48

20 2 0
                                    

"Kak, apa lebih baik kita luaskan bagian toko?" tanya Yuna sambil menyandarkan tubuhnya pada dinding dengan lebar 30 sentimeter yang menjadi pembatas antara bagian cafe dan toko Magia Unica. Kedua kakinya ia posisikan di samping batas lantai yang memiliki warna berbeda, sementara kedua tangannya ia letakan ke belakang.

"Kebanyakan pergi cafe, Yun, sumber uang itu," balas Jungkook yang berdiri di sebrang, melipat kedua tangannya di depan dada. "Pakai rumus sebelumnya aja, tiga perempat cafe dan satu perempat toko."

"IYA, SETUJU ITU GAK PA-PA, KITA CAPEK NYAPU NGEPELNYA!" sahut Wonyoung, salah satu penjaga toko yang sedari tadi membersihkan lantai, membuat Yuna dan Jungkook reflek menoleh kearahnya.

Penyihir yang berdiri di sebelah kanan perbatasan tertawa, "Mupeng!"

"Mupeng apaan?" tanya Yuna membuat Jungkook menoleh kembali kearahnya.

"Muka pengen!"

"Astaga..." Yuna menggelengkan kepalanya, merasa penyihir yang sudah melewati 4 abad itu lebih banyak bergaul dengan manusia dibandingkan makhluk sejenisnya.

Sesaat kemudian, perhatiannya teralih ketika mendengar suara merdu yang berasal dari sisi kirinya, bagian cafe. Gadis itu menoleh dan memandang dua makhluk yaitu siren dan alkonost yang sedang berubah wujud menjadi manusia saat berada di Magia UnicaㅡJieun dan Suhyunㅡdimana melakukan pekerjaannya sebagai penyanyi di panggung kecil cafe. Walau mereka bukan pekerja resmi, sama seperti Mingyu dan Yuta.

"Apa kita harus besarkan panggungnya?" tanya Yuna melangkah pelan mendekati Jungkook untuk melihat panggung lebih jelas.

Entah kenapa, gadis itu tidak mendengar tanggapan rekannya sehingga ia menoleh dan mendapati sorot mata Jungkook seakan terkunci pada satu titik kearah panggung.

"Ngeliatin siapa? Yang siren atau alkonost?" sahut Yuna mengejutkan Jungkook setelah menyenggol lengan kirinya. "Hati-hati, lho, Kak. Untung Bu Taeyeon sihir mereka, jadi suaranya enggak bahaya."

"Iya-iya, ya udah coba aja luasin panggungnya," jawab Jungkook mengalihkan topik. 'Tapi, mau gimana? meja-mejanya kepotong dong?"

"Iya, tiga meja panjang yang dekat dinding itu kita hilangkan lalu kita panjangkan panggungnya," jelas Yuna kembali pada pekerjaannya. "Tinggi panggungnya juga cuma lima sampai tujuh senti, kita ubah bentuknya jadi setengah oval daripada persegi panjang."

"Hmm..." Jungkook mengangguk, kembali melihat keatah panggung yang masih digunakan kedua penyanyi Magia Unica itu. "Oke."

"Ih, siapa, sih??" Yuna menyadari penyihir itu tidak fokus dan ikut menoleh mengikuti arah pandangnya. "Siapa? Yang siren?"

"Apa, sih, Yun."

"Lho, beneran?" Gadis itu membulatkan matanya dan menoleh kearah Jungkook yang kembali melihat kearah Yuna. "Emang penyihir bisa sama siren? Baru tahu..."

Jungkook mendecak pelan dan menyandarkan sisi kanan tubuhnya ke dinding, lalu menghela napas beratnya.

"Harusnya, sih, enggak."

Melihat wajah sedih Jungkook membuat Yuna menurunkan sudut senyumnya, "Yah... Sayang banget..."

Magia UnicaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang