Bab 59: tentang seorang anak yang belum tumbuh dewasa

8.3K 1K 80
                                    

Mari kita berbicara tentang kematian.

Menurutmu apa itu?

Apakah bayangan tentang kematianmu akan damai.

atau ...

Keluar dari ruang rapat, berliana linglung.

Dia berjalan menuju tangga, berhenti, lalu berubah fikiran dan hanya memilih untuk memasuki lift.

Ada beberapa orang yang berada didalam lift, mereka manatapnya dengan berbagai macam hal. Tetapi berliana tidak perduli.

Menekan lantai paling atas, dia kemudian berdiri diam dan menunggu.

Ricky keluar dengan aira dari ruangan itu, karena mereka tidak lagi dibutuhkan

didalam sedang berlangsung pembicaraan tentang keputusan terakhir berliana, walaupun mereka tidak usah menebak lagi apa keputusan akhir dari polling yang sudah jelas.

Ricky melihat aira yang cemas melihat sekelilingnya, dia dengan tenang melihat ke arah lift yang agak jauh dari sini, dan menebak, "Dia sudah naik, apa kau membutuhkanku untuk menemanimu aira?"

Panik, aira menatap kakak itu dengan tiba tiba, "dia sudah naik?"

Bagaimana kakak ini bisa sangat tenang disituasi seperti ini? Ini menyangkut kehidupan manusia!

Baiklah, baiklah, apa yang harus dia lakukan

Aira mulai berbicara sambil berjalan menuju lift yang agak jauh, " tidak, tidak, aku akan berbicara dengannya, ini butuh privasi, aku keatas, sebentar saja, dan aku akan menemui kakak lagi, oh benar, katakan pada kedua orang tuaku bahwa aku pergi ke kamar mandi kak!"

Kalimat terakhir nya menjadi sedikit melengking karena dia memperbesar suaranya.

Para kerumunan siswa siswi yang dipanggil sebagai saksi juga melihat kearah gadis, dan pemuda itu dengan rasa ingin tau.

Ricky melihat kepergian aira yang tergesa gesa, dan mulai berfikir

Haruskah dia mengikutinya? Apakah gadis itu akan terluka lagi nanti?

Ikuti dia atau tidak?

Ricky merasa sedikit asing dengan mencampuri kehidupan orang lain seperti ini, dia tidak pernah menggunakan otaknya untuk masalah orang lain, dan sekarang dia menggunakannya untuk menyelamatkan orang lain?

Betapa leluconnya.

"Kenapa kau tersenyum seperti itu?" Ciam menegur temannya yang baru keluar dari ruang rapat, dia melihat kesekeliling untuk mencari apa yang dia cari, tetapi tidak menemukannya, "dimana malaikatku?"

Mengerutkan kening, ricky menghela nafas, entah kenapa dia selalu merasa marah saat temannya ini mengatakan julukan itu, dan menambahkan kalimat 'ku'

Ricky tidak menjawab, dan hanya berjalan duduk, menunggu kedua orang tua aira, dan kedua orang tuanya sendiri.

Melihat kearah pintu lift untuk kesekian kalinya, ricky mulai merenungkannya lagi.

***

Aira berlari tergesa gesa, dia kehilangan jejak berliana, perasaan dari roh itu seperti bisa mendeteksi hal buruk yang akan terjadi, saat sedikit saja dia menjauh dari kakak itu, perasaan tidak nyaman saat orang lain akan tertimpa suatu hal yang buruk, akan dirasakannya lagi.

Tanpa sadar dia tidak melihat bahwa ada sekelompok orang yang menghalangi jalan didepannya, dan menabrak mereka, dia mengatakan kalimat 'maaf' tanpa melihat,
Kemudian berlari lagi.

"..." Edgar, risma, mawar, remi, yang diberi kata maaf.

Naik lift, memasuki, menekan lantai paling atas, dengan kehabisan nafas karena kurangnya udara, aira menompang dirinya sendiri dengan tangan di dinding lift.

AIRA (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang