Bab 92 : permainan berakhir

3K 408 39
                                    

Awan menggumpal dilangit membuat cahaya yang ada dibelakangnya tidak bisa menembus, seluruh dunia tampak tidak bernyawa karena mendung, hanya di iringi oleh angin yang berhembus tenang, orang orang berjalan melakukan hal yang merupakan kepentingan mereka sendiri seperti biasa.

Keadaan yang begitu tenang itu ternyata tidak menyalur kedalam kantin SMA kusuma bangsa yang besar.

Bunyi nampan besi yang terjatuh mengiringi, lalu suara yang kesakitan menyusul.

Anisa membersihkan kakinya secara tidak sadar, dan berjalan melangkah melewati Alena yang terjatuh serta makanan yang berserakan itu. Dia menoleh pada satu teman perempuannya, berbicara sambil mengipasi dirinya sendiri, "Sari, ada begitu banyak serangga disini bukan? serangga yang tidak tau malu, dan menganggap bahwa binatang seperti itu dapat diterima ditempat ini. Apakah binatang itu merasa bahwa dirinya adalah pemeran utama yang dianiaya lalu akan ada seorang pangeran berkuda putih yang datang menolongnya?"

"Memalukan sekali, berapa banyak drama yang dia tonton. Binatang itu seharusnya dapat membedakan dimana dunia nyata, itu hanya bisa ada jika pangeran tidak menggunakan logika. Nyatanya hal hal itu tidak pernah ada. Sepertinya aku harus cepat cepat membeli semprotan beracun agar binatang itu tau diri"

Sebenarnya Sari sendiri bukanlah orang yang sadis dan begitu tega, jadi dia hanya mengangguk dan nenunduk untuk melihat kukunya yang lentik dan terawat, mengikuti saja pembalasan dendam yang dilakukan oleh temannya, Anisa ini yang tak kunjung usai. Sudah hampir sebulan dan semua masih terus berlanjut.

Aira melihat keributan itu dengan ekspresi yang tenang.

Edgar tidak bisa menahan senyum saat berbicara, "Sangat sadis.. ck,ck,ck. Pertarungan karna lelaki. Dari 4 lelaki yang menyatakan cintanya pada Alena tahun lalu, diawal awal kita memasuki sekolah ini, salah satunya adalah milik wanita sadis itu, Ayub Pranawan. Anisa dan Ayub sudah menjalin cinta tiga tahun, dari mulai masa SMP, aku tidak tau apa kekuatan Alena itu sehingga mampu membuat kandas percintaan yang sudah lama terjalin"

"Dan bahkan membuat Ayub memutuskan Anisa dalam waktu sesingkat itu perkenalan antara dia dan Alena yang tidak beruntungnya sekelas tahun lalu, Dan lebih dikasihani lagi, Alena sepertinya hanya memberi harapan palsu pada lelaki menyedihkan itu hanya agar wisnu cemburu"

"Dia wanita murahan" Risma berceletuk. "Mendapatkan perlakuan seperti itu pantas untuknya. Wanita jalang yang hanya tau cara bercinta dengan lelaki, aku yakin dia tidak perawan lagi"

"Risma, tata bicaramu sangat tidak sopan" Remi yang duduk disamping, merasa telinganya ternodai, dia menoleh pada Risma dan mengarahkannya pada Aira disampingnya. Jika dulu dia membiarkannya saja, tapi sekarang tidak. Karna ada Aira. Orang seperti Aira tidak bisa terus mendengarkan kata kata kotor seperti ini.

Risma menutup mulutnya dan menoleh melihat Aira, memasang wajah bahwa dia telah menyesal karna berbicara kasar.

Mawar, Edgar, dan Remi melihat itu, dan telah terbiasa. Karna kelemahan Risma adalah Aira.

... sebenarnya tidak hanya Risma. Aira adalah kelemahan kami semua.

Aira hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya pada Risma.

Aira menoleh lagi pada Alena yang masih terduduk dilantai, sedikitnya dia ingat akan sesuatu, dan tanpa sadar mengatakan isi hatinya. "Itu keinginannya"

Edgar akan mengatakan sebuah lelucon kejadian tentang Alena lagi ketika suara lembut itu menerkanya.

Semua orang berhenti dan menoleh memandang Aira.

Aira yang ditatap mereka merutukki dirinya sendiri dari dalam. Benar benar, dia secara tidak sadar mengatakan kata kata hatinya. Bodohnya. Dia hanya bisa tersenyum pada Risma, Mawar, Edgar, Remi, yang memandangnya dan berbicara seolah olah tidak ada yang salah, menunjuk hidangan dimeja,  "tidak, sebenarnya makanan kita akan dingin kalau tidak cepat dimakan"

AIRA (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang