aira memegang mangkuk yang ada di tangannya, dengan tangan lainnya menyendok makanan ke mulutnya. sesekali dia akan melirik ricky yang tengah mengawasinya makan di samping ranjang rumah sakit.
ricky tidak mengatakan apapun, dan aira pun begitu, tetapi suasana tidak terasa canggung. anehnya itu cukup damai bagi aira yang masih merasakan keguncangan karena peristiwa-
peristiwa yang dilihatnya saat dia tidak sadarkan diri.dia juga telah cukup tenang saat ini.
saat makanan telah habis, aira mengatakan dengan suara yang pelan, tidak ingin menyinggung sedikitpun ketidaknyamanan dari sang penolongnya.'' sudah habis..''
ricky yang amarahnya masih belum surut, dihadapkan dengan ekspresi gadis itu yang seperti takut digertak, membuat dia merasa tidak berdaya.
Setelah beberapa menit hanya menatap, ricky akhirnya mengulurkan tangan dan mengambil mangkuk dari tangan aira.
Sudah mengambil keputusan, untuk melupakan saja kemarahannya yang tidak ada kejelasan sama sekali.
Dia memang sadar jika hal ini, sebenarnya bukanlah wewenang nya jika gadis ini memutuskan untuk menyelamatkan orang lain.
Akan tetapi masih saja, dia tidak ingin membiarkan hal itu.
Akan semakin berbahaya jika gadis ini begitu berani untuk menyelamatkan orang lain, tanpa menimbang kehidupannya sendiri.
Ricky meletakkan mangkuk itu ke atas meja di samping ranjang rumah sakit, dan menuangkan air untuk nya.
Aira meminum air yang diberikan ricky dengan patuh.
Ricky, "bagaimana kau akan menjelaskan cedera ini pada orang tuamu?"
Aira menjawab dengan cepat, takut membuat penolongnya menunggu.
"aku tidak berencana memberitahu mereka"Ricky, " tidak memberitahu mereka?
"Ya, dress ku selutut, dan itu bisa menutupi luka di kakiku. Aku tidak ingin membuat mereka khawatir, lalu.. kakak juga mengatakan bahwa, kakak telah menghubungi mereka. Kalau aku terluka, itu semua bisa disalahkan padamu. Dengan sifat ayah dan ibu mereka tidak akan menerima penjelasan, mereka akan terlalu panik untuk percaya"
Aira telah menjawabnya secara keseluruhan, dengan penolongnya, dia tidak bisa setengah-setengah seperti saat membalas pesannya. Dia saat ini berlaku dengan sangat berhati-hati.
Ricky mengangguk, dia juga merasa jika dia mempunyai anak seperti aira, disetiap harinya dia juga tidak akan merasa tenang. lebih baik mengurungnya, tanpa orang lain yang akan bisa dia gantikan untuk mengganti tusukan pisau, atau tertabrak mobil.
Gadis ini, sangat membuat khawatir.
"Apakah mereka tidak akan mengetahui saat kau berjalan nantinya?"
"sebenarnya.. luka ini bukan apa-apa''
Aira akhirnya mengatakannya.Dia tidak berbohong, tetapi luka ini memang bukan apa-apa baginya, yang hidup di desa, dan telah mengarungi hutan, dengan berlarian, serta memanjat pohon.
dia hanya akan kesakitan di awal, saat telah terbiasa, dia akan bisa menanggung rasa sakit itu, dan dapat berjalan seperti dia tidak mempunyai luka. Bahkan, saat dia terjatuh dari sepeda, dia masih terus bermain dengan evan, dan membuat neneknya memarahinya.
Ricky mengangkat alis. "bukan apa-apa?"
Tidak merasakan nada aneh nya, aira menjawabnya dengan mengangguk, dan berkata. "Ya, aku bisa berjalan seperti biasa, saat telah terbiasa dengan lukanya"
Terbiasa dengan lukanya..
Seperti yang diharap, cara berfikir gadis ini memang sangat mengkhawatirkan. Ricky mengeluarkan nafas berat.
Melihat aira yang sekali lagi melihat jam dinding rumah sakit, ricky berkata. "Ingin pulang?"
Aira mengangguk, masih memegang gelas nya, dia melihat jendela rumah sakit.
"sudah gelap, ibu dan ayah pasti akan khawatir.."
Dia menggaruk lapisan cangkir yang di pengangnya, merasa khawatir akan orangtuanya.
" baiklah"
Ricky bangkit dan memencet bel, untuk memanggil suster." kita akan melepas infuse mu dulu"
Tidak lama dari itu, 3 suster memasuki ruangan.
Merasakan mereka dengan sigap melepaskan infuse dengan sangat berhati-hati, aira memikirkan fakta bahwa lukanya bukanlah apa-apa.
Apakah, orang pingsan harus diinfuse?
Karna hanya mengetahui cara dunia lewat sinetron, aira bertanya-tanya, bukankah ini terlalu berlebihan?
Melihat suster melepaskan infuse yang ada di punggung tangan gadis itu, ricky mengirim pesan pada wiliam, sekertarisnya.
William yang tengah berdiri di depan pintu kamar rumah sakit, membaca pesan.
Tuan muda: urus pembayaran rumah sakit, dan siapkan mobil.
Setelah suster pergi, ricky berkata pada gadis itu "aku mengendongmu, atau kau lebih memilih kursi roda?"
Aira menjawabnya dengan cepat.
"tidak, aku hanya akan berjalan"Ricky, "itu tidak ada di pilihan"
Aira bergumam dengan lembut. " tapi.. aku benar-benar baik-baik saja, dan bisa berjalan"
Ricky menyamping, membuat wajah pengertian, dengan helaan nafasnya.
"oke, baiklah"
Aira tersenyum, lalu mengeluarkan kakinya, yang diperban tipis di lutut, dia perlahan-lahan menyentuh lantai dingin rumah sakit.
Ricky, tanpa berkata-kata, membuka lemari, dan mengeluarkan satu set alas kaki yang di sediakan pihak rumah sakit.
Dia membungkuk dan meletakkannya tepat di bawah kaki gadis itu. "Pakailah ini"
Aira menunduk, dan mengangguk.
Dia memakainya dan perlahan-lahan berjalan mengelilingi ruangan selama beberapa putaran.
Sebenarnya di merasakan bahwa kakinya sudah baik-baik saja.
Ini benar-benar tidak ada yang serius, dan hanya lecet sedikit. Tetapi karena ada penolongnya, dia tidak mungkin mengecek lukanya dengan melompat-lompat atau berlarian.
Dia hanya bisa berjalan dengan lemah lembut, seperti putri keraton.
Ricky yang tidak membuat suara dan hanya memperhatikan, membuat wajah tertegun.
Awalnya dia hanya ingin mengetahui seberapa mampunya gadis ini. Tetapi setelah melihatnya berjalan dari menahan sakit, perlahan berjalan seperti biasa, itu membuatnya kagum.
***
Aira menepuk bantal dengan pipinya, dia bahkan tidak memikirkan bagaimana menjadi begitu lancar untuk pulang kerumah.
Ibu, ayah, bahkan rene, tidak ada yang bertanya padanya, bukan seperti yang dia bayangkan.
Mereka diam di meja makan, saat makan malam. Aira pun tidak membuka penjelasan, karna dia sangat tidak ingin berbicara panjang lebar saat ini.
Mereka seperti tau bahwa putrinya tidak ingin berbicara dan bekerja sama dalam tutup mulut dari pertanyaan apapun yang ingin mereka katakan.
Sangat sempurna, aira tidak bisa lagi memikirkan bagaimana bisa dia begitu buta untuk menghancurkan keluarganya sendiri di mimpi itu.
Tetapi saat ini, itu hanyalah sesuatu di masa lalu yang sudah terubah.
Dan saat ini, orang yang membuat dia mendapatkan segalanya, kehilangan seseorang yang dia anggap semuanya di dalam hidupnya.
Kasih sayang..
Bukankah seharusnya, dia mendapatkan semua yang sempurna dalam hidupnya?
Dia seharusnya mendapatkan kasih sayang yang tulus dari orang itu, mungkin.. dia sudah menganggapnya sebagai sosok ibu.
Aira tidak bisa lagi berfikir, yang dia inginkan saat ini hanyalah perasaan ingin menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
AIRA (On Going)
RomancePada usia 17 tahun Aira bunuh diri Lalu dia terbangun lagi, kembali diawal untuk mengubah kebodohan- kebodohannya dimasa lalu. ••••• "AIRA VELIKA! KAU MULAI LAGII!" Tertidur diranjang rumah sakit dengan lemah, teman- t...