bab 73 : menampar pertempuran

7.5K 954 90
                                    

"Aku sungguh muak melihat senyummu, kata katamu yang berusaha melerai, lembut, penuh kasih, apa semua itu? Dasar wajah palsu anak haram yang tidak tau malu. Aku sangat bangga pada diriku sendiri bahwa aku tidak menjambakmu dari pertama kali kau dengan berani duduk di meja kantin bersama kami" Risma mengomel sambil terus menjambak rambut gadis yang merengek kesakitan itu.

"Sakit Risma, jangan seperti ini, aku akan marah! Lepaskan!" Karena kesakitan dikepalanya, Alena bahkan tidak ingat akan citranya lagi, sudah 15 menit lebih Risma menjambaknya dan dia hanya diam, dengan wajah mencari belas kasihan berharap ada seseorang yang membantunya, tetapi nyata nya tidak?!

Tidak satupun orang membantunya!

Dia memang salah membawa Dewi yang hanya melihat tontonan seperti orang bodoh itu bersamanya keperpustakaan, kenapa dia tidak membawa wisnu, atau teman laki lakinya yang lain saja tadi.

Aira yang diam saja, ingin melerai tapi dihalangi, hanya menjadi terdiam ditempatnya semula.

Dia bahkan tidak menunjukkan wajah kasihan, karena Alena memang pantas mendapatkan perlakuan seperti itu, memikirkan Berliana di negara yang jauh, Aira diam saja dan tidak membantu perseteruan lagi.

Tetapi itu berbeda dengan pandangan orang orang yang melihatnya, para siswa siswi yang berkumpul disana, bahkan petugas perpustakaan, melihat kejadian itu dan melihat posture tubuhnya yang ingin lewat tetapi di hadang oleh teman temannya, lalu raut wajah kasihan dan mata Aira yang besar selalu menampilkan mata yang berkaca kaca itu dan memaki Alena, karena berani memusuhi gadis yang tidak tau akan dunia kejam ini.

Kenapa anak itu begitu tega mendorong temannya sendiri?

Perlu diberitahukan, semenjak kejadian Berliana terakhir kali di kantin yang akan menebas nebaskan pisau, dan berhasil dilerai oleh Aira, tidak ada satupun orang disekolah kusuma bangsa yang tidak mengenalnya.

Bahkan petugas perkebunan sekalipun.

"Lepaskan! Arrghhh! Rambutku!" Merasa bahwa rambutnya akan benar benar rontok jika terus seperti ini, Alena berusaha mencengkeram tangan yang menjabak rambutnya itu dengan kuat, berusaha menggaruk.

Kesakitan bahkan tidak dirasakan Risma saat amarah mengambil alih semuanya, "kau ingin kulepaskan? Dalam mimpimu! Beraninya kau menyentuh Aira dan mendorongnya kelantai?! Kau kira kau ini siapaa hah?! Hanya anak haram yang tak punya muka dan berani mendorong sahabatku! Ini bukan orang lain tapi Aira, Aira velika, kau berani mendorong dia?!"

Orang yang cenderung menyediri, akan membuat dirinya tertutupi oleh sekolompok awan jahat yang membuat dia tidak percaya diri.

Sebenarnya sangat mudah untuk mendekati orang lain, caranya hanya, bersikap tidak tau malu, buang semua fikiran negative itu.

Apakah dia akan menganggapku aneh nanti? Apakah penampilanku saat ini sudah bagus? Apakah aku terlalu banyak bicara saat ini?

Buang semua itu. Dan hanya.. katakan apa yang ingin kau katakan.

Jangan terlihat begitu kaku, hanya bersikap biasa saja. Anggaplah kau saat ini sedang bermain sebuah game, dan kemenangan atau kekalahan bukan apa apa bagimu.

Yang terpenting kau sudah mencoba.

Ambil saja, sebuah pengalaman baru.

Jalani saja untuk membuatmu senang sendiri.

Bersenang-senanglah, maka kau akan mendapatkan semuanya.

Dan untuk menyenangkan hatinya, Dewi yang memiliki rambut pirang, mengelus gelombang rambutnya dengan senyum, melihat pertempuran didepannya ini.

Kedataran hidupnya seperti memiliki sebuah tujuan lagi.

Pertempuran. Dia sangat, sangat menyukai kegaduhan.

Posisinya yang ada di sebelah vas besar untuk pajangan perpustakaan SMA kusuma bangsa tanpa dosa mengulur, dan vas yang tertata dengan indah itu pecah menjadi beribu keping di lantai, yang menganggetkan anak anak yang lain, dia menutup mulutnya dengan malu, dan bertindak melakukan kesalahan, " ups, maaf, aku tidak sengaja"

Kaki Aira bergetar, Aira sekarang tau, saat saat tubuhnya akan bergerak sendiri dan dimana roh itu yang sudah lama tidak mengendalikan tubuhnya, muncul.

Melihat Risma yang sekarang bertengkar dan saling dorong mendorong, dengan vas yang besar itu tinggal setengahnya, membuat retakan diujung, yang jika orang terdorong kesana itu akan seperti tertusuk pisau.

Aira muncul dengan kekuatan penuh ditubuhnya dan pergi melewati Mawar, Edgar, Remi yang sekarang telah lengah menjaganya

Ditengah berjalannya, Aira yang berusaha menghentikan langkah kakinya sendiri benar benar bisa berhenti, dan terkejut.

Tetapi melihat lagi pada Risma yang akan mendekati vas itu beberapa dorongan lagi dari Alena, dia bergegas dan berteriak, "cukup!"

Teriakan Aira begitu kencang karena dia panik, itu menggema di perpustakaan yang sudah ribut ini.

Seluruh orang terkejut, itu termasuk kedua orang yang betengkar itu.

Melihat bahwa mereka telah berhenti, Aira yang memasang wajah marah menarik Risma kesisinya, menjauhi vas yang pecah, tempat berbahaya tersebut, dan berbicara, " cukup kalian berdua, ada vas yang tajam di sana, jika salah satu dari kalian terluka bagaimana? Risma ayo kita ke uks, tanganmu berdarah karena garukan"

Mawar yang sudah ikut berlari saat Aira berjalan untuk melerai, melihat tangan Risma yang berdarah karena cakaran Alena dan akan marah, tetapi Aira melihat hal itu dan memberi isyarat mata padanya untuk menyudahi keributan ini.

Menekan amarahnya, Mawar melihat luka ditangannya Risma dengan khawatir.

Sedangkan Aira, dia berjalan kearah Alena yang kondisinya sangat berantakan karena pertengkaran, dan berkata dengan perlahan, yang hanya bisa mampu didengar oleh Alena saja, "Semua ini diluar ekspetasimu bukan? Aku tidak sebaik seperti yang diberitakan Alena. Layaknya dirimu. Dan jika kau ingin menjadikan aku sebagai koleksi alatmu, aku mungkin hanya akan menjadi pisau yang akan menikam mu. Jebakan yang akan menjebak tuannya. Budak yang akan membinasakan rajanya. Makadari itu, hentikan, karena aku tidak ingin ada keributan. Atau terlibat didalamnya"

Alena melihatnya dengan emosi, giginya terkatup dan seperti ingin merobek gadis yang lebih munafik didepannya.

Aira tersenyum melihat itu, dan melebih lebihkan, "lihatlah, ini salah satu akibatnya Alena, perhatian yang akan membunuh status baik hatimu. Kau haus perhatian bukan? Maka nikmatilah perhatian setelah ini, dimana orang orang akan melihatmu sebagai anak perempuan yang tidak baik hati lagi. Jika kau tidak ingin lebih hancur. Maka hentikanlah, jangan terlibat denganku, atau dengan orang-orang disekitarku, jika kau masih meneruskannya, kau akan lebih hancur. Karena kau bertemu dengan orang yang lebih munafik darimu"

Berbalik setelah mengatakan semuanya, Aira berdiri lagi disebelah Mawar, dan ikut membawa Risma ke UKS untuk mengobati luka ditangannya.

Edgar menggelengkan kepalanya menatap Alena, dan membuat isyarat jempol yang memisahkan kepala, memberi isyarat bahwa riwayatnya sudah tamat.

Sedangkan Remi menunjuk nunjuk Alena seperti ingin mengatai, tetapi tidak jadi karena dia tidak pernah berbicara kotor seperti Risma.

AIRA (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang