Bab 89 : Terdiam tak bergerak

3.1K 440 51
                                    

Dalam hidup ini, semua orang diberi keberuntungan masing-masing, tetapi, pernah kah kalian membaca disebuah postingan yang lewat, yang berkata seperti ini, jika kita bersyukur, maka tuhan akan menambah semua hal indah-indah kedalam hidup kita lebih banyak lagi.

Sekarang, kau tau apa yang harus dipelajari disini?

Ya. Bersyukur.

Itulah pelajarannya.

Iri dengan apa yang didapatkan oleh orang lain? Itu perilaku yang akan merugikan diri sendiri, karna itu gambaran bahwa kau belum juga bisa bersyukur.

Hal yang paling dasar dalam pelajaran mencintai dirimu apa ada nya adalah, senang saat orang lain senang, karna jika kita terlalu memendam penyakit didalam hati, maka yang mati adalah hati kita sendiri.

Cara merubahnya sangatlah mudah.

Coba lakukan ini, setiap hari kau harus memuji 6 kali, kau bisa membuka akun sosial mediamu entah yang mana saja, dan saat ada teman atau kenalan mu yang memamerkan kebahagiaan mereka disana, beri mereka apresiasi dalam hati dan fikiranmu, atau lebih baik kau gumamkan saja, seperti, wahh aku bahagia sekali melihat si A bahagia seperti ini, dengan sangat tulus tanamkan dalam fikiranmu bahwa kau juga ikut senang saat melihat orang lain senang.

Dengan sangat tulus. Katakan itu dalam hati dan fikiranmu, atau ucapkan secara lisan.

Karena otak kita bisa di atur. Beri pengaturan pada otak kita untuk lebih meyakini pada hal-hal yang baik.

Terkadang kita harus membuang sampah, sebelum memperbaikinya.

Tidak akan bisa mencintai diri sendiri sepenuhnya, sebelum sampah-sampah itu dibuang sampai habis.

Itulah yang Aira fikirkan tentang karakter Alena yang ada didepannya ini.

Berdiri dengan seorang lelaki yang Aira ingat bernama Wisnu tidak jauh dari gerbang rumahnya.

Aira tidak tau bagaimana fikiran Alena berjalan, sehingga dia begitu berani bahkan untuk memasuki lingkungan dengan banyak orang yang melindunginya.

Melihat dua orang didepan itu, dan pada ekspresi Aira, Ricky otomatis menoleh dan menatap Aira disampingnya dan menebak apa yang difikirkan oleh gadis ini, "apa kau ingin turun dan berbicara pada mereka?"

Membuat garis pada mulutnya, Aira mengangguk, "ya kakak, sebentar saja"

Menurut apa yang dikatakan oleh Edgar, dalam waktu 2 minggu ini perusahaan garam milik Arven deon, benar-benar menurun drastis.

Mereka sangat kritis. Tidak, sepertinya sudah hancur, dan tidak memiliki keselamatan lagi.

"Baiklah, aku akan menemanimu" Ricky keluar saat pintu mobil dibuka oleh William, dan bergerak ke pintu sebelahnya untuk membukakan pintu untuk Aira.

Raut wajah Alena berubah, dia tidak menyangka bahwa waktu yang dia ambil untuk menemui Aira adalah saat dimana Aira bersama dengan kakak Ricky.

Aira akan berjalan kearah mereka setelah keluar dari mobil, akan tetapi dia ditahan oleh peganggan tangan kakak Ricky, "tidak Aira, mereka yang membutuhkan, biarkan mereka yang berjalan kesini"

Mendengar itu, Aira setuju, dia mau tidak mau hanya menoleh melihat Alena dan Wisnu yang masih berdiri di ujung gerbang dengan kikuk.

Setelah ragu-ragu beberapa menit, Alena dan Wisnu memutuskan untuk bergerak kearah mereka.

Udaranya dingin sesudah hujan, dan Aira memakai dress bewarna hijau jamrud, dengan jas kakak Ricky yang berwarna hitam diatasnya.

Ricky bergerak untuk bersandar dipintu mobil dengan santai, entah itu kebiasaan atau tidak, tetapi saat menghadapi orang yang sudah dia beri pelajaran, dan dia hancurkan, tubuhnya akan melakukan hal yang begitu menyepelekkan mereka. Dia menarik Aira perlahan, lebih dekat kearahnya, dan mulai membenarkan kancing jas yang sebelumnya dilepas oleh Aira didalam mobil, saat perjalanan.

Saat kedua orang itu sampai pada lokasi yang cukup dekat dengan mereka, Ricky mengirimkan tatapan tanpa ekspresinya.

Kedua orang itu sangat terintimidasi sehingga mereka secara refleks bergerak dua langkah kebelakang. Tidak lupa, Alena dengan takut takut bersembunyi dibelakang Wisnu.

"Kakak" Aira menyadari hal itu, dan berkata sambil menggelengkan kepalanya. Memberi isyarat dengan matanya, bahwa itu sudah cukup.

Baru saat itulah, Ricky menyudahi menatap mereka.

Melihat kedua orang didepannya yang terdiam itu, Aira berbicara terlebih dahulu, dan menunjuk lokasi yang tidak terlalu jauh, tetapi bisa membuat ruang bagi mereka berdua agar tidak didengar, "sebaiknya kita berbicara berdua saja disana Alena"

Alena menatap Aira dengan seburat ekspresi tidak jelas, lalu menoleh memelas pada Wisnu.

Saat melihat itu, hanya satu yang ada difikiran Aira. Wanita ini begitu bodoh, dia butuh berbicara padanya, tetapi masih harus ditemani dan meminta bantuan pada orang lain. Jadi apa gunanya berbicara padanya sebenarnya? Ingin mencari simpati saja? Ingin dibela?

Aira benar-benar tidak mengerti, sampai mana kebodohan perempuan didepannya ini akan terus berjalan.

Sebelum mulut Wisnu dapat terbuka untuk berbicara, kakak Ricky sudah memutusnya terlebih dahulu, "Sebaiknya hentikan apa yang kau ingin katakan. Biarkan mereka berdua berbicara, atau tidak usah berbicara dengan wanitaku sama sekali"

Wisnu masih bisa membalas dengan siapapun orang, tetapi tekanan yang dia dapatkan dari kakak Ricky begitu hebat sehingga dia tidak bisa berkutik. Ketakutan kian melandanya, dan Wisnu menjadi terdiam.

Alena mencengkram gaun dengan kepalan tangannya, sebelum berjalan kearah Aira, menuju tempat lokasi yang ditunjuk oleh Aira sebelumnya.

Sesampainya ditempat itu, tundukkan kepala Alena yang sebelumnya, menjadi mendongak dan menatap langsung pada mata Aira, tanpa basa-basi dia langsung berkata pada poin nya, "aku hanya ingin mengatakan bahwa aku sangatlah membencimu. Aku juga tidak akan meminta maaf, karna kau bukan seorang malaikat, kau hanya iblis. Dan juga, tunggu saja Aira, kau akan mendapatkan balasan dari semua hal yang telah kau perbuat. Karna kau juga orang jahat yang telah menghancurkan kehidupanku, kau lebih jahat dariku dan kau akan mendapatkan karma. Seperti yang kau katakan diperpustakaan waktu itu. Orang- orang jahat akan mendapatkan balasannya Aira, dan kau tidak terkecuali"

Aira terdiam beberapa saat untuk mencerna semuanya sebelum tertawa dengan suaranya yang lembut, setelah menertawakan itu dengan cukup lama, Aira melihat wajah Alena yang berubah merah menahan amarah karena tawa yang dirasanya mengejek itu, tetapi nyatanya Aira tidak ingin mengejek, dia hanya murni ingin tertawa saja.

"Tidak bisa aku bayangkan bahwa kau juga mempercayai karma Alena. Itu sungguh mengejutkan. Hal yang sangat tidak terduga. Yahh.. aku juga tidak terlalu perduli pada permintaan maaf mu, karna apa? Karna kau tidak ada pentingnya. Kau bukan siapa-siapa ku. Kau menghilang pun, aku masih hidup seperti biasa. Juga, lalu kenapa jika aku iblis?"

Aira berjalan beberapa langkah secara perlahan pada Alena, "Tuhan akan memberikan karma pada orang jahat yang telah menyakiti orang yang baik hati. Lalu kau apa? Pantaskah kau mendapatkan itu? Jika temanku Risma ada disini, mungkin dia akan menarik rambutmu dan menyuruhmu berkaca, dan Temanku Mawar akan dengan senang hati membacakanmu essai pengetahuan tentang perbedaan ciri-ciri orang baik dan orang munafik"

Alena menggigit bibirnya dengan kuat, kepalan tangannya begitu erat sehingga tangannya terlihat memerah. Kuku Alena terlalu panjang, Aira takut itu akan menusuk, dan menjadi pendarahan yang tidak diinginkan.

Aira menghela nafas, menyudahi amarahnya untuk mengatainya lebih banyak lagi, dan mulai berbicara lagi, "kau orang yang buruk Alena, dan kau menikmati menjadi orang buruk itu. Baiklah, membuang-buang waktu untuk berbicara padamu, tetapi aku akan memberikan kata-kataku dengan pasti. Kau pantas untuk mendapatkan ini Alena, kau begitu pantas"

Berbalik setelah mengatakan kata-kata itu, Aira berjalan kearah kakak Ricky, yang masih bersandar di mobil, memperhatikan kearah dia dan Alena berdiri sebelumnya.

Saat Aira sampai didekat kakak Ricky, dia mengelus lengan pemuda itu, untuk mengekspresikan terimakasih karena dukungannya, yang dibalas dengan senyuman dan belaian di rambut Aira, sebelum kakak itu membukakan pintu mobil untuknya.

Sebelum masuk melalui gerbang besar rumahnya yang mulai terbuka, Aira menoleh kebelakang, hanya untuk melihat bahwa Alena masih berdiri disana tanpa bergerak, dan wisnu yang berjalan datang kearah Alena yang masih terdiam tak bergerak.

AIRA (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang