14

45 6 0
                                    

"Waktumu hanya 1 bulan," Ucap Taeyeon tegas sambil melihat kedua tangannya di depan dada.

Salah satu kakinya berulang kali di hentakan ke lantai. Mata tajamnya tertuju pada seorang laki-laki yang berdiri tak jauh di depan mejanya.

Kepala laki-laki itu menunduk, terlihat bagaimana ia tidak ingin melihat tatapan menyeramkannya.

"Jika kau belum melewati tahap kedua, aku tidak bisa melakukan apapun selain mengeluarkanmu."

Laki-laki bernama Mashiho itu menghembuskan napas beratnya. Tantangan untuk Diffecial sepertinya tidak hanya tentang melewati tahap kedua atau dipecat dari pekerjaan paruh waktu.

Ini juga tentang nyawanya.

Selama Mashiho bekerja di Magia Unica, kekuatannya bisa di stabilkan oleh bantuan Yunhyeong atau Taeyeon.

Tapi, bagaimana jika ia tidak lagi terhubung dengan mereka?

Bisa-bisa dia mati dikendalikan kekuatan apinya.

"Maaf... Tapi, bukankah mereka yang sudah menandatangani kontrak tidak bisa keluar sebelum waktunya?" Tanya Mashiho hati-hati.

Ia mendongakan kepala dan berusaha membalas tatapan Taeyeon, "Tidak mungkin secepat itu menguasainya... Aku juga bisa mati karna api ini."

"Ya, kalau begitu, mati saja."

"Eh?"

"Bagaimanapun caranya pasti akan ku lakukan untuk mengeluarkan mu jika terus merugikan ku," Lanjut Taeyeon menyadarkan dirinya pada sandaran kursi.

Wanita itu mengangkat alisnyaㅡsedikit terkejut menyadari Mashiho berani membalas tatapannya di saat yang tidak tepat.

Melihat wajahnya yang berani tapi takut di waktu yang bersamaan itu membuat Taeyeon geregetan ingin melemparkan ke kutub utara.

Taeyeon mendecak sebal, lalu melempar sebuah sampah kertas ke arah dinding sebelum membuka suara. "Ini sudah yang ke-3 kalinya kau membakar dapur, Mashiho. Kau tahu berapa barang yang hangus?!"

Si pemilik nama yang menjadi bahan semburan kemarahan Taeyeon reflek menurunkan kepalanya.

"Kau bisa membayar ruginya?! Aku bahkan belum membayar cicilan panci hangus tadi!!"

Mashiho meringis pelan, kaget mendengar seruan Taeyeon emosi.

Tiba-tiba, wanita itu memukul mejanya keras. Membuat Mashiho lagi-lagi dikagetkan olehnya.

"Ah... Kenapa harus ada virus itu di dunia ini?" Gumam Taeyeon masih bisa didengar oleh Mashiho dimana dirinya adalah salah satu manusia yang terkena virus tersebut.

"Maaf..."

"Ah, sudah lah! Pergi sana," Seru Taeyeon menunjuk kecil pintu yang hanya beberapa langkah di kiri belakang Mashiho.

Merasa canggung untuk keluar, Mashiho mengerutkan dahinya bingung sambil melirik kearah pintu dan kembali melihat Taeyeon.

"Apa kau tidak mengerti?! Keluar sekarang!" Seru wanita itu lagi lebih dari sebelumnya membuat Mashiho mau tak mau berlari cepat keluar ruangan.

Taeyeon melepaskan bahunya, memandang pintu yang langsung di tutup oleh laki-laki itu. Ia menghembuskan napas beratnya dan langsung menyandarkan punggungnya pada kursi.

"Hah... Anak itu benar-benar," Gumam Taeyeon sambil memijat dahinya yang hangat dengan tangannya.

Oh? Aku masih hidup ternyata... Pikirnya sebelum beralih pada hal lain.

Wanita itu melirik sebuah telepon hitam yang berada di sisi kiri mejanya dan meraihnya. Ia menekan beberapa tombol sebelum mendekatkan telepon jadul itu ke telinganya.

Sesaat kemudian, seseorang mengangkat panggil tersebut.

Taeyeon reflek menegakan tubuhnya.

"Halo, Taeyeon, ada apa?" Sahut seseorang dari seberang telepon berbicara terlebih dahulu.

"Halo, Changmin..." Balas Taeyeon sambil mengetuk meja berulang kali dengan jemarinya. Wanita itu terdiam beberapa saat sebelum akhirnya membuka suaranya kembali.

"Apa kau masih menerima Diffecial?"

Magia UnicaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang