Aira berdiri linglung sejenak memperhatikan keadaan sekitar rumah sekali lagi, sudah berulang-ulang kali matanya memutari sekeliling dengan pandangan rindu, lalu kerumitan yang mendalam.
Saat Aira menjadi roh atau hantu yang berkeliaran, disinilah tempatnya berada.
Dia hanya bisa mengelilingi rumah ini terus-menerus melihat semua perkembangannya tanpa bisa melakukan apapun, melihat semua orang bersedih, bertengkar dan menangis.
Setiap kali dia ingin keluar, itu seperti ada dinding transparan yang menghalangi dia bergerak dari rumah ini.
Hidupnya sangat terkait dengan rumah ini, karena disinilah Aira mengakhiri hidupnya sendiri.
Selama tiga tahun dia menghitung saat dia menjadi hantu, keluarga ini persis hancur karna dirinya.
''Kau menyukainya?'' ayah bertanya dengan nada menghangat, serta kegugupannya dapat dilihat Aira dengan jelas. ''Ini rumahmu sekarang''
Aira menoleh menatapnya dengan senyuman. ''Iya, Aira sangat menyukainya ayah''
''Kenapa kita tidak masuk untuk melihat yang ada didalam, ayah yakin kau pasti akan lebih suka lagi'' setiap kali putrinya memanggilnya ayah, hatinya akan langsung meleleh.
Aira mengangguk.
Aldi berjalan menuju pintu masuk, dengan tangan Aira masih di genggamannya.
Aira dapat melihatnya, ayah terlihat sangat bahagia, bercampur gugup.
Saat mereka berjalan keruang tamu, disitu berdiri wanita cantik berambut agak kecoklatan, dengan kulit seputih salju, dia memakai dress selutut yang indah bewarna peach. Sangat cantik. Bahkan sedikit keriput tidak bisa ditemukan, walaupun Aira tahu usia asli wanita itu sendiri.
Wanita itu memegang tangan anak kecil di sampingnya, anak laki-laki itu sangat menggemaskan dengan rambut berwarna hitam pekat dan juga matanya yang bulat, kulitnya tidak seputih wanita disampingnya, tetapi sangat cerah, pipinya yang berisi membuat penampilannya semakin membuat orang ingin mencubitnya, karena terlalu menggemaskan.
''Erika, kami pulang. Lihat, aku membawanya'' Aldi mengatakan dengan suara lembut, dan penuh suka cita.
Erika tidak menjawab suaminya dan terus melihat Aira dengan tatapan kerinduan yang sangat dalam,
dia perlahan-lahan menghampiri Aira, seperti tidak bisa percaya dengan apa yang dilihatnya.
Selangkah.. selangkah.
Melihat nya lekat-lekat dari atas sampai kebawah dengan perlahan, masih tidak percaya kalau seseorang memang benar-benar ada disini.
Matanya berkaca-kaca saat telapak tangan yang bergetar itu menyentuh pipi Aira, menatapnya sangat dalam.
Wajah linglung ibunya, membuat hati Aira sakit.
''Kau sudah tumbuh besar, dan sangat cantik'' wanita itu bergumam dengan sangat lirih.
Ini semua persis dengan yang terjadi pada saat ayah pertama kali membawanya untuk bertemu Erika, ibu kandungnya.
Pada saat itu Aira menepis tangan yang menyentuh pipinya dengan sangat jijik, dan karna itu dia tidak bisa melupakan ekspresi wajah ibunya yang sangat kesakitan.
Namun, pada saat ini dia tidak bisa tidak ikut bersedih, dia sangat merindukan mereka sekarang dan merasa sangat menyesal dengan tingkah bodohnya di mimpi itu.
Menyelesaikan perbedaan, Aira tersenyum kearahnya, berusaha mengatakan bahwa selama ini dia baik-baik saja, tidak usah khawatir.
Aku tumbuh dengan baik, ibu..
KAMU SEDANG MEMBACA
AIRA (On Going)
RomancePada usia 17 tahun Aira bunuh diri Lalu dia terbangun lagi, kembali diawal untuk mengubah kebodohan- kebodohannya dimasa lalu. ••••• "AIRA VELIKA! KAU MULAI LAGII!" Tertidur diranjang rumah sakit dengan lemah, teman- t...