89. Love

5.6K 483 83
                                    

Sara terpejam meresapi dekapannya pada sang suami. Semilir angin malam semakin menghembus saja seiring motor ini melaju entah kemana, yang pasti mereka hanya akan berduaan sama sampai besok pagi sekiranya anak mereka bangun.

Yuda mendengus kala terasa istrinya membenarkan kupluk pada kepalanya hingga rambut Yuda yang cukup panjang untuk ukuran seorang pria tak lagi terhembus angin.

"Kemana, mas? Suara aku jelas, kan?!" Ucap Sara harus meninggikan nada suara. Motor mereka terlalu bising.

"Biasanya juga telepati."

"Haha. Bisa aja!" Sembur Sara bersemu merah, lalu dirinya lanjut membenarkan kupluk jaketnya sendiri.

"Mas Yuda makin sini makin gombal terus. Hmmm? Geli tahu, mas. Hehe." Sara begitu manis mendongak mencoba menatap suaminya.

"Geli apanya?"

"Ya pokoknya geli aja. Suka merinding di badan, kalo denger mas Yuda gombal aneh-aneh." Sara mengulum senyuman, perlahan kedua tangannya merayap mendekap dua sisi bahu suaminya di depan.

Yuda hanya mengedik saja, senyumannya mengembang tanpa bisa ia tahan. Dengan semangat dirinya mengemudikan motor semakin memasuki jalanan luas dengan kanan kiri dipenuhi pohon. Suara deburan ombak mulai terdengar, semakin jelas seiring motornya melaju.

"Kamu ga kedinginan? Aku bawa coat buat selimut, sama bantal juga."

Sara tak menggubris ucapan suaminya. Kedua mata indahnya sibuk terkesima menatap indahnya laut bercampur dengan malam yang gelap namun dipenuhi banyak bintang di langit. Sara sangat menyukai laut, apalagi di malam hari, dalam keadaan sepi, hanya ada suara alam laut saja.

"Ah? Gimana, mas? Kita mau nginep?" Sontak Sara terkesiap, kini wajahnya maju mendongak.

"Iya, nginep disini aja, jangan di hotel."

Sara mengangguk mengiyakan walaupun ragu. Suaminya yang kuat, memiliki banyak skill bertahan hidup membuatnya yakin. Suaminya bahkan sering mendaki gunung, gunu Everest pun pernah suaminya jajaki dan tidak hanya sekali. Sejak kecil suaminya memang sosok yang aktif, banyak bereksplorasi, mencintai alam, itu kata suaminya.

Keduanya berjalan berdampingan. Sara berjalan mengikuti langkah besar suaminya dengan kedua tangan yang masuk kedalam saku jaket. Kedua kaki mereka rak memakai sandal seiring menelusuri bibir pantai.

"Ga ada orang ya, sepi, seru." Sara tersenyum tipis menatap menelusuri laut yang bagaikan tak berujung.

"Sepi, bagus buat zinah."

"Astaghfirullah! Maas!" Kejutnya melotot, dengan spontan dirinya memukul pada lengan kokoh Yuda. Yuda yang diperlakukan seperti itu hanya tersenyum puas tanpa dosa.

"Zinah itu kalo bukan muhrim, bukan sama pasangan suami atau istri. Kalo udah nikah, sah, bukan zinah, justru ibadah."

"Massa?"

"Bodo!" Pekik Sara merengek kesal. Sara tahu jawaban suaminya.

"Haha! Pinternyaa!" Gurau Yuda mengusap ujung kepala Sara hingga rambutnya berantakan. Semakin Yuda tak menjaga tingkahnya, semakin istrinya menghilangkan jarak apalagi sikap canggung.

"Apa yang paling bikin kamu bisa mencoba buat jatuh cinta sama aku dulu?" Tanya Yuda tiba-tiba.

"Pasti awalnya ga mau. Ya, kan?"

"Ah? Umm,.." Sara mencebik tipis seiring mendongak kebingungan.

"Aku penasaran aja." Yuda perlahan memutar tubuhnya, sesaat dirinya mendengus tipis.

My Sweet CelineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang