"Kalian wajib datang besok, ibu tekankan lagi, jika ada absen atau ibu melihat satu saja dikelas ini yang tidak hadir pada pertunjukan panggung besok, maka kalian akan.."
Membuat gerakan memotong leher dengan ibu jari, ibu Septi melanjutkan, "ini acara penting, ibu sebagai guru penanggung jawab estrakulikuler panggung membuat pernyataan ini bukan hanya sekedar omong kosong untuk kalian dengar"
"Dari pertunjukan dan penampilan kakak kelas kalian yang dilihatkan pada kalian nantinya itu akan membuat kalian membuka mata, bahwa sebuah seni merupakan warna warni yang akan membuat tampilan dunia ini seakan berbeda. Membuat suatu gerakan, memperagakan, menghayati emosi, memasuki peran itu bukan hanya sekedar datang keatas panggung dan membuat gerakan tidak jelas, lalu membaca dialog. seseorang harus meresapi peran itu sedalam dalamnya untuk mencerminkan tokoh yang diperankan olehnya..."
Aira melihat guru seni budaya itu dalam memperagakan bagaimana gerakan gerakan sulit yang harus ditanggung, lalu berkeliling kelas dengan gerakannya tersebut.
"Ibu itu mulai lagi" edgar berbisik pada kami semua.
Buku ditempatkan didepan wajahnya, sedangkan edgar menunduk untuk melihat aira yang berada ditengah, karena remi duduk dibelakang aira maka otomatis remi juga melihatnya.
Remi mengikuti membuka buka di meja, menutupi wajahnya saat dia menunduk,"benar, minggu lalu dia juga mengatakan kata kata yang sama"
"Saat seorang aktor naik keatas panggung, mereka harus sudah masuk kedalam peran mereka, membayang-
kan bahwa dia sendiri bukanlah dirinya, jika dia berakting sebagai tuan putri maka gerakan tubuhnya harus dilatih agar menjadi lebih anggun. Keanggunan itu tidak akan bisa digapai begitu saja tanpa usaha""Mereka harus melatih itu berkali kali agar dapat menggambarkan keanggunan itu sendiri. Begitu pula dengan peran menjadi seorang pangeran, atau seorang raja, mereka harus memiliki wibawa jika tokoh tersebut adalah orang yang bijaksana, tetapi jika tokoh penting itu digambarkan sebagai orang sembrono dan bar bar, mereka juga harus melatihnya untuk dapat mengenal tokoh apa yang akan menjadi mereka diatas panggung nanti.."
Posisi duduk mereka berempat berada ditengah tengah barisan, aira berada ditengah, risma didepannya, edgar di samping kanannya, mawar disamping kirinya, sedangkan remi ada dibelakangnya. Itu seperti aira dilingkari oleh mereka berempat.
"Mawar" tiba-tiba bu septi memanggil.
"Ya, ya?" Mawar yang tengah memperhatikan gerakan isyarat antara remi dan edgar, langsung tersentak saat namanya dipanggil.
"Ibu minta tolong, antarkan naskah ini pada klara aldama, di bangunan tahun kedua"
Mawar, " apa yang ibu maksud kakak klara, kelas 11.4?"
Tidak ada yang tidak menyukai anak murid yang pintar, keunggulan mawar untuk menjadi juara untuk seluruh anak kelas 10, membuatnya terkenal diantara murid murid apalagi guru guru.
Mereka akan secara tidak sadar meminta tolong pada murid yang menyenangkan mata, dan menurut mereka dapat dipercaya. Murid yang pintar, menurut mereka memiliki itu semua.
"Ya, benar" bu septi mengangguk.
Mawar berjalan kearah sana untuk menerima naskah yang dimaksud, dia merasa sudah biasa, dari sekolah dasar pun, entah kenapa guru guru seperti membuat dia sebagai objek favorite untuk mengantar sesuatu.
"Katakan padanya bahwa ibu sudah menyetujui naskah ini" bu septi berkata lagi, saat mawar telah mengambil naskah itu.
"Baik"
***
Bruk!
Tiga buku dihempaskan diatas meja secara tiba-tiba, membuat beberapa orang dikelas tersentak.
Risma melihat itu, dan berkata dengan kasar, "ada apa denganmu?"
Mawar seperti menenangkan nafasnya terlebih dahulu sebelum berbicara, "kakak klara itu, tidak mengatakan terimakasih atau apa, dia hanya melihatku dari bawah sampai keatas, apa maksudnya dengan itu, apa dia ingin merendahkan penampilanku?"
"Aku tau bahwa aku tidak sangat cantik, tapi aku yakin penampilanku juga tidak jelek.." melihat bahwa edgar ingin mengatakan sesuatu mawar membuat tanda diam, dan melanjutkan emosinya, " lihat, aku tidak terlalu jelek bukan? Kenapa dia seperti itu? Pernah bertemu juga tidak, saling berkata juga tidak, kapan aku pernah menyinggungnya?"
Edgar mendengar semua keluhannya, dan tidak bisa menghentikan komentar sebelumnya yang ingin dia buat, "menurutku kau memang tidak cantik mawar, tapi masih baik baik saja untuk dilihat mata dan tidak mengganggu pemandangan alam"
"Edgar" mawar mengatakan nama itu dengan gigi terkatup, " aku tidak ingin marah lagi, dan bisakah kau fokus pada hal utama, disini topiknya adalah salah apa aku sehingga diperlakukan seperti itu, bukan apakah aku sedikit cantik, atau aku sedikit jelek, begitu."
Edgar tertawa, dan menumpuk kaki kanannya, bersandar seperti biasa saat dia tertawa, "baiklah baiklah, aku rasa, dia tidak membencimu, dia hanya tidak menyukai semua adik kelas seperti kita ini"
Remi yang diam, dengan wajah kosong bertanya, " tidak menyukaiku juga? Kenapa? Perasaan aku tidak melakukan apa apa. Aku murid dan adik kelas yang baik"
"Tidak, sepertinya hanya adik kelas perempuan yang tidak disukai kakak klara kita tersayang" edgar berucap, melihat teman temannya masih belum mengerti, edgar tidak punya pilihan lain selain melihat aira, sebelum berpaling lagi berkata dengan helaan nafasnya, "kau lupa, dia menyukai kakak ricky selama bertahun tahun, dan sekarang tiba tiba datang seorang malaikat yang turun dari langit dan mengambil sang pangerannya, membawanya pergi ke kayangan dan kakak klara ditinggalkan sendirian dibumi, maka dari itu, dia membenci orang orang yang terkait dengan malaikat itu. Dia akan membenci semuanya, walaupun kita hanya memiliki status yang sama yaitu, adik kelas. Dengan kata lain, karna kakak ricky direbut oleh adik kelas yang datang entah berantah dan mengambil pangerannya hanya dalam waktu beberapa bulan, dia sekarang membenci semua hal yang merupakan 'adik kelas' seperti kita ini"
Kami berempat hanya bisa mengatakan
"ohhh" yang panjang untuk penjelasan berbelit belit dari edgar.Terutama aira, edgar mungkin mengatakan panjang lebar, dan mengambil kata kata yang halus agar dia tidak tersinggung sehingga aira juga tidak bisa mengatakan apapun. Karena dia tidak bisa menjawab, dan tidak bisa memberi penjelasan.
Aira hanya bisa memberikan kata kata penghiburan untuk mawar yang tengah besedih, dengan panjang lebar, dan lembut.
Tring!
Bunyi getaran handphonenya datang, aira merogoh ponselnya untuk melihat pesan.
Penyelamatku: Nanti ikut denganku atau pulang?
Aira mendongak dan menanyakan pertanyaannya, " hari ini kita akan pergi ke mana?"
Saat lokasi dibicarakan, remi yang paling bersemnagat soal hal hal mistis berkata, " bagaimana dengan caffe alun alun kota? Disana ada kolam yang aku dengar bisa mengabulkan harapan orang orang, hanya perlu membeli beberapa koin, kita bisa mencoba apakah itu benar atau tidak"
"Alun alun kota? Maksudmu didekat lapangan kumuh itu?" Edgar bertanya dengan ragu.
"Lapangan kumuh?" Aira bertanya.
"Ya aira, disana tempat orang orang yang tidak mempunyai tempat tinggal biasanya tidur" edgar menjelaskan. Dia menoleh pada remi dan mengusulkan, "sebaiknya cari tempat lain, aku tidak ingin diganggu saat makan atau mengobrol dengan kalian nanti"
"Hei, pemilik caffe pasti akan mengusir yang mengganggu kita nanti, lagipula aku tertarik dengan air mancurnya, banyak orang yang pergi kesana bukan pergi ke caffe itu, tetapi objek air mancurnya. Ayolah" remi membujuk.
Dengan wajah jijik risma berkata, "kedengaran seperti tempat yang sangat kotor. cari tempat lain"
Mendengar itu edgar sepertinya lebih tertarik untuk membuat ulah, " kau takut risma?"
Memiringkan kepalanya, risma membuat wajah angkuh, " siapa yang takut? Pergi ya pergi saja, untuk apa banyak bicara"
"Oke baik, sepakat, kita pergi ke sana" remi berkata dengan senang, sambil mengedipkan mata pada aira dan mawar.
KAMU SEDANG MEMBACA
AIRA (On Going)
RomancePada usia 17 tahun Aira bunuh diri Lalu dia terbangun lagi, kembali diawal untuk mengubah kebodohan- kebodohannya dimasa lalu. ••••• "AIRA VELIKA! KAU MULAI LAGII!" Tertidur diranjang rumah sakit dengan lemah, teman- t...