"Apa, mas, kata dokter?" Ujar Sara ikut membeku. Suaminya diam saja sedari tadi."Maas? Mas Yuda ngelamun?" Ucap Sara penuh kelembutan. Perlahan tangan Sara merayap tuk meraih lengan sang suami.
Yuda terus membeku menatap pintu yang sudah menutup sempurna, bekas para dokter dan perawat. Katanya kondisi Sara benar-benar seperti sulap. Harusnya bahkan belum mampu banyak bicara.
"Ha? Ya? Kamu bicara apa tadi?" Ujar Yuda tersadar setelah Sara berhasil meraih lembut tangannya.
"Kata dokter, mas. Tadi apa?"
"Tadi, dia bilang kamu bakalan dicariin obat, butuh buat tulang kamu biar cepet sembuh. Mereka pokoknya sediain semua, kita tinggal nerima aja." Yuda menatap penuh keseriusan seiring menyelipkan rambut coklat sang istri.
"Kira-kira kapan bisa berdiri, bisa sedikit geser kayak orang normal?"
"Ya ga papa, ada aku yang gendong. Ada suami kamu,.. kan?" Ujar Yuda mulai membuat matanya menyipit menggoda.
"Iiih. Malah becandaaa."
"Haha. Ga kerasa, Sara sayaang." Yuda tertawa puas melihat cubitan istrinya yang bahkan tidak terasa.
"Ck! Malah becanda, maas. Aku serius nanyaa."
"Malah senyum terus! Maas! Iih. Genit! Mas Yuda genit terus!"
"Biarin, suami kamu ini, katanya paling ganteng. Haha." Yuda terkekeh begitu puas mencolek jahil dagu istrinya yang sedang cemberut itu.
"Mamaah! Yeay! Udah pupnyaa. Hehe." Celine berteriak ceria, kakinya melompat-lompat bagaikan sedang diatas trampoline.
"Larii! Peluk mamaaah!" Jerit Celine melotot mencondongkan tubuhnya, bersiap berlari layak banteng.
Sara mendengus tak habis pikir melihat anaknya yang berlarian semangat ditemani Surti di belakangnya.
"Pelan-pelan larinyaa. Hmm." Sara dengan senang hati mengusap kepala sang anak yang memeluk begitu erat padanya.
"Emh. Celine kangen mamah banget!"
"Eergh! Eemmh!" Geram Celine semakin menjadi meluk sisi tubuh sang ibu. Kaki Celine menendang naik turun begitu manja.
Yuda ikut mendengus kala istrinya tersenyum gemas. Yuda sangat senang sekali semuanya bisa kembali sempurna. Melihat Sara yang mempu berbicara jelas saja sudah membuat dirinya bahagia.
"Celine makan yaa. Katanya dari siang belum makan. Ini udah malem, mama aja mau makan sebentar lagi. Mau, ya? Mau?"
"Tapi disuapin mamah. Hihi." Celine tersenyum lebar penuh keceriaan. Dirinya menengadah tak bisa beralih dari wajah cantik sang ibu.
"Iya, boleh. Anak cantik, anak baik, anak soleha, kesayangannya mam-."
"Mamaah! Celine kesayangannya mamah! Yeay!" Jerit Celine begitu bahagia tak bisa tenang. Kepalanya menggeleng-geleng seperti sedang konser musik rock.
"Hehe. Anaknya mamah bikin mamah gemes terus." Sara dengan gemas mencubit kedua pipi sang anak tanpa tenaga.
"Sini naik. Minta tolong sama papah. Tolong, papah, Celine mau naik, mau duduk sama mamah. Bicaranya gitu. Hehe."
"Papah, toloong! Cepetaan!" Rengek Celine memerintah tak sabaran. Pantatnya naik turun seiring menatap memaksa pada ayahnya yang menggeleng dikarenakan dibuat gemas.
"Minta tolongnya, kok, gitu. Hmm?" Geram Sara begitu merdu. Wajahnya bersemu gemas. Daya tarik Celine memang sangatlah kuat.
"Yang baik minta tolongnya yaa." Sara tersenyum lembut menyisir rambut anaknya dengan jari.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sweet Celine
General FictionKisah cinta Sara Kamelia (23) dan Yuda Pratama (35) yang secara tidak langsung diperasatukan oleh seorang gadis kecil menggemaskan bernama Celina Anggun Pratama (5). Yuda Pratama si pemilik hati sekeras batu itu berujung tersentuh dengan segala per...