65. Kiss!

6K 652 40
                                    

6 bulan kemudian...
Indonesia..

"Sini, ga gitu caranya, Celina!" Geram Yuda mencubit lembut pipi sang anak.

"Tapi Celine mau gini! Ga mau! Wlee!" Teriak manja Celine dengan keras merebut tongkat untuk bermain biliar. Tubuhnya duduk menyila diatas meja biliar sang ayah. Sedangkan Sara sibuk mengetik diatas sofa di kejauhan sana.

"Hey! Anak mamah, kok, gitu sama papah? Hmm?" Ujar Sara memperingati dari kejauhan. Tangannya berhenti mengetik pada keyboard laptop.

"Papah duluan. Wlee! Harus dicubit mamah!" Desis Celine memajukan lidahnya pada sang ayah. Sedari tadi Celine sudah bergumul dengan biliar, sangat sulit untuk dirinya yang masih anak kecil.

"Kan, papah ajarin kamu. Anak papah harus fokus." Yuda sebisa mungkin tersenyum manis. 

"Papahnya marah-marah! Ga sabaran! Ga kayak mamah! Wlee." Celine membuang muka dengan angkuh. Tangannya menyilang di depan dada tanpa ragu sedikitpun. Celine memang tidak dibentak, hanya saja suara ayahnya kelas berbeda.

"Oke, oke. Papah minta maaf sama anaknya papah. Hehe." Yuda tersenyum lebar selama dan sebisa mungkin demi sang anak. Diusapnya keringat yang mengucur tanpa sadar, Sara sabar sekali setiap saat bersama Celine. Perlakuan Celine pada Sara dam dirinya pun beda.

Saat bersama Sara, Celine cenderung manja namun bisa menuruti. Beda lagi saat bersama Yuda, Celine sangat manja, banyak menolak, ingin menang sendiri. Mungkin karena memang perilaku Sara yang membuat Celine tidak berani seperti itu. Kemanjaannya pada Yuda lebih-lebih lagi. Celine berani menyuruh, memerintah pada Yuda. Pada Sara, Celine tidak seberani itu. Cara meminta tolongnya pun sangat jauh berbeda.

'Tiit!' 'Bibip!' 'Biip!'

Sara membeku menatap pewaktu di handphonenya yang berbunyi sebagai tanda batas dirinya beraktifitas telah selesai.

"Sara Kamelia!" Tegas Yuda berdiri tegap melipat tangannya penuh keangkuhan. Tubungnya menyandar berani pada meja biliar.

"Yeay! Udah satu jam! Mamah selesai! Yeay! Horeee!" Teriak Celine melompat-lompat lincah diatas meja biliar. Alat sodok bolanya Celine angkat penuh semangat layaknya seorang pendekar.

"~Yeay! Haha. Wlee! Main lagi sama mamah!~~Yeay!" Ucap Celine berubah centil dengan mata mengedip-ngedip angkuh menggoda.

Sara terkekeh dengan laptop, handphone dan tablet yang ia matikan semua. Selama satu jam tadi Sara sibuk memeriksa bisnis kapal pesiarnya itu. Yang mengambil keputusan, yang berpikir teori, semua oleh Yuda. Sara hanya memeriksa, lalu bertanya, lalu suaminya jelaskan. Setidaknya, Sara akan bekerja fokus disetiap minggunya sekarang.

"Yeay! Hehe. Jangan lupa bilang,..?" Ucap Sara berdiri dengan kedua tangan menyatu dan membuka.

"Alhamdulillah! Yeaaay! Horee! Hihihi." Celine semakin lincah saja kesana kemari diatas meja biliar. Yuda yang melihatnya hanya bisa tersenyum dengan kepala menggeleng gemas.

"Hebat! Anak mamah pinter! Sini peluk." Sara dengan senang hati melangkah merentangkan kedua tangannya.

"Hap! Hehe. Bisa sama mamah lagii. Hihi." Celine mencicit centil dengan malu-malu seiring pelukannya bertambah erat.

Sara tersenyum bahagia seiring bertatap lama bersama sang anak. Sekarang dirinya sudah mampu lagi menggendong tubuh sang anak. Sara sudah sembuh total sejak empat bulan yang lalu. Yuda sungguh melakukan segala hal demi dirinya bisa berjalan normal layak semula.

'Cuup.'

"Emmh! Gemesinnya, anak mamah. Dari tadi jerit-jerit manja ke papah. Gemessh!" Geram Sara menggesekkan hidung mancungnya pada kening dan sisi wajah sang anak.

My Sweet CelineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang