Bab 98 : Kedua orang dengan golongan terbawah

5K 1.2K 211
                                    

Selain pengumpulan berita tentang selebriti,

Edgar juga begitu menyukai skandal para penyanyi, dan.. musisi.

Karena dengan kesukaannya dibidang permusikan. Edgar bisa bermain gitar listrik, gitar klasik, piano, biola, seruling dan angklung.

Ya, benar, angklung.

Genre musik yang disukai Edgar adalah semuanya, yang pertama adalah music klassik, lalu jazz, country, rock, pop, blues, reggae, hiphop, dan lain sebagainya.

Maka dari itu, saat ada konser atau teater musikal, Edgar yang selalu menjadi orang pertama yang mengetahui, dia juga akan dengan cepat membeli tiket tiket itu, tidak melupakan para sahabat-sahabat yang dia sayangi tentunya.

Tetapi Edgar merasa agak aneh sekarang, karena tiket yang harus dibelinya bertambah 2 anggota lagi, dari sekolah yang tidak pernah dia duga akan berinteraksi dengan salah satu murid didalamnya pula.

Sahabat sahabat tersayangnya selalu memakai pakaian yang modis,

Edgar mengetahui dari lama bahwa dirinya sendiri adalah orang yang narsis, dia terlalu mencintai diri sendiri dari pada orang lain, jika ada pilihan dan situasi dimana dirinya dirugikan, maka Edgar tidak akan pernah memilih salah satu situasi itu.

Intinya, Edgar terlalu penuh dengan dirinya sendiri.

Dia merasa bahwa wajahnya adalah yang paling tampan sejagat raya dunia ini, dan orang-orang lain bahkan.. kakak Ricky pun, sedikit lebih— kekurangan lesung pipit yang membuat wajahnya, tentu saja, bisa dikatakan, sedikit, lebih, unggul. Benar kan?

Rambut Edgar yang panjangnya sebahu, dia kuncir dan diletakkan dua helai rambut didepan. Mengerutkan kening sambil berfikir, dan berbisik pada Remi disebelahnya, ''Dengar, Remi, kota kita memiliki sekolah terunggul, termewah, terbesar senegara indonesia ini, tetapi sayangnya kota kita tercinta ini juga memiliki sekolah terburuk, termiskin, terrr apalagi aku harus menyebutkannya, pokoknya semuanya itu digaris besarkan menjadi yang paling bawah, dan kau tau apa? aku sekarang melihat sahabat kita, Aira, Aira tersayang kita ternyata memiliki salah satu kenalan dari sekolah itu, mau lihat betapa terkejutnya aku?"

"Ya, kau bisa melihat mulutku ini yang tidak bisa berhenti mengoceh akan hal itu. Kau tau kan saat aku sedang terkejut, kebiasaan yang aku miliki adalah, tidak bisa diam, dan sialnya, itu merupakan kenalan Aira, sehingga aku tidak bisa secara terus terang mengatakan bahwa aku tidak ingin bergaul dengan mereka, karena Aira merupakan sahabat wanita yang paling kusayangi diseumur hidupku ini, yang aku tidak yakin ada yang sebaik dia didunia ini, semanis, dan sependiam, sepengertian, pokonya-''

''Diamlah Edgar'' Risma yang sudah tidak tahan lagi, mengatakan dengan pasti, tangannya bahkan sudah terangkat, ''atau aku akan memukulmu''

''My queen, tidak baik menyelesaikan masalah dengan kekerasan, lagipula yang salah disini bukanlah aku, tapi mulutku, jika kau ingin menyalahkan siapa, salahkan saja mulutku, benda ini sekarang, bukanlah milikku'' Edgar menyilangkan tangannya, saat dia mulai berceloteh lagi, melanjutkan hadapannya pada Remi, ''Aku sekarang hanya bisa bergantung pada wanita berlidah tajam disebelahku, tetapi sangat disayangkan juga, bahkan mulutnya yang lebih blak blakan dari mulutku hanya diam seribu kata sejak tadi. Dia tidak berani berbicara. Tampaknya dia dibuat tidak berdaya juga jika itu menyangkut Aira''

Risma mendengar bisikan Edgar, dan hanya bisa menoleh kesamping sambil menggigit bibirnya.

Risma tidak mengetahui bagaimana caranya Aira mengenal kedua orang ini, lelaki dan perempuan itu.

Anak-anak miskin itu.

Sifat bawaan memang susah untuk diubah. Sejak dia dilahirkan, Risma sudah berada di atas tahta keluarganya, ayah ibunya selalu memanjakannya sampai kelangit, sehingga orang lain akan dia anggap sebagai kotoran mata jika tidak menyangkut prefensinya, dan juga setara dengannya. Tanpa bertanya pada alam bawah sadarnya sekalipun, dia sudah tau bahwa kedua anak ini merupakan yang terburuk dari yang terburuk.

Status sosial kedua anak itu sungguh.. tidak tertolong.

Lain halnya dengan hanya memberi uang pengemis untuk beramal, Risma tidak ingin bergaul dengan orang-orang bawah seperti mereka.

Risma tidak pernah berinteraksi dengan golongan semacam ini, walaupun ayahnya setiap setahun sekali akan mengunjungi panti asuhan demi mendapatkan citra baik didepan publik, Risma tidak tertarik untuk pergi kesana, dan tidak ada yang bisa memaksanya juga untuk pergi kesana.

Tidak ada yang bisa mengatur apa yang tidak dia sukai didunia ini.

Memaksanya? Apalagi.

Kecuali..

Aira.

Aira tidak melakukan apapun, hanya saja Risma akan dengan sukarela melakukan kegiatan yang tidak dia sukai jika sudah menyangkut sahabatnya ini.

Aira adalah orang yang tidak bisa disakiti oleh orang lain, bahkan termasuk dirinya sendiri.

Mulut tajamnya ini juga.

Risma sangat berhati-hati saat berbicara dengan Aira, takut kata-katanya akan menyakiti Aira, takut bahwa dia akan kehilangan orang seperti Aira.

Mata Risma mengikuti gerakan Aira di ujung sana, tempat berdiri Aira berada di sebelah pintu masuk teater, ada dua lampu besar dibelakang pintu yang secara kebetulan, tepat sekali, menyoroti sosoknya, membuat Aira terlihat begitu bercahaya.

Mata Risma berkedip, dan mundur selangkah.

Rasa iri menguasai Risma jika dia melihat orang lain yang lebih darinya,

Tapi...

Risma tidak melakukannya pada Aira.

Sejak Aira menyelamatkannya dari penusukkan yang dulu,

Risma sering mengalami mimpi buruk setelahnya.

Aira tergeletak, dengan genangan darah. Ada pisau yang tertancap diperut Aira. Begitu dalam, dan hanya tersisa ganggang, dan darah, jalanan penuh dengan darah yang keluar dari perut Aira.

Disepanjang jalan, hanya ada darah. Milik Aira.

Saat dia terbangun penuh keringat karena mimpi buruknya itu, Risma akan selalu pergi kerumah Aira detik itu juga, untuk hanya memastikan bahwa, Aira benar-benar baik-baik saja. Tidak ada luka, dan Aira masih tersenyum, sehat, juga, masih bernafas.

Melihat Aira yang selalu bersinar, dia tidak merasakan kebencian, hanya..

Rasa syukur.

Aira tidak bisa disakiti, dia sahabat pertamanya, orang yang telah dia cap sebagai orang yang sangat penting dihatinya.

AIRA (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang