bab 40 : untuk sekian kalinya

8.9K 888 6
                                    

Setelah tidur cukup larut tadi malam, karena terlalu banyak berfikir tentang fakta yang baru diketahuinya.

Hasilnya aira menutup semua itu, dan memutuskan untuk tidak larut dalam keguncangannya terlalu lama.

Kejadian tidak bisa terubah, kecuali, jika batu itu masih ada, dan kakek, serta roh ibu kakek itu sendiri tidak menghilang.

Dan meskipun semua hal itu ada didepan aira

Apakah dia sanggup untuk menerima nasibnya begitu saja?

Tidak..

Tentu saja tidak.

Adakah seseorang yang melihat dengan matanya sendiri, mengalami kejadian buruk yang akan dideritanya, dan ingin mengulanginya lagi

Menerima nasib kehancuran itu?

Jangan bercanda.

Semua orang pasti ingin bahagia.

Meskipun.. dengan cara yang salah.

Menghargai kehidupan ini, dengan ibu, ayah, adiknya, teman- temannya, dan.. memberikan segalanya untuk penyelamatnya.

Hanya itu yang bisa dia lakukan.

Setelah menyisir rambutnya, dan berfikir di depan cermin sendirian, aira  menoleh ke jam dinding kamarnya, melihat bahwa ini masih begitu pagi, langit masih gelap terlihat dari jendela kamarnya, dia bersiap turun kebawah untuk membantu menyiapkan sarapan dengan bi irah.

Melewati kamar rene, serta orang tuanya, aira melihat bahwa pintu mereka masih tertutup, ini masih pukul 05:30.

terlalu mengetahui akan kebiasan mereka, aira tidak heran akan hal itu.

Ayahnya berangkat kerja pada jam 8, dan ini terlalu pagi untuk mereka bersiap.

Dia membenarkan celana panjang yang dipakainya, agar tidak terlihat luka dangkal di lututnya yang tidak terasa lagi. hanya untuk berjaga-jaga agar mereka tidak mengetahuinya, dia berencana untuk memakai celana panjang selama beberapa hari, untuk menunggu luka nya mengering, dan membeli obat penghilang bekas luka nantinya.

Lagipula, walaupun libur sekolah  dia tidak akan pernah melupakan hal yang dia janjikan.

Membeli semua balon itu..

Dia ingin tertawa frustasi jika memikirkan hal itu

Dia sangat bingung saat ini

Sekolah rene juga libur seperti miliknya, dan entah mau diapakan nanti semua balon itu.

Haruskah dia membagi-bagikannya ditaman?

Memikirkan itu aira mengangguk, pikirannya tepat, karena ini hari libur untuk semua siswa karena ujian tengah semester, tentu saja banyak yang menghabiskan waktunya di taman.

Dan itu juga termasuk anak-anak.

Memikirkan tentang lukanya, dan juga tekadnya.

Dia melupakan satu hal.

Dia sudah berniat untuk membalas.

kakak itu sering mengirimnya pesan.. dia tidak tau harus melakukan apa, karna hal itu dia hanya berfikir untuk melakukan hal yang sama.

Aira kembali kekamarnya, lalu meraih handphone di atas meja riasnya, membuka pesan, mengetik, dan mengirimnya pada kakak itu.

Setelah melakukan hal yang harus dilakukan, dia menuruni tangga sekali lagi.

Berjalan menuruni tangga, dia melihat sosok bi ningsih yang sedang menyapu, aira tersenyum dan menyapanya. "Selamat pagi ~"

Bi ningsih mengembalikan sapaannya dengan lebih ramah lagi. " pagi non~"

AIRA (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang