Bab 93 : Bertemu kenalan lama

3.4K 436 41
                                    

Jika di sekolah lain akan sangat ramai orang yang ingin tahu tentang beberapa siswa yang datang berkunjung, tetapi itu berbeda dengan anak-anak SMA kusuma bangsa.

Murid murid disini sudah terlahir sebagai puncak rantai makanan, takdir mereka yang berada diatas mengungguli yang lainnya. Bisa dibilang mereka begitu bodo amat tentang orang yang keluar masuk kesekolah ini.

Karna itu tidak jarang, dan bisa dikatakan tidak bisa dihitung dengan jari. Terlalu luar biasanya sekolah kusuma bangsa sendiri, maka banyak mengundang sekolah sekolah mengetahui kehebatan apa yang berada didalam SMA para raja ini.

Jelas untuk tahun ini berbeda, karna ada dua tokoh yang membuat kunjungan sekolah ini begitu tidak biasa.

Edgar berbicara mengawali semuanya, saat setiap orang berkumpul di meja mendengarkannya, ''ada sembilan sekolah yang berhasil mendapatkan undangan, dan SMA geraldiano, anak gubernur, ditambah juga anak presiden yang terpilih, sangat-sangat membuat gugup ketua yayasan. Mereka saat ini ada digedung para tamu, menikmati pertujukan yang telah disuguhkan oleh anak-anak teater, dan dilihat dari apa yang menjadi budaya ditahun tahun sebelumnya, setelah itu mereka akan pergi kelapangan pacu kuda, siapa yang tidak tau dari wilayah sekolah ini, yang sangat terkenal dari sekolah kita ini adalah lapangan pacu kudanya, begitu besar, dengan berbagai macam pilihan kuda"

"Aku penasaran dengan mereka, terutama kak Goro, anak sang gubernur, dikatakan bahwa dia adalah pemuda tertampan kedua dari kakak dingin kita Ricky, prestasinya juga membludak, aku tau wajahnya, tetapi karna sekolah geraldiano berada di Bandung, jarang sekali dia ikut serta dalam beberapa acara yang diadakan, kehadirannya begitu sedikit. Jadi karna rasa penasaranku itu, aku memutuskan akan pergi kesana dan melihat lihat"

Aira harus mengantarkan formulir pilihan klub kedua semua orang dikelas ini, sehingga dia tidak bisa mengikuti Edgar yang sangat bersemangat akan hal itu.

Jika boleh jujur, Aira sendiri tidak begitu tertarik akan hal itu. Atau ingin tau.

Dia berjalan menelusuri lorong, dan memutuskan untuk pergi kekantin, mungkin karna banyak anak anak lain yang pergi juga ke gedung tamu, kantin menjadi sunyi senyap, hanya ada beberapa orang saja yang duduk dan makan.

Menggelengkan kepalanya, Aira berkata dalam hati. Bahkan karena hal itu, mereka tega meninggalkan makan siang. Menyiksa perut sendiri, sungguh.

Aira terbiasa makan beramai-ramai, sehingga dia merasa aneh dengan duduk dikantin seorang diri dimeja seluas itu, jadi dia memilih membawa makanannya ke dalam wadah kertas tebal anti bocor yang ramah lingkungan, bermaksud memakannya di tempat yang nyaman saja.

Menenteng makanan itu ditangannya, Aira melewati beberapa pohon,

tetapi berhenti saat melihat salah satu pohon yang bergoyang secara tidak wajar.

Aira berjalan kesana dengan ragu-ragu, semakin dekat dia semakin melihat bahwa bukan tanpa alasan kenapa pohon besar itu bergoyang,

yah, ada seseorang yang memanjatnya.

Dengan sangat lincah pula,

Makadari itulah pohon itu bergerak-gerak.

Aira mendongak dan hanya bisa melihat kaki si pemanjat, karna orang itu sendiri menghadap ke belakang, Aira akan meneruskan jalannya saat beberapa detik kemudian sebongkah benda besar jatuh dari langit, tepat dibawah kakinya.

'Gedebuk'

Lalu suara 'aduh' yang kencang berbunyi.

Si pemanjat yang lincah itu... terjatuh.

Memegang dada nya sendiri yang beruntungnya masih berdetak, Aira benar-benar bersyukur, jika dia melangkah tadi, tanpa datang ke peramal pun, dia sudah tau akan masa depannya.

AIRA (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang