bab 62: sebuah rumah yang bukan rumah

8K 803 23
                                    

Aira keluar dari ruang kerja rumah ini dengan menggerak-gerakkan tangannya yang pegal.

Tidak bisa dipungkiri, ini ternyata bukan seperti otak kotornya duga

Belajar selama 1 jam, dan tidak diberi waktu untuk istirahat sebelum tepat jarum panjang menunjuk 08:00 malam.

1 jam tepat.

Kedisiplinan kakak itu sangat membuat aira tertekan.

Tetapi itu juga menguntungkan baginya karena pengajaran kakak itu sangat mudah dimengerti, dan kakak itu juga bisa memberikan trik trik cepat untuk menyelesaikan soal-soal.

Dia melihat sekeliling rumah untuk mengamati

Dinding nya bewarna putih, dengan garis-garis abu-abu, meja bewarna putih di ruang tamu itu, tv besar dengan sofa bewarna putih .. lagi?

Baiklah. Semua cat, dan perabotan dirumah ini sepertinya hanya putih dan abu-abu.

Sangat rapi, dan terorganisir.

Aira berjalan kekiri, menelusuri dinding, tetapi benar-benar tidak ada pajangan apapun, bahkan tidak ada foto.

Apakah kakak ini lupa mendekorasi barang-barang kenangannya disini atau apa

Entah kapan dia bisa sampai di dapur, disana, dia melihat seorang wanita paruh baya, yang kira-kira 35 an yang sedang mengelap meja.

Mungkin karena tatapannya terlalu melekat, sehingga wanita itu merasakannya, sehingga dia menoleh

Aira dan wanita itu saling memandang, sebelum wanita itu terkejut dan bertanya dengan hati hati, "apakah ada yang bisa saya bantu?"

Aira menggelengkan kepalanya dengan cepat, sebelum memperkenalkan diri,  "hallo bi, saya aira, bibi sudah lama bekerja disini?"

"Ah" bibi diana terkejut dengan kesopanan gadis yang dibawa tuan mudanya ini, lalu kemudian menjawab dengan sangat sopan, "Panggil diana saja nona aira, saya baru bekerja tepat satu tahun ini"

Mengangguk mengerti, aira bertanya dengan ragu-ragu, " saat pertama kali bekerja, apakah sudah tidak ada satu foto pun di dekorasi tempat ini?"

Berfikir sejenak, bibi diana berkata dengan pelan, "sudah tidak ada"

"Aneh.." aira bergumam perlahan.

Bibi diana Tersenyum mendengarnya, dan kemudian sedikit santai, membicarakan topik yang menurutnya paling aneh dan tak terduga, "selama saya bekerja disini, tuan muda tidak pernah membawa siapapun"

Mata aira berkedip-kedip hanya untuk menunduk.

entah kenapa dia ingin tersenyum.

Menganti topik untuk kelangsungan hidupnya sendiri aira kemudian bertanya, "yang bekerja disini hanya bibi diana?"

Aira merasa aneh jika tidak menyebut "bibi" sebagai embel-embel.

Dengan ragu-ragu bibi diana berkata, "Ya, yang merekrut saya juga bapak william, dia mengatakan bahwa tuan muda tidak suka kebisingan, jadi bapak william menekankan bahwa tidak menganggu tuan muda jika tidak ada yang diperlukan. Mungkin alasannya, karena tuan muda tidak suka"

Tidak suka kebisingan?

Jika difikirkan itu tidak baik.

Apakah kakak itu belum merasakan betapa kesepiannya hidup sendirian? Dia sendiri yang seperti itu didalam mimpi, memang benar bahwa sekali orang merasa nyaman dalam tempurungnya itu susah untuk diubah

Tetapi terlalu dalam kesendirian dan zona nyaman akan membuat dia tidak merasakan warna warni kehidupan, semuanya hanya akan menjadi abu-abu

Lalu untuk apa hidup?

AIRA (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang