87. Hug ❤

4.8K 538 37
                                    


Sara berlari berteriak histeris menuruni tangga. Tatapannya terus terutuju pada Jennifer yang nyaris kehabisan nyawa. Yuda tak bergeming sedikitpun, Jennifer pantas mendapatkannya.

Sara menjerit histeris kala berhasil berjongkok meraih kepala dan tubuh bagian atas Jennifer kedalam lahunan. Jennifer begitu tragis kala napasnya tersendat, matanya lemah namun memaksa membuka.

"Hiks. Hiks. Mbaak. Hiks. Bertaubat, mbak. Hiks. Biar bisa bertemu Celine. Celine pasti mau lihat ibu kandungnya. Hiks. Hiks." Sara terisak pedih mengguncang bahu yang berkucuran darah ini.

"Hiks. Celine anak baik, mbaak. Hiks. Hiks. Pasti sayang sama mbaak. Hiks."

"Cel-cel-,.. Celineee?"

Sara mengangguk mengiyakan tebakan Jennifer. Mata Jennifer sudah membuka tutup dengan berat, napasnya tercekat.

"Kam-kamuuu,.. ud-aah reb. Hhh. Rebut Cel-linee daa-ri aakuu,. Saa‐raahh." Jennifer membuang dalam keadaan lemah, terlihat wajah ketidak ikhlasan disana.

"Celin-ee. Harusnya ber- bermanfaaf bub-buat aakuuuh. Harus-nyaa kamm-uuh yaang maatii."

Sara membeku kala mencerna ucapan Jennifer yang penuh kebencian itu, lalu bibirnya tergagu, kepala Sara menggeleng tak percaya mendapati mata itu menutup, hidung itu menghembuskan napas, seluruh tubuh yang ia raih ini tak bertenaga. Ya, Jennifer mati, Sara mencoba mengecek denyut nadinya, sudah tak ada.

"Mbak! Mbak bangun, mbak! Hiks. Hiks. Mbaak." Sara begitus tak sabaran menepuk pipi Jennifer sebelah kanan juga kiri. Sesekali Sara mendekatkan jarinya pada hidung itu.

Bibir Sara membuka lebar, airmata menetes banyak dalam seketika. Kedua tangan Sara gemetar hebat, perlahan matanya tertuju pada sang suami yang tidak terlihat di atas sana.

"Celinee!!" Teriak Sara teramat kencang. Tak bisa lagi dirinya tenang, dirinya benar-benar sedih.

"Pak Bayuu! Hiks. Pak Bayu tolong bawa Jennifer. Hiks. Paaak!"

"Maaas! Hiks. Mas Yudaa, mas Yuda sayaang. Hiks. Istri kamu memohon, maas. Hiks. Bantuu." Sara tak gentar memohon, bajunya berlumuran darah hingga dada.

Yuda tak bergeming sedikitpun. Kedua tangannya masuk kedalam saku, kepalanya muncul sedikit dari atas sana, kedua matanya beradu dengan mata sembab sang istri.

Lama Sara memohon, menjerit, kini dirinya berusaha bangkit menuju para ajudan. Dipintanya para ajudan satu persatu agar ingin membantu dirinya, tapi semuanya tak bergeming sedikitpun, itu karena semuanya menunggu komando sang majikan yang tak kunjung hadir dan cenderung membiarkan.

"Maaas. Hiks." Sara menunduk kehabisan tenaga, tubuhnya berdiri lemah.

Yuda terdiam dengan tatapan dingin yang tak berhenti sedikitpun. Istrinya wanita mulia baginya, wanita yang paling tulus, berhati bersih juga putih. Yuda pikir tak ada satupun yang bisa menandingi istrinya, wanita paling sempurna di hidup seorang Yuda Pratama.

"Enough!" Ujar Yuda dengan suara yang serius.

Sontak Sara terkesiap, dengan gemetar dirinya mengangkat dagu, menatap dimana suaminya berada. Ditatapnya sang pria tampan nan dingin itu dengan penuh permohonan juga rasa terimakasih yang begitu besar. Perlahan Sara mengedip lemah kehabisan tenaga, perlahan pula tubuhnya sempoyongan.

"Saraa!" Teriak Yuda berlari secepat kilat menuju istrinya yang sempoyongan hampir ambruk.

'Bukh!'

Wajah sembab itu begitu tenang, matanya menutup lembut, satu sudut bibirnya mengangkat manis seolah memberitahu pada suaminya bahwa dirinya bangga.

My Sweet CelineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang