bab 7: semua akan berbeda

17.4K 1.9K 26
                                    

Aira sedang membenarkan dasi seragam sekolahnya saat erika datang mengetuk pintu.

''ibu, ada apa?'' Dia bertanya dengan tangan yang masih berusaha membenarkan dasi nya.

Erika yang melihat dia agak kesulitan berjalan membantunya. ''Kemari.."

Aira mendongakkan kepalanya ke arah erika yang lebih tinggi darinya, mempermudah ibunya untuk membantu mengikat dasi.

erika sedikit menunduk dan memasang ekspresi serius, tetapi dia juga tidak tahu cara memasang dasi yang agak rumit ini.

Kesal, dia menggenggam dasi itu dan berhenti memasangkannya ke leher anak perempuannya.

Dengan wajah serius menutupi rasa malu dia berkata. ''sebaiknya kita meminta bantuan ayahmu''

Aira merapatkan bibirnya agar tidak ada suara tawa yang keluar dari sana.

sejak tadi, dia melihat wajah kesal erika yang seperti sama kesusahannya dengannya, tetapi dia hanya mengangguk pada ibunya dan
berkata. ''baik... ''

''sekarang, kita akan mengikat rambut, dan merias wajahmu dulu, itu keahlian ibu sesungguhnya''

dia menggiring anak itu ke depan meja rias di ujung kamar.

Perlahan-lahan menyisir dengan lembut rambutnya yang halus, lalu dia teringat sesuatu. ''aira, apakah vitamin yang diberikan bibi ava sudah habis?''

''belum, masih ada 6 botol lagi'' aira menatap pantulan erika di kaca sambil menjawabnya.

''oh, kalau begitu besok ibu akan meminta 60 botol untuk 2 bulan'' sambil terus menyisir dan sesekali melihat kulit anaknya yang semakin bersinar dia melanjutkan. ''vitamin itu sangat baik, kulitmu semakin putih dan halus''

"Iya..'' aira mengangguk.

vitamin dari japan yang diberikan bibi ava memang sangat luar biasa, bukan hanya itu saja, shampoo dan condisioner nya juga, aira tidak bisa tidak mengagguminya.

Erika terus menyisir , menggulung rambut aira dengan hati-hati dengan keseriusan, seperti sangat senang dengan apa yang dia lakukan sekarang.

''nanti di sekolah, jangan lupakan soal apa yang dikatan oleh ayahmu'' dia mengingatkan gadis ini sekali lagi, takut dia akan lupa.

''masalah tentang aira bersekolah di luar negeri?'' dia tahu, tapi dia masih ingin bertanya dengan erika.

''iya'' erika mengangguk

Dilihat dari pantulan kaca, aira dapat merasakan bahwa erika sedang gugup, sepertinya ibunya ini takut dia akan menanyakan alasannya.

''baik..'' dia patuh menjawab dengan senyum tidak ingin lebih menyusahkan ibunya, lalu dia ingat sesuatu yang ingin ditanyakannya dari dulu.''ibu, sejak kapan ibu kenal bibi ava?''

Erika tersenyum dengan kepatuhan anaknya, dan melihat kearah cermin untuk melihat wajah anaknya yang penasaran menunggu jawaban pertanyaannya yang tidak mengerti dia menanyakan ini, dia sedikit tidak menduganya, dia kira dia akan menanyakan pertanyaan lain.

''ibu kenal bibi ava saat berkuliah di amerika, saat itu jurusan kami berbeda, bibi ava mengambil jurusan design, sedangkan ibu di jurusan marketing yang sama dengan ayahmu. Pertama kali kami bertemu adalah saat acara tahunan yang diadakan di perkuliahan. Dia menumpahkan minuman soda pada ibu, dan ibu saat itu dalam mood yang buruk sehingga bertengkar dengannya, ibu tidak yakin bagaimana kita bisa menjadi sedekat ini, tetapi kami terus bertemu secara kebetulan..''

Erika menceritakan semuanya, yang membuat aira yang mendengarkan menjadi mendapatkan gambar. '' oh.. lalu bagaimana ibu bisa bertemu dengan ayah?"

"kami memang sudah dekat, terkadang duduk sebangku, lalu menjadi akrab. Ayahmu sangat terkenal saat itu, tetapi masih kalah dari betapa populernya ibu dulu. Ayahmu sering bertengkar dengan para pengaggum ibu, kau harus melihat betapa liarnya ayahmu dulu."

AIRA (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang