52. Menangis. 💔💔

8.9K 995 255
                                    


"Sara! Eergh! Aku bakalan dapetin kamu!"

"Hiks. Hiks. Mas Yudaaa! Hiks." Sara berlari penuh tenaga dengan sesekali menatap kebelakang. Entah dirinya ada dimana sekarang. Ini seperti gudang, menyeramkan.

"Sara! Sok cantik, kamu!"

"Eergh!"

Sara semakin berlari tak menentu. Keringat bercucuram tak terkendali. Sungguh dirinya sangat takut.

"Mas Yudaaa! Hiks. Mas Yuda, toloong! Aku disinii." Sara mulai menitikkan airmata. Sara butuh suaminya, Sara butuh Yuda. Sungguh dirinya trauma.

Sara melotot fokus kala melihat jajaran mobil yang begitu rapih disana. Sara sepertinya ada diujung suatu gedung. Parkirannya begitu gelap, mobilnya mewah semua.

"In-ini dimana? Hiks. Ini dimana? Aku capek. Hiks. Ya Allah, saya capek."

"Ma-aass. Hiks. Mas Yudaaa. Hiks." Sara menggeleng kehabisan akal kala disini benar-benar sepi. Semuanya mewah, tapi semua tidak berarti.

"Orang itu dimana? Aku takut, maas."

"Hai,.. Sara. Sara Kamelia, bukan?" Ujar sosok pria putih bersih bermata sipit dengan tubuh tinggi besar, berotot.

"Haha. Gagal kabur, yaa? Ck! Kasihan."

Sara membeku tergagu kala sudah bisa menatap. Itu sosok yang tadi, yang namanya Bryan, yang mengejarnya layak orang gila. Sungguh Sara ingin ini hanya mimpi saja. Bryan menatapnya dengan puas sekaligus meremehkan.

"Kamu ga mau, eksperimen selingkuh? Aku bisa jadi partner kamu, lho."

"Emangnya suami kamu siapa, hmm? Sebulan digaji berapa sama suami kamu?" Ujar Bryan dengan begitu puas berjalan lamban setengah mengelilingi, tuk mendesak Sara mundur.

"Kamu maunya apa? Ha! Jangan bicara sembarangan!"

"Saya bukan wanita kayak gitu!" Desis Sara begitu tegas tak terima. Kakinya terus melangkah mundur sedikit demi sedikit.

"Ouh! Kamu tegas juga yaa?"

"Kamu hamil berapa bulan? Aku jadi penasaran banget kamu istri siapa. Atau kamu dari kerajaan? Bisa bahasa Indonesia?"

"Aah!" Jerit Sara dibuat syok kala punggungnya menubruk dinding. Sungguh, tidak ada lagi solusi. Disini sangat sepi. Tak ada siapapun di parkiran mobil sana, bahkan begitu gelap. 

"Mas Yudaaaa! Huuu! Maaas. Hiks." Sara meraung kencang seiring menutup erat wajah dengan kedua tangannya.

"Tolooong! Hiks. Toloong! Tolong mama, Celine."

"Banyak omong, kamu, Saraa!"

"Aaaaa!" Jerit Sara dengan sekuat tenaga berlari menuju parkiran nan luas itu. Sara tidak akan pernah menyerah, Sara juga harus mencari bala bantuan.

"Help! Help!"

"Aaaa! Lepaas!" Teriak Sara, berontak penuh tenaga. Sungguh ini membuat hatinya terguncang.

"Eergh! Kena, kamu! Haha." Bryan begitu puas mendekap Sara dari belakang, hingga Sara berjinjit cukup terombang ambing.

"Eeergh! Hiks. Lepass!"

"Lepassiin! Eergh!"

Sara semakin menggeleng frustasi kala tubuhnya malah melemas. Fisiknya tidaklah kuat, apalagi dirinya sudah berlarian begitu jauh, mencari jalan-jalan yang semoga dirinya tidak diketemukan, nyatanya malah salah jalan, begitu sepi disini.

"Mamah?" Gumam Celine seketika menghentikan langkahnya dengan tubuh yang condong kedepan, bersamaan mata yang menyipit serius.

"Help! Eergh! Mas Yuda, toloong."

My Sweet CelineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang