82. ❤❤

4.8K 577 64
                                    


Dua hari kemudian.
Pagi hari.
UCSF MEDICAL CENTER.

Tubuh Sara telentang di atas ranjang pasien dengan mata menutup rapat. Disamping kanan kiri ranjangnya ada Indah dan Arum yang setia menemani.

"Sst! Hhh,.. sst!" Ringis Sara tiba-tiba. Keningnya menyernyit, matanya terpejam kuat, seolah ada rasa sakit yang hadir tiba-tiba.

"Ny-nyonyaa?"

"Ssst! A-arum, saya dimana? Ini dimana?" Tanya Sara hampir tak terdengar. Matanya sulit membuka lebar.

"Nyonya lagi di rumah sakit, nyonya. Semalam,.."

"Nyonya sedang di rumah sakit. Semalam suami saya suruh saya sama Arum kesini. Nyonya pingsan disini." Indah dengan lembut meraih mengusap punggung tangan Sara. Ucapan Indah membuat Sara merenung lama.

"Sharon? Akh! Sst! Celine sama Yuza? Mas Yuda? Suami saya, suami saya mana?"

"Ssut. Nyonya yang tenang, jangan dulu mikirin banyak hal."

Sara terbelalak seiring ingatannya tersusun dengan sempurna, kedua tangannya mencengkeram lengan Indah dan Arum dengan bersamaan. Tidak, ini tidak mungkin. Pasti ingatan itu palsu, ingatan itu tidak benar. Sara belum terima sepenuhnya.

Sara berjalan tertatih-tatih dibantu Arum juga Indah. Sebelumnya Sara menolak untuk menaiki kursi roda. Arum bilang jikalau kamar suaminya terhitung dekat.

"M-maas. Assalaamu'alaikum, mas. Ini aku."

"Mas tidur, kan? Tidur yang nyenyak, mas. Cepet sembuh, kayak semula lagi. Kepala mas Yuda pake perban. Hiks. Kenapa? Tangan mas Yuda juga. Hiks. Hiks." Sara duduk menunduk lemas. Airmata menetes deras. Kedua tangannya bergetar, tak berani meraih lengan kekar sang suami yang dipenuhi perban.

"Katanya kita mau liburan sama temen mas Yuda. Kita ke pulau, bulan madu, kan? Mas Yuda bilang gitu."

'Cuup.'

Dikecupnya punggung tangan sang suami dengan penuh cinta. Betapa dirinya teramat mencintai sang suami. Betapa Sara rindu kehangatan suaminya, Sara pula ingin mereka harmonis kembali. Dua hari kemarin mereka bisa dibilang tak eberkomunikasi sama sekali. sara yang repot dengan tiga anak, dan suaminya yang benar-benar sibuk mendatangi proyek di dua tempat berbeda.

"Ga mungkin aku selingkuh. Itu haram buat aku. Mau aku dijahati pun, aku ga bakalan selingkuh. Pernikahan itu tentang komitmen, kayak yang mas Yuda selalu bilang ke aku." Sara menghapus sisa airmata dengan tegar. Sara yakin isi hati suaminya mengatakan tidak. Kisah cinta mereka begitu erat, melekat kuat. suaminya hanya takut dibodohi saja.

"Kapan suami saya bangun, pak Bayu, Mbak Indah?"

"Dokter bilang pagi ini di jam 6. mungkin sebentar lagi nyonya. bisa aja tuan sempat sadar, terus lanjut tidur." Bayu menjawab.

Sara yang merasa tidak puas pun hanya bisa mengangguk saja. Sara belum tahu kondisi suaminya separah apa. Sara takut kalau ternyata kondisi suaminya tidak sesuai dengan kondisi fisik dari luar. Dari luarpun sudah sangat memprihatinkan.

"Nyonya lebih baik ganti pakaian dulu. Nyonya mandi dulu," ujar Indah berdiri berdampingan dengan suaminya.

"Iya, nyonya. Arum order makanan juga."

"Iya, Arum, Indah. Makasih. Makasih banyak juga, pak Bayu." Sara mengangguk dengan sudut bibir yang mengangkat sesaat.

Sara mengangguk meneguhkan hati kala tak ikhlas melepas genggamannya pada sang suami. Lalu bibirnya melengkung lembut tuk menyampaikan isi hatinya seiring menatap wajah tampan itu. Semoga suaminya cepat sehat kembali.

My Sweet CelineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang