69. Baby?❤

8K 694 40
                                    

"Sar, kamu belum akur, ya, sama bibi kamu?" Ucap Dewi duduk dihadapan Sara yang menggendong bayi mungilnya.

"Aku tahu, ya, kamu ga suka umbar-umbar atau curhat ga perlu ke sahabat tentang masalah begitu. Tapi aku sebagai sahabat kamu juga pastinya care, lah." Dewi berssedekap diatas meja. Tangannya ikut mengusap juga sesekali mencubit pipi anaknya dengan tanpa tenaga.

"Bukan belum akur, sih, Dew. Cuman aku kalo terus dihasut, aku ga nyaman. Aku yang ngerasain sendiri jadi istri mas Yuda. Mas Yuda bukan mafia, mas Yuda ga main tangan di rumah tangga, mas Yuda juga enak diajak diskusi orangnya. Terlebih, mas Yuda ga suka bikin ulah duluan. Ya, jadinya aku bingung. Karena setahu aku sendiri, bibi aku itu orang baik. Aku bingung banget." Sara termenung seiring mendekap memberi kehangatan pada bayi mungil yang tertidur tanpa rewel sama sekali ini.

"Padahal kamu harmonis banget sama suami. Ya, kan? Setahu aku juga, bi Lina orang baik. Ya, ga, sih?" Ucap Dewi menyipitkan matanya kala merasa semakin janggal. Lina sosok yang baik, Dewi tahu.

"Bi Lina itu bisa dibilang stritch parent ke anaknya. Mungkin karena itu. Karena juga awalnya aku nikah dipaksa mas Yuda. Image mas Yuda yang buruk, bibi simpulkan semuanya buruk. Ada salah ada enggak sih. Tapi ya tetep tidak bisa disimpulkan mas Yuda itu bakalan selalu jahat ke aku. Lagian, itu juga ga sengaja. Mas Yuda mabuk." Sara hanya bisa pasrah menghembuskan napasnya. Sara merasa bingung sendiri. Sara tidak ingin memutus tali silaturahmi, tapi bibinya selalu saja menghasut hal yang jelas Sara tidak percayai.

"Hai, adek bayi! Bangun? Hmm?" Ucap Sara tersenyum dengan mata melebar bahagia. Bayinya lucu sekali.

"Hei! Anaknya bubu bangun? Lihatin ciapa? Lihatin tante Sara yang cantik, ya? Hai, tante! Nama Aku Angga. Hehe." Dewi ikut menggenggam tangan mungil anaknya. Anaknya terus menatap polos pada Sara dan dirinya dengan bergantian.

"Dede Angga ga rewel, yaa? Hmm? Anak pinter. Tante Sara suka deh. Hihi." Sara mendengus gemas tak tahan. Jarinya bergerak mencolek hidung Angga dengan lembut. 

"Terus, nanti kamu bawa Angga, dong? Suami kamu ga papa?" Ucap Sara menatap cukup serius.

"Angga, kan, anaknya mbak aku. Mbak aku meninggal barengan sama suaminya gara-gara kecelakaan mobil. Terus abang aku udah punya empat anak, mana istrinya lagi hamil lagi. Ya aku bawa, lah."

Sara mengangguk-angguk paham. Ya, sahabatnya ini memang sudah menikah, tapi belum hamil. Dewi baru menikah enam bulan, dan Angga ditinggal oleh kedua orang tuanya di dua bulan yang lalu.

"Semoga Angga jadi anak sukses, berbakti sama kedua orang tua, jadi anak soleh, baik sama banyak orang. Aamiin." Sara terpejam sepenuh hati berdoa untuk bayi yang ada dalam dekapnya ini.

"Terus, lo, Sar? Gimana? Mau punya anak kapan? Atau Celine mau jadi anak tunggal aja, biar bisa manja sepuasnya? Hmm?" Ucap Dewi mulai duduk tegap menyandar pada kursi.

"Mas Yuda sih terserah aku. Cuman, kenapa ga kemarin-kemarin, ya karena kondisi aku ga mendukung." Sara menjelaskan seiring bayi yang ada dalam dekapannya terpejam kembali.

"Suami kamu patriarki, ga, sih? Kalo patriarti, pasti banget. Kalo open minded juga pasti banget. Soalnya suami kamu bukan orang setengah-setengah gitu, ya?" Ucap Dewi menebak dengan mata fokus menelisik pada sahabatnya ini.

"Mas Yuda itu bukan patriarki, tapi emang keras kepala. Jadi, sifatnya itu ga bisa dimasukin ke patriarki. Justru mas Yuda itu ga papa aku ga mau punya anak. Ya soalnya yang hamil aku, mas Yuda ga ngerasain. Mas Yuda malah bilang gitu." Sara mulai menyimpan bayi bernama Angga ini kedalam box yang ada disamping kursinya. Tak lupa Sara memberikan dot.

"Wih! Ck! Keren suaminya bro! Haha. Bagus banget pemikirannya."

"Haha. Ada-ada aja, kamu. Tapi emang betul, sih. Terus, mas Yuda juga bilang kalo kehidupan anak kita nanti itu tanggung jawab kita. Satu yang mas Yuda selalu pegang teguh adalah anak itu tidak minta dilahirkan, anak tidak minta dirinya terlahir dari siapa, bahkan anak itu tidak akan tahu dunia jika bukan dari si orang yang membuat dirinya terlahir ke dunia. Ya meskipun kembali lagi, itu semua takdir Allah." Sara tersenyum meneguhkan hatinya. Ucapan suaminya sangatlah benar.

My Sweet CelineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang