Bab 82 : janji pada gadis kecil

5.8K 690 100
                                    

Ada sebuah hal yang tidak bisa diubah dalam diri manusia.

Keserakahan, keegoisan, nafsu.

Karna kita diciptakan dengan hal itu.

Mungkin bisa disembunyikan,

tetapi tidak bisa untuk dihilangkan.

Aira melambai pada kakek neneknya yang akan pulang, hari liburan akan berakhir, dan mereka akan kembali ke negara tempat mereka pensiun masing masing,

karena diusia tua, seseorang tidak lagi memikirkan tentang beban, mereka hanya menginginkan istirahat, bahkan untuk memikirkan secuil masalah pun membuat hidup mereka menjadi begitu berat.

Ada juga Mawar dan Risma di bandara, untuk menemaninya mengantar nenek kakeknya yang akan pulang.

Tadi pagi tepatnya pukul 10, dia dikejutkan dengan satu orang yang memeluknya saat dia tengah menemani Rene bermain bola di halaman.

Mawar merengek seperti kehilangan separuh hidupnya, "Aira, aku sangat merindukanmu. 34 buku yang aku pelajari berhasil membuatku menyesali kehidupan. Aku sungguh menderita selama liburan ini, aku berharap liburan tidak pernah datang lagi dihidupku"

Setelah terkejut sejenak, Aira berhasil tertawa saat mendapati siapa orang yang memeluknya ini.

Akan membalas pelukannya yang erat, dia diintrupsi oleh orang yang baru datang, memisahkan mereka. Nyaris membuat mawar terpental diujung sana.

"Kau bisa membuat Aira sesak nafas jika memeluknya terlalu erat seperti ini, betapa cengeng nya kau ini. Kekanak kanakkan sekali hidupmu" Risma datang perlahan untuk membuang Mawar. Tapi melihatnya akan jatuh, Risma dengan cepat menarik lengannya, agar Mawar mendapat keseimbangan untuk berdiri stabil.

Bukan seperti Mawar biasanya yang akan bersabar dan menghindari masalah jika dihadapakan dengan Risma, kali ini, Mawar berubah menjadi anak yang bebal, datang lagi dan lagi untuk memeluk Aira, dan itu membuat Risma datang lagi dan lagi juga untuk memisahkan mereka.

Aira tidak tau harus melakukan apa saat seperti ini, tanganya menutup dan membuka untuk memudahkan Mawar memeluknya, tetapi kosong lagi karna Risma akan dengan cepat menyeret Mawar pergi jauh. Dan itu hanya membuat nenek kakek, yang menonton di samping menjadi tidak berhenti untuk tertawa.

Saat siang hari, itu waktu pemberangkatan, jadi Mawar dan juga Risma, Aira ajak juga untuk mengantar para orang tua itu ke bandara.

Karna sejatinya, orang bisa lebih mengenal dengan dalam bukan karna hanya mengenal orang yang ingin dia kenal saja, tetapi juga mengenal orang orang yang ada disekitar orang itu.

Aira memberitahukan pada teman temannya, siapa saja yang ada didalam hidupnya, memperlihatkan pada mereka, mengenalkan pada mereka hari hari santainya dan bersama siapa saja dia dengan kehidupan santainya itu. Supaya nanti mereka juga bisa terbiasa dan juga santai dalam mengemukakan siapa saja yang ada didalam hidup mereka pada Aira. Tanpa ada keterpaksaan. Dan hanya keterbukaan yang mendalam dari arah mereka sendiri.

Orang hanya ingin mereka dimengerti, tanpa mereka sendiri mau bersikap mengerti pada orang lain.

Semua terjadi melewati hukum alam yang ditetapkan.

Harus ada sebuah pengawalan, dalam setiap kebiasaan. Entah kamu yang harus mengawali, atau mereka.

Dan orang yang mau mengawali adalah orang yang paling berkesan bagi orang lain.

Dan Aira ingin menjadi orang yang berkesan tersebut, di kehidupan teman temannya.

"Aira, ibuku selalu membicarakanmu, walaupun dia bukan salah satu pendonasi dan hadir dalam kasus Berliana waktu itu. Vidio cctv yang direkam saat itu sudah menyebar luas pada para orang tua. Ibuku selalu menyuruhku untuk mengajakmu menginap dirumah, itu terjadi sebenarnya saat kejadian bom, tetapi selama liburan ini ibuku selalu membicarakanmu lebih dari biasanya, setelah melihat rekaman" Mawar memutuskan untuk berbicara disaat mereka sedang dalam perjalanan pulang. Ibunya bahkan akan lupa memberikannya hafalan buku jika berbicara tentang Aira. Dia juga lebih suka membicarakan Aira daripada buku buku itu, membuatnya begitu merasa luar biasa segar.

AIRA (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang