bab 63 : gambaran masa lalu

7.3K 831 28
                                    

"Aira, jangan berlarian, duh, anak nakal ini!"

Dari belakang aira dapat mendengar teriakan neneknya yang memanggil, dia melihat evan yang berlari didepannya.

Mereka saat ini akan menjalankan sebuah misi.

"Apakah kau bisa menurunkannya?"

Evan memanjat dahan pohon untuk beberapa lama, pohon ini cukup tinggi dan dia sangat menyesali kaki nya yang pendek.

"Ambil 3 saja" aira berteriak dari bawah.

Evan mengambil 3 telur puyuh yang dia gapai dengan susah payah

"kenapa tidak mengambil semuanya, kita tidak akan kenyang hanya dengan 3 biji ini"

Menepuk kepala evan, aira berceloteh, "kita sudah memakan bayi seseorang, kau tidak merasa kasihan, mengambil semuanya untuk dimakan? Bagaimana kau bisa begitu bodoh?"

Evan merasa itu benar, tetapi juga salah, "mereka hewan, bukan orang, dan jika seperti itu, kenapa kau tidak berhenti memakan ayam, atau burung, dan jika kita berhenti memakan hal hal ini bukankah kita hanya bisa memakan sayuran?"

Aira berhenti berbicara karena tidak tau bagaimana membalas.

Melihat bahwa aira tidak bisa berkata kata evan merasa menang, sepanjang jalan dia menapaki rumput dibawah kakinya dengan riang, melihat belalang disana yang melompat setiap kali dia menginjak rumput, evan menjadi ingat akan sesuatu, "Sebentar lagi musim kemarau, aku memikirkan apakah ibuku bisa mendapat beras lagi dari kepala desa"

"Tahun lalu kita tidak mendapatkan-
nya, karena itu kita harus memakan bayam setiap hari untuk makan, ditambah kentang, dan ubi rebus, terbiasa memakan nasi, hal hal seperti itu tidak akan bisa mengenyangkanku"

Aira menampaki jalan di sepanjang sawah, melihat bekicot disana, dia menyingkirkan rumput, dan mengumpulkan mereka satu persatu, sebelum berkata dengan ragu,  "bukankah kepala desa sudah mendapat dana bantuan dari walikota? Aku mendengar nenek berbicara dengan ibumu di luar rumah waktu itu"

Mendengar itu evan menampilkan raut wajah senang, "Benarkah?"

"Ya, nenek mengatakan bahwa karna ada kecelakaan mobil didekat desa kita beberapa hari yang lalu, dan karena penduduk desa yang menyelamatkan anak kecil didalam mobil itu, orang tua mereka menyumbang beberapa puluh uang pada kota kita" selanjutnya aira, menirukan kata kata kasar neneknya dalam mengutuk, "jika kejadiannya bukan didaerah sini, mungkin walikota tidak akan pernah menginjakkan kakinya disini. Nenek berkata begitu"

"Ahh.." evan berkata dengan nada pencerahan, "beruntung kecelakaan itu ada didaerah sini, kalau tidak, seperti tahun-tahun sebelumnya, kita hanya bisa makan daun-daun bayam, kangkung, dan apalagi ya, terlalu banyak aku jadi tidak ingat, melihat hal hal bewarna hijau itu rasanya aku sudah ingin melarikan diri"

Menepuk kepalanya lagi, aira tidak bisa tidak memarahi, " hei, bukankah lebih baik jika tidak ada kecelakaan, dasar evan bodoh. kasihan.. yang selamat hanya anak kecil itu, yang lainnya meninggal ditempat"

Evan menampilkan wajah sedihnya, "benar juga. Saat ayahku meninggal aku tidak melihatnya, wajahku ditutup oleh ibuku dengan erat, bahkan mengintip pun aku tidak bisa, tetapi melihat ibuku menangis saja aku sudah sangat sedih, dan aku masih kehilangan ayah. Saat aku pulang sekolah, ayah pernah menjemputku, waktu itu pak damar meninggal karena kekurangan makanan, aku bertanya kenapa orang bisa mati, dan dia menjawab bahwa pasti semua orang pasti mati suatu hari nanti, lalu aku bertanya lagi akan berada dimana orang-orang itu nanti, dia menjawab di surga atau neraka, dan aku yakin ayahku yang baik pasti berada disurga saat ini. Aku berharap dikehidupan selanjutnya aku masih bisa menjadi anaknya"

AIRA (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang