80. Fitnah!

4.9K 572 51
                                    


"Huuu! Jangan kesini! Huuu! Ga mau! Tukang selingkuh!"

Mata Sara, Fira, dan Jessy membelalak bersamaan. Di tangan Sara ada banyak mainan yang ia ambil hasil dari anaknya membanting barang dengan asal. Semuanya menonton Kenan yang dengan penuh keberanian meminta maaf pada Celine.

"Eergh! Tukang selingkuh! Cowok gatel!" Jerit Celine berdiri memojok pada sandaran ranjang mewahnya. Di tangannya sudah ada remote ac yang siap ia lempar pada Kenan.

"Waduh! Siapa yang ngajarin? Bisa-bisanya!" Bisik Fira dengan mata julidnya yang menatap keheranan.

"Ga tahu, mbak. Sst! Palingan bahasa-bahasa pelayan, Celine ga sengaja denger biasanya." Sara meringis ngeri. Anaknya sedang sangat sulit untuk diluluhkan. Saat Celine melihat Kenan ada di depan matanya, entah ulah brutal apa saja yang telah anaknya lakukan.

"Sini, yuuk, peluk mamih yuuk! Kakaknya udahan dulu marah-marahnya. Ga baik kalo marah-marah terus."

Sara menghembuskan napas beratnya. Dengan penuh kelembutan dirinya mendekap sang anak, memberi kecupan, mengusap punggung Celine, juga tak lupa memberi bisikan lembut hingga anaknya benar-benar diam terhipnotis dalam dekapan.

Yuda baru saja tiba di kamar anaknya ini. Perlahan dirinya mendekat, ikut mendekap hangat pada anaknya. Emosi seorang anak itu valid. Tidak logis untuk meminta anak tidak emosi, itu kata Sara. Tugas orang tua yaitu memberi tahu anaknya bagaimana mengeluarkan emosi dengan benar, tidak menyakiti orang lain, namun membuat diri kita lega.

"It's ok. Ssut! Kakak sedih? Hmm? Papih tahu, kok. Tapi jangan pukul abang Kenan kayak tadi. It was bad." Yuda tersenyum lembut. Itu kata-kata yang biasa ia dengan kala istrinya menenangkan sang anak.

Sara membeku haru tak percaya. Disaat saat seperti inilah suaminya selalu membuat ia kagum. Suaminya selalu turut andil, terlebih dahulu suaminya adalah seorang orang tua tunggal.

"Hiks. Hiks. Heug! Heug! Hiks. Hiks."

"No, no! Hehe. It's ok. Don't crying. Dari tadi udah nangis!" Ujar Yuda membisik bercanda.

Celine mencebik sedih. Kedua pipinya kini diusap oleh ayah dan ubunya secara bersamaan. Celine sedih, Celine tak terima, Celine cemburu. Dirinya sekolah di rumah, hanya memiliki teman tetap di tempat les balet dan kuda saja. Sisanya dirinya bertemu dengan teman sebaya yang berganti-ganti disetiap tempat bermain yang ia kunjungi bersama sang ibu. Sedangkan Kenan memiliki banyak teman, teman yang tetap, teman gadis remaja yang banyak mengambil foto manis bersama.

"Hiks. Tap-tapi abang. Hiks. Abang have a girlfriend. Abang boyfriend-nya kakak. Hiks. Abang said kayak gitu duluu. Huuuu."

"Katanya kakak ga boleh love love sama other boys. Tapi abang? Hiks. Abang curang. Hiks. Abang is cheating! Hiks." Celine duduk diatas pangkuan Yuda. Mata sembabnya menatap Sara, Yuda, Fira, Jessy dengan bergantian.

'Cuup.'

"Iya, terus apa lagi yang bikin kakak sedih? Ayo bilang! Kita dengerin disini." Sara tersenyum mengecup kedua punggung tangan anaknya bertubi-tubi.

"Enggak. Hiks. Itu aja. Hiks. Kakak ga mau lagi main sama abang. Hiks. Abang ga boleh ke rumah ini. Ga boleh peluk-peluk, ga boleh kiss, ga boleh hold my hands, ga boleh telfon-telfon, ga boleh video call lagi. Hiks. Biarin jangan kenal-kenal lagi." Celine menatap tegas ditengah kesedihannya. Kenan yang berdiri di sanaembuat dirinya ingat luka hari lalu.

"No. Abang nyesel, i'm sorry. Abang ga mau jauh-jauh dari kamu. Abang udah hapus semua fotonya. Abang buang juga tabletnya."

Celine menggeleng tegas dengan cepat. Wajah memelas Kenan disana tak sedikitpun membuat dirinya terpengaruh.

My Sweet CelineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang