''Evan.."
"Aku hanya ingin mengembalikan kotak bekal yang kau pinjamkan sebelumnya, aku tidak tau bahwa kau memiliki tamu. Dimana bibi? aku akan mengembalikan ini, lalu langsung pulang''
Gadis bergaun putih itu berbicara dengan lembut.
Tetapi Aira bahkan tidak bisa mendengarkan apa yang dia katakan, matanya membeku, dan tubuhnya bahkan tidak bisa bergerak.
Emosi yang selama ini tidak ada dalam dirinya, membucah dan menjadi gunung berapi.
Evan tidak melihat ada yang salah, dia buru-buru berdiri dan menarik gadis bergaun putih itu untuk duduk disampingnya, ''tidak, jangan pulang dulu, aku ingin memperkenalkan mu pada seseorang. Zara apa kau ingat aku pernah mengatakan bahwa aku sedang mencari seseorang? Nah, ini Aira, teman masa kecil yang selama ini aku ceritakan. Dan Aira, ini Zara, tetanggaku dulu sebelum aku pindah ke lantai atas"
"Rumahnya tidak jauh dari sini. Saat aku pertama kali pindah ke kota ini aku banyak tidak tau harus melakukan apa, bahkan untuk belajar cara membayar di supermarket yang menggunakan kartu, lalu juga naik bus, jalan jalannya juga aku tidak ingat. Zara banyak membantuku dan ibu untuk berbelanja di pasar dulu setiap pagi. Hahaha, jika mengingat betapa kikuknya aku saat pertama kali sampai disini, aku jadi lucu sendiri''
"Jangan membuatku tertawa dengan mengingat tingkahmu dulu Evan" Zara memiringkan kepalanya, matanya yang bulat tersenyum saat dia menoleh kearah Aira, ''jadi ini. Dia selalu membicarakan tentangmu, jadi bagaimana aku bisa lupa. Aira, salam kenal, kau begitu cantik, sehingga aku tidak tau harus bagaimana, senang sekali bertemu denganmu akhirnya"
Kemudian Zara mengulurkan tangan putih lembutnya itu pada Aira.
Senyumnya, dan kata-kata lembutnya.
Seperti baru kemarin Aira melihat hal ini terjadi.
Semuanya begitu sulit untuk dipercaya, orang ini benar-benar.. Masih tetap sama.
Tidak berubah sama sekali.
Aira menarik tangan yang sebelumnya berada diatas meja, meletakkan itu dipangkuannya sendiri.
Dia menggenggam tangan disana dengan posisi mengepal, mungkin untuk menahan emosinya sendiri, tangannya berubah merah karna genggaman yang telalu kuat.
Pernah Aira bertanya-tanya, jika bertemu dengan orang-orang dikehidupan dimimpi itu, apakah dia akan bersikap tenang? Tentu saja iya, tetapi setelah mengalaminya saat ini, Aira bahkan tidak memiliki satu kekuatan pun untuk menahan emosinya.
Yang ingin dia lakukan adalah menampar wajah tersenyum didepannya ini.
Dan bertanya,
Kenapa dia tega melakukan itu padanya?
Setelah lama waktu, barulah Evan merasakan ada yang salah saat Aira tidak kunjung menanggapi uluran tangan Zara.
Zara pun melihat Aira yang terdiam menatapnya, dan merasa aneh juga.
Ricky berjalan beriringan dengan William sambil membicarakan tentang beberapa hal, mereka akan kembali ke tempat duduknya, hanya untuk melihat bahwa ada orang tambahan yang tidak dia kenal dan juga keadaan gadisnya yang sepertinya tidak benar.
Dia berhenti melangkah saat melihat tangan Aira yang digenggam erat, mengabaikan semua orang disekelilingnya, Ricky meraih wajah Aira untuk membuat gadis itu menoleh padanya, ''ada apa? apa kau sakit?''
Aira yang sedang tenggelam, kembali sadar.
Melihat kakak Ricky didepannya, Aira baru mendapatkan ketenangannya kembali, dia berusaha mati-matian, dan menggigit dalam mulutnya, menyakiti diri sendiri utnuk membuatnya kembali, lalu menguraikan alasan, menunjuk kedalam mulutnya, ''Aku. Aku sepertinya tidak sengaja tergigit. Ini menyakitkan kak''
KAMU SEDANG MEMBACA
AIRA (On Going)
RomancePada usia 17 tahun Aira bunuh diri Lalu dia terbangun lagi, kembali diawal untuk mengubah kebodohan- kebodohannya dimasa lalu. ••••• "AIRA VELIKA! KAU MULAI LAGII!" Tertidur diranjang rumah sakit dengan lemah, teman- t...