34. Papah-Mamah.

15.8K 1.3K 160
                                    


Jangan lupa vote, komen, share yang sering, dan juga follow jikalau mau. 😁😘

Follow IG juga boleh. 🙃😌😅🥰😘🤩❤
Instagram: @fatwamulhan23

***********

Pagi hari....

Sara berakhir meringis kala kesulitan mengangkat sudut bibirnya untuk tersenyum. Sara tertidur menyamping dengan Yuda yang mendekapnya. Mereka berdua sama-sama tak berbusana.

"Kamu emangnya siap ngelayanin dia? Dia itu laki-laki bernafsu besar, susah jaga hasrat, makanya dia perkosa kamu."

"Siap, Sara siap."

"Bibi tu takut kamu diselingkuhin nantii. Hiks."

"Insya Allah enggak, bi. Allah insya Allah ga bakalan sekejam itu ke aku. Aku udah ikhlas nikah sama tuan Yuda, setidaknya Allah beri kehidupan manis juga indah nantinya."

Sara mengedip-ngedip dengan helaan napas panjang di hidungnya. Semoga saja tidak, Sara juga entah kenapa memiliki penilaian jika Yuda bukan tipe yang suka berselingkuh, entah, Sara tak tahu.

Sara membeku dengan telapak tangan Yuda yang beralih dari perut pada bahunya yang terekspos bebas. Sara terpejam kala merasakan dengan betul kecupan Yuda di belakang bahunya.

"Hoek! Hoek!"

"Emmh!" Ringis Sara, mengambil handuk dengan tubuh berusaha untuk bangkit keluar dari dekapan Yuda. Rasa mualnya muncul lagi, padahal semalam tidak.

"Hoek! Hoek!"

Sara berlarian secepat mungkin menuju kamar mandi dengan handuk yang ia pakai erat. Mulutnya terus ia bekap kuat.

Yuda menyernyit kala tangannya jatuh diatas kasur dan tak ada yang bisa ia dekap. Yuda semalam benar-benar nyenyak dan sangat erat memeluk Sara, bahkan semalam posisi mereka berhadapan.

"Hoek! Ohok. Ohok." Sara membungkuk dengan wastafel luas nan mewah yang ada di hadapannya.

"Ssst. Pusing lagi, mual lagi juga." Sara meringis lemas dengan bibir mengerucut menahan rasa pusing di kepala.

Sara terpejam kala rasa mualnya mulai menyeruak, lalu Sara dengan segera membungkuk, mendekatkan wajahnya ke dalam.

"Hoek!"

"Hoek!"

Sara mencengkram meja wastafel tuk mengumpulkan tenaga. Kepala Sara menunduk lemas dengan dada yang ia tekan. Perlahan satu tangannya menekan pelipis untuk sedikit dipijat.

"Hehe." Sara terkekeh tipis kala melihat permukaan kulitnya yang tak lagi putih pink mulus. Banyak tanda di kulitnya, itu bekas Yuda.

"Ah? Ada minyak kayu putih."

"Wangi, seger." Sara mengendus dengan botol tutup botolnya yang ia buka.

Tanpa sadar, Sara terpejam seiring menghirup wangi segar berani yang tercium dari botol minyak kayu putih yang ia genggam erat ini. Sara merasa rileks juga membuat nyaman.

"Ssst. Huuh." Sara perlahan mengeluarkan napasnya lewat mulut.

"Ssst!"

Sara meringis terkejut, matanya membuka kala merasakan dekapan erat dari belakang yang tiba-tiba hadir memeluk dirinya.

"Mas Yuda?" Gumam Sara, menatap pantulan wajah Yuda dari cermin besar yang ada di hadapan mereka.

"Ini, dicek." Yuda tersenyum manis merengkuh tubuh Sara yang mungil, Sara seperti anak SMP, tingginya hanya sampai dada tengah Yuda. Setahu Yuda tinggi Sara 153 senti meter, memang sangat pendek untuk ukuran wanita yang biasa menghibur Yuda.

My Sweet CelineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang