10. No mamah 💔

71.5K 3.2K 279
                                    

Aku mau ngasih tahu kalo bab ini aku revisi.
Semoga kalian ga kecewa.
Aku merevisi, menambah atau mengurangi bagian bagian yang menurut aku kurang logis, kurang pas, dan kurang greget. Pastinya aku berusaha sebaik mungkin.🤗

*************

Pagi hari.

Kamarnya begitu luas dengan meja billiard yang menjadi suguhan awal beberapa meter setelah pintu. Jauh di sana ada ranjang yang sandarannya menyentuh dinding, sedangkan kedua sisi kanan dan kirinya jauh dari dinding. Ini adalah kamar Yuda. 

Di kamar Yuda ini ada sofa besar bersama karpet yang sepasang. Harga sofanya mencapai 16 miliar, belum lagi dengan koleksi-koleksi antik yang menggantung dengan posisi teratur. Ada pistol, pisau, cerulit, sampai cambuk pun ada. Semuanya tidak akan bisa dijangkau Celine, dan Celine tahu itu berbahaya. 

"Makan lagi, okeey? Buka mulutnya."

Di atas ranjang sana sedang terjadi perdebatan alot antara gadis kecil dan ayahnya. Pria berbalut kimono itu dengan sabar merayu anaknya agar mau menerima suapan bubur sumsum di sendok. Celine terus memojok pada ujung ranjang.

"Papah mohon sama Celine. I'm begging you. Ini juga buat kesehatan anaknya papah." Yuda sudah lelah, dirinya lelah memaksa dan bertengkar. 

"Paapaaah! Huuuu!"

"Hiks. Hiks." Celine merangkak menuju ayahnya, ia meringkuk menelusupkan wajah di dada bidang ayahnya.

"Hiks. Huuuuu. Bangun tiduur mamahnya ga adaaa. Huuuu. Jaahaat! Hiks."

"Ga ada perpisahan. Hiks. Padahal Celine inget, Celine terakhir dipelukin mamah. Diciumin. Hiks. Hiks. Tapi pas bangun ada di rumah ini, mamah ga ada. Hiks. Hiks." 

"Kenapa jaaahaat?" desak Celine kecewa.

"Mamah ga jahat, mamah ga jahatin Celine." Yuda menunduk mengusap kepala anaknya. Ia berucap apa adanya. Sara tidak jahat.

Yuda membeku kala anaknya mendongak bagai patung. Ekspresi anaknya sangat datar, bahkan cenderung dingin kecewa. Dengan manis Yuda tersenyum, memberitahu kalau dirinya bangga anaknya tak lagi menangis. 

Yuda mengusap bawah mata anaknya, menghapus bekas aliran deras air mata itu. Perlahan Yuda berusaha menunduk, butuh posisi benar agar didinya bisa menunduk menjangkau kening itu.

"Kalau mamah ga ikut Celine ke sini, itu berarti mamah ga sayang Celine. Padahal mamah tahu papah ga larang mamah ikut," ungkap Celine parau. Sorot matanya pada Yuda memancarkan kekecewaan yang teramat dalam. 

"Atauu,.. hiks. Hiks. Atau papah yang usir mamah? Hmmm? Hiks. Papah suka galak-galak. Papah kemarin galak-galak ke mamah, papah pasti bentak-bentak mamah pas Celine ga tahu!!" lanjutnya mulai marah di tengah kekecewaan.

"Celinaa,.. no! Papah ga pernah bentak mamahnya kamu." Yuda menampik.

"Bohong! Eerrghh!" bentak Celine memukul kuat perut Yuda bersama bengisan di bibir.

"No, no, nooo,.. papah jujur! Papah jujur ga pernah galak-galak ke mamah." Yuda hanya bisa berucap itu di tengah acara memukul anaknya yang semakin menjadi. Kedua telapak tangan Yuda membuka menghalangi pukulan yang akan anaknya beri. Tidak, Yuda tidak melawan, hanya menghalangi pukulan saja.

My Sweet CelineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang