70. Baby.❤

7.4K 770 125
                                    


Yuda berjalan menggandeng Sara menuju salah satu taman yang lebih mirip disebut sebagai hutan asri yang pohonnya berjajar teratur. Ini masih di wilayah kediaman mereka. Mereka kesini untuk berziarah ke makam anak kedua mereka. Sara sudah begitu cantik dengan gamis dan kerudung yang terpasang indah pada tubuhnya.

"Buang sampah ke tempatnya, ya, sayang. Anak pinter." Sara mencoba tersenyum manis seiring mengusap kepala anaknya. Setiap menuju ke rumah peristirahatan anaknya yang kedua ini, hatinya selalu terasa mencelos.

"Oke, mamah. Hihi. Mamah jangan murung! Kan, ada Celine. Kalo mamah sedih, dedek sama kakak jadi sedih." Celine menengadah seiring menggenggam mengusap punggung tangan sang ibu. Di tangannya ada bungkus ciki bekas dirinya.

Yuda yang mendengarnya seketika tersenyum manis mengusap kepala anaknya. Anaknya pintar sekali. Celine tahu jikalau Sara sangat terpukul atas gugurnya si calon bayi, calon adik dari Celine. Dalam dekapan Yuda ada gambar anaknya. Bukan gambar asli, melainkan reflika yang Yuda sengaja minta pada seniman dan ahli teknologi yang handal agar bisa sempurna. Karena gambar asli bayinya tidak seperti ini, melainkan wajahnya biru, ungu, sangan mengenaskan.

"Enggak, sayang, mamah ga murung, kok. Makasih banyak, yaa, sudah selalu menyemangati mamah." Sara tersenyum teramat lembut. Diusapnya sisi wajah sang anak. Celine pintar sekali.

"Yuk! Mamah jangan sedih, harus semangat! Sini peluk! Hihi." Celine dengan senang hati berjalan mundur seiring memeluk ibunya yang melangkah lamban.

"Anak pinter! Kakak Celine makin pinter terus, makin soleha." Sara tersenyum memejamkan matanya seiring mengikuti ucapan dari sang anak.

Ketiganya berjalan bersamaan. Tangan mereka saling menggenggam seiring memasuki area hutan kecil ini yang sekarang dirubah drastis menjadi taman bak surga buatan. Itu sengaja Yuda desain demi kebahagiaan istri dan anaknya agar bisa nyaman saat sering datang kesini. Sara bisa tiga kali datang kesini dalam satu harinya. Sara selalu banyak berdoa, banyak mengaji disini.

"Assalaamu'alaikum, adiknya kakak! Hihi. Kita semua kesini lagi today. You alright?" Ucap Celine berjalan perlahan seiring menarik tangan sang ibu dan ayah.

"Ini ada papah, ada mamah. Dedek pasti nungguin kita, ya? Kitanya tadi sibuk, jadinya sedikit telat. Kan, kakak harus mandu dulu biar wangi, mamah juga sama. Kalo papah, papah baru aja pulang kerja." Celine tersenyum mulai duduk diatas kursi yang sudah Surti persiapkan.

Sara mendengus membiarkan airmata menetes. Yuda dengan sigap mendekap dirinya dengan tak lupa mengusap menenangkan. Sulit untuk Sara tidak menangis, terlebih Sara tak sempat sedetik pun menatap dan mendekap langsung anaknya.

"You said anak kita udah tenang disana? Hmm? Ga papa. Boleh sedih, but jangan berlarut-larut. Itu bisa ngerusak kita justru." Yuda terpejam menekan hidungnga pada sisi wajah Sara seiring ia berbisik lembut.

'Cuup.'

Sara terpejam melipat bibirnya agar suara isaknya tidak terdengar. Andai Tuhan sekali saja memberi kesempatan dirinya mendekap dan menatap langsung.

"Kakak udah lancar, lho, ngajinya. Diajarin sama mamah. Hehe." Celine tersenyun mengusap tanah kuburan adiknya yang sedikit demi sedikit ia bersihkan dari beberapa daun gugur yang tak sengaja hinggap. Setiap hari kuburannya selalu dibersihkan oleh para pelayan.

"Ini, simpen dulu? Hmm?" Ucap Yuda menyerahkan gambar bayi cantik pada istrinya. Figuranya sangat istimewa, dibalut mas asli dengan berlian yang sengaja mengelilingi.

"I-iya. Makasih, mas." Sara mengangguk membiarkan Yuda menghapus airmatanya seiring ia memeluk figura tuk ia simpan.

"I love you, don't cry." Yuda tersenyum mengecup pipi sang istri. Senyuman lirih istrinya sudah sedikit membuat Yuda tenang.

My Sweet CelineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang