bab 11: siapa yang kau sebut milikmu?

16.3K 1.8K 31
                                    

Aira memandang keluar jendela, dengan tertarik melihat keluar rentetan pohon-pohon yang berjejer rapi di pinggir jalan.

saat ini jalanan macet seperti biasa. Sudah tidak diragukan lagi, dia sangat mengerti tidak lancarnya jalanan di ibukota negara ini. dia semalam membaca sebuah artikel yang menarik dari tribun news.

Negara indonesia berada di nomor 12 dunia, dan di nomor dua asia.

Dalam hal apakah itu?

Berdasarkan data INRIX, sebuah lembaga penganalisis data kemacetan.

Kota-kota besar yang ada di negara indonesia tak akan luput dengan namanya kemacetan.

Kota Bandung, kota Malang, kota denpasar, kota Semarang, dan kota Jakarta, merupakan kota yang memiliki angka kemacetan tertinggi di negara indonesia, yaitu berada di 100 besar dunia.

selamat!

Dari lima kota besar tersebut, kota Jakartalah yang menduduki peringkat pertama angka kemacetan dinegara indonesia yang diperkirakan 55 jam per tahun.

Negara indonesia memiliki angka kemacetan yang cukup tinggi dikarenakan kurang ketatnya peraturan dan undang-
undang dalam hal kepemilikan kendaraan.

Sebagai contoh, satu keluarga belum tentu memiliki satu kendaraan. Menurut survei mereka memiliki lebih dari 2 atau 3 kendaraan.

Dia berhenti memikirkan hal rumit itu saat melihat seorang anak, yang kira-kira seumuran rene sedang duduk di pinggir di depan pintu minimarket kecil di pinggir.

Dia dengan cepat meluruskan punggungnya dan melihat keluar jendela, melihat anak diluar itu lebih jelas lagi.

Anak itu duduk disana sambil memeluk lututnya, seperti kedinginan, pakaiannya sangat tipis dengan hanya t-shirt biru muda, dengan celana pendek hitam diatas lutut.

''pak, berhenti sebentar'' dia langsung menyuruh pak hardi untuk berhenti.

Pak hardi tidak mengerti, tetapi masih dengan patuh menepikan mobil lebih ke pinggir.

''baik non''

Saat mobil telah terparkir, aira membuka pintu untuk keluar, tidak lupa memberikan intruksi pada pak hardi. ''tunggu sebentar disini pak''

dan dia keluar dari mobil, dia berjalan menghampiri anak itu, teringat akan rene, dia sedikitnya tahu kehidupan semacam itu, tetapi itu sangat berbeda dikota daripada didesa.

didesanya masih banyak orang yang bergotong-royong masih membantunya tetapi sedangkan disini dia tahu dengan sikap masyarakat kota besar yang cenderung acuh tak acuh dan selalu merasa bahwa hal seperti ini bukan urusan mereka.

Tentu saja, di juga bukan orang baik.

Bagaimana bisa dia disebut orang yang baik, anak yang durhaka dalam mimpinya, selalu membuat masalah dengan orang tuanya sendiri dan menggertak adik kecilnya yang imut.

itu... tentu saja dia pantas dikatakan orang jahat. Tetapi itu belum terjadi, dan dia bisa dianggap sebagai sedikit baik. katakan saja begitu.

Dia ketakutan dengan sikapnya yang selalu membuat ulah dimimpi itu, menghancurkan keluarganya sendiri, membuat ibunya menangis, ayahnya terpukul, rene sendirian.

tetapi bukan berarti dia ingin menutup mata tentang hal seperti ini, dia terus teringat akan seseorang yang dia sayang jika melihat kesusahan orang lain, atau kemiripan kehidupan mereka.

Rasanya.. bagaimana dia mengatakan-
nya, dia selalu terdorong untuk melakukan hal-hal semacam ini. Perasaan ini persis sama, dengan yang dibuatnya saat membantu nenek, satu hari yang lalu.

AIRA (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang