51. Mengejar Sara.

10.4K 939 120
                                    

Siang hari..

"Mamah cantik, mamah cantik, sekali, sekali. Mamah mamah mamah, mamah mamah mamah, beautiful,.. beautiful."

Sara sibuk mendengus gemas seiring mendengar nyanyian sang anak dengan nada 'are you sleeping' itu. Celine memang sangat kreatif.

"Berdiri di kasurnya jangan disisi, sayang."

"Oke, anak baik?"

"Okee! Hehe." Celine tersenyum penuh semangat bersama microphone yang ia genggam erat di tangannya. Hari ini dirinya mengambil libur, tidak ada gurunya yang datang.

"Nyanyi apalagi, yaa? Micnya bagus, jadi mau terus nyanyi nonstop."

"Eh, suara Celine lebih bagus. Betul, mamah cantik?"

"Hehe. Betul, sayang. Suaranya anak mamah emang merdu." Sara tersenyum manis dengan tangan yang berhenti menyusun benang wol miliknya khusus merajut ini.

"Coba nyanyi lagi, mamah mau denger. Sambil mamah beres-beres, kakak hibur mamah sama dedek."

"Kalo dedek suka lagu apa? Coba mamah tanyain, kakak mau tahu. Hehe."

"Susah, sayang. Dedeknya belum bisa bicara. Haha. Anaknya mamah ada-ada aja." Sara tersipu gemas atas ulah sang anak. Celine ada-ada saja, terlalu cerdas.

"Celine suka takut. Hiih! Sereem!"

"Perut mamah terus besaar, takut meledak. Ih! Harus periksa ke dokter pokoknya!"

Celine menyipit cemberut bercampur ketakutan. Tubuh ibunya tidak ikut membesar banyak, hanya perutnya saja yang terus membesar.

"Dedek enggak mandi-mandi, ya, jorok! Harusnya dikeluarin, mandi bareng, terus dimasukin lagi, deh, biar bobo. Terus ulang kayak gitu, biar dedek bersih, enggak gerah juga."

"Celine betul, kan, mamah cantik? Hihi. Nanti Celine bantu keluarin dedeknya, deh, everyday. Kakak juga bakalan bantu masukin lagi, rutin! Hehe. Ini janji! Hihihi."

"Ayo peluk dedek sama mamaah! Yeaay!"

"Hey! Jangan lari gitu! Aaa!" Jerit Sara dengan sigap membuka lebar tangannya. Celine membuatnya cemas.

"Yeay! Hahaha! Berhasil peluk mamaaah!"

"Yeeye, yeeye. Hore!" Jerit Celine berjinjit menghentak semangat seiring memeluk menyelundupkan wajahnya pada perut sang ibu.

Sara mendengus manis seiring mengusap kepala sang anak. Celine selalu manis pada dirinya, hanya saja sangat menyeramkan saat bersama orang lain.

"Mau telfon oma, ga? Hehe. Kita telfon bareng-bareng."

"He'em. Celine juga udah lama ga communicate  with abang. Kata abang, kalo pacaran itu harus sering communicate." Celine menengadah menatap polos penuh keseriusan, bibirnya mengerucut manis.

"Abang suka ngambek, lho, kalo Celine bikin hal yang dia ga suka. Tapi ngambeknya justru bikin marah! Masa ngambeknya diem, ga bisa diajak ngobrol. Ngangguk terus, kayak orang bisu!"

"Ga boleh marah-marah terus, dong, anaknya mamah. Hehe." Sara tersenyum membalas tatapan serius sang anak yang begitu manis itu.

"Katanya, Celine jangan temenan sama cowok. Tapi suka langsung Celine cubit bibirnya."

"Bibir siapa!" Ujar Sara hampir menjerit syok. Anaknya kenapa harus mencubit?

"Bibir abang! Karena Celine ga suka abang atur-atur gitu. Aturannya aneh abisan! Bikin Celine muak!"

"Tapi abang asik, kok,.. lumayan. Kadang asik juga ga banyak bicara. Hihi. Bicaranya kalo protes aja sih. Tapi kadang nyebelin banget kalo udah kayak patung liberty."

My Sweet CelineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang