekanan darah dulu. Pasti ngaruh."

Sara mengangguk, tubuhnya mulai menyandar pada sandaran ranjang, alat pemompa asinya ia rapihkan di atas meja yang ada di dekatnya ini. Padahal biasanya asi Sara melimpah, beda dengan tadi yang hanya keluar beberapa tetes.

'Cuup.'

Sara meringis menutup mata dengan bibir mengulum senyum. Yuda mengecup ujung kepalanya dengan kuat, membuat kepalanya tertekan hingga menunduk.

"It's gonna be okay. Jangan ngelamun." Yuda dengan mudah melangkahi tubuh bagian bawah istrinya untuk bisa duduk di atas ranjang. Tingkahnya membuat sang istri meringis syok.

"Sini, biar dokter Yuda yang ganteng periksa dulu nyonya Sara yang cantik." Yuda mengulum senyum manis, lengan Sara ia raih selembut mungkin.

"Hahaha. Persis Celine banget. Ada-ada aja."

"Hei! Aku itu dokter! Cuman ga hadir sidang aja. Suami kamu itu dokter!" Ucap Yuda sengaja menajamkan tatapannya pada sang istri.

"Ya ga bisa lah, ga resmi! Mana ada, maas," Ejek Sara mengerucutkan bibirnya.

"Aku ga butuh pengakuan! Aku yang tahu sendiri aku sepintar apa!" Sembur Yuda menarik dagu istrinya.

Tingkah Yuda membuat Keduanya saling memandang lama. Jelas kondisi lemas istrinya terlihat kentara, meski istrinya berusaha begitu ceria, Yuda bisa melihatnya dengan jelas.

"Iyaa, suaminya aku pinter, cerdas! Makanya anak-anaknya pinter semua." Sara tersenyum mengusap dagu suaminya.

"Yup! Siapa dulu bapaknya."

"Siapa dulu yang ngandung!" Timpal Sara.

"Siapa dulu yang paling semangat bikin." Yuda mencebik meledek puas pada istrinya yang diam seribu bahasa. Dengan angkuh dirinya semakin mengangkat kedua alis tuk mendesak istrinya menjawab.

"Ya dua-duanya laah. Aku lho yang minta mas Yuda bolehin aku hamil."

"Masa?" Sahut Yuda tak mau kalah. Bibirnya mencebik mengejek Sara yang lemah namun begitu manis.

"Bodo!" Lanjut Yuda mendesis menyeramkan.

"Iih! Ngeselin yaa kalo udah gituu! Eergh! Mas Yudaaa!" Rengek Sara menepis kedua tangannya dengan kaki bergerak tak mau diam. Suaminya kebiasaan sekali menjahilinya dengan jurus itu, dan entah kenapa Sara selalu tak sadar.

Yuda tertawa besar melihat tingkah istrinya yang terus merengek marah-marah seperti anak kecil diambil dotnya. Pipi istrinya yang menggembung itu sungguh membuatnya gemas, apalagi warnanya semakin merah merona saja.

"Tekanan darahnya agak rendah," ungkap Yuda sontak membuat istri terdiam penuh.

"Ak-aku lemes, aku ngerasain. Tapi,.. Tadi buktinya masih bisa becanda."

"Tapi lemes. Hmm?" Lanjut Yuda memberi pertanyaan retoris pada istrinya.

'Cuup.'

Segera Yuda mencuri kecupan dari bibir istrinya. Yuda biarkan istrinya diam merenung, Sara butuh waktu.

My Sweet CelineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang