"Aku akan.. makan malam bersama diluar nanti, jadi aku akan pulang lebih cepat" Aira mengatakan dengan ragu ragu pada teman temannya.
Atmosfer udara salah. Edgar yang begitu pendiam, Risma yang memasang wajah memelas, Remi yang bersandar dikursi seperti tidak memiliki tenaga, lalu ada juga Mawar yang masih bermata merah sehabis menangis tadi.
Jika tidak ada janji dengan kakak itu, Aira akan memilih untuk tinggal, dan mengintrogasi mereka semua.
Mengangkat bahu, Mawar mengelap hidungnya yang beringus dengan suara, "ya, orang tuaku juga mengajak untuk makan malam diluar, bersama nenek dan kakekku"
"Orang tuaku juga. Sebenarnya ada apa dengan hari ini? padahal aku tidak ingin ditanyai dengan begitu banyak pertanyaan tentang sekolah ini, aku hanya ingin menendang dan memukul di klub tekwondo ku dan membayangkan semua yang kupukul adalah kertas kertas ujian yang kukerjakan sebelumnya itu. Tetapi aku akan bertanya dengan serius pada kalian semua disini teman teman, kenapa ada yang dinamakan pelajaran matematika didunia ini? Kenapa?! Kepalaku seperti berada di dimensi yang berbeda saat melihat angka angka, padahal saat aku menghitung uang, aku sangat pintar"
Setelah menyuarakan keluhannya, Remi terkulai lemah dimejanya. Tidak bertenaga lagi.Risma berkata tanpa pertimbangan apapun, "itu karna otakmu sendiri"
Remi menghela, Menahan amarahnya yang besar. Risma, wanita busuk ini bahkan tidak tau temannya sedang ingin hiburan bukan tusukan kata kata seperti itu. Dasar wanita bermulut pedas.
Melihat perseteruan. Edgar yang bersandar dikursi, mendekati Remi memberikan tepukan menenangkan padanya, "sudahlah, nasib kita sama disini. Yang terpenting kau memiliki teman dalam nilai jelekmu itu. Syukuri saja semuanya. Kalian semua akan berbicara dengan mendalam kepada para orang tua. Aku juga akan mengajak keluargaku keluar untuk makan malam saja nanti, tidak menyenangkan kalian melakukan itu dan aku sendirian yang tidak"
Sepertinya mereka sudah kembali. Aira bernafas lega saat meninggalkan mereka tanpa beban dan kekhawatiran lagi.
Setelah keluar dari gerbang, Aira melihat mobil yang dikenalnya, dan william yang membuka pintu untuknya juga, dia menyapa william dengan senyum hangat, sebelum memasuki mobil.
"Kita akan makan malam dimana?" Aira berbicara pada orang yang berada didalam, duduk dikursi penumpang.
Pemuda itu sedang membaca sebuah kertas sebelumnya, tetapi sekarang diletakan di kursi, disamping Aira.
Ricky melihat Aira yang terlihat bersemangat, dan tidak mampu tidak bertanya, "ada kabar baik apa hari ini?"
Tertegun setelah terlihat, Aira tersenyum malu, Aira tidak ingin mengungkapkan bahwa dia hanya senang keluar dengan kakak itu, dia bahkan tidak tau apa yang dia senangkan, jadi Aira hanya menjawab dengan lirih, "tidak ada apa apa"
Ricky mengamati Aira. Mata mereka bertemu selama beberapa detik, dan Aira yang kalah duluan, menunduk kebawah, melihat sepatunya.
Melihat senyum tidak lepas dari gadis yang menunduk disebelahnya ini, dan Ricky dapat merasakan jantungnya sendiri yang berdebar.
Perubahan terjadi,
Ricky tau, tidak mudah untuk membuat seorang gadis yang susah ditebak seperti Aira untuk jatuh cinta padanya.
Dia yang mencintai gadis ini lebih dulu, dia mau berjuang untuk itu, memberikan semua usaha, saat seorang gadis bisa menatap mata lelaki saat berbicara itu berarti gadis itu tidak mencintaimu.
Hubungan mereka sudah berjalan lebih dari setengah tahun sekarang.
Ricky tidak bisa memastikan apakah gadis ini telah jatuh padanya atau belum, tetapi Ricky yakin, bahwa seiring berjalannya waktu, dia akan membuat hal itu terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
AIRA (On Going)
RomancePada usia 17 tahun Aira bunuh diri Lalu dia terbangun lagi, kembali diawal untuk mengubah kebodohan- kebodohannya dimasa lalu. ••••• "AIRA VELIKA! KAU MULAI LAGII!" Tertidur diranjang rumah sakit dengan lemah, teman- t...