Rubin sedang mencerna apa yang baru saja terjadi. Ia tidak pernah merasa sebahagia ini sebelumnya, bahkan selama 25 tahun hidupnya.
"Wah... Ini..." Rubin memegangi kepalanya yang terasa kosong, seakan seluruh beban yang ada di dalam pikirannya menghilang. Ia meremas rambutnya dengan kedua tangan, membuat keadaan rambutnya berantakan lalu melepaskannya.
Selama berjalan turun dari jembatan, ia mengingat kembali momen dimana 'Anak Kesayangan' ayahnya itu menjatuhkan dirinya dari jembatan.
Sambil memikirkan itu, ia beberapa kali terganggu oleh air yang menggenang di jalanan. Padahal, tidak ada hujan seharian.
Air? Banjir? Pikir Rubin berhenti dan mengerutkan dahinya ketika ia merasa kakinya mendingin. Sesaat kemudian, ia membulatkan matanya kaget melihat air yang perlahan naik ke atas mata kakinya.
Rubin memutuskan untuk berlari menuju pemukiman warga yang seharusnya tidak jauh dari jembatan itu. Laki-laki menfokuskan arah pandangan-nya pada sebuah rumah yang memiliki tanjakan di depannya.
Tapi, anehnya, semakin ia mendekatㅡia merasa rumah itu semakin menjauh.
Ia semakin panik ketika jarak nya dengan rumah itu menjadi panjang. Ditambah lagi dengan air yang sudah sampai ke bagian pinggulnya, membuatnya harus melompat-lompat kecil untuk mempercepat langkahnya.
Rubin baru ingat, kalau ia tidak bisa berenang.
Sama seperti Jinwoo.
Beberapa saat kemudian, Rubin berhenti.
Itu adalah hal terbodoh yang pernah ia lakukan ditengah air yang terus menaik dan sudah sampai di atas dadanya. Keadaannya yang panik membuat energinya cepat habis sehingga Rubin tidak tahu lagi harus melakukan apa untuk menyelamatkan nyawanya.
Cuma gara-gara bocah itu? Pikirnya lanjut berjalan sambil menoleh ke arah jembatan yang sudah jauh di belakang.
Dan baru saja ia menoleh, Rubin kembali di kagetkan oleh jembatan yang terhantam gelombang besar.
Laki-laki itu membulatkan mata kaget dan dengan cepat mencoba berlari ke pemukiman warga.
Tapi, semuanya terlambat.
Gelombang itu membuat air yang sudah setinggi leher Rubin pun menaik menuju kepalanya. Rubin harus menahan napasnya dan terpaksa berenang asal. Dia bahkan tidak bisa membuka matanya.
Sudah terlalu lama di bawah air, Rubin berusaha naik ke permukaan untuk mengambil napas.
Hampir saja ia dapat merasakan udara, tiba-tiba sesuatu menarik kakinya.
Rubin berteriak dalam mulutnya.
Ia terus menendang sesuatu yang menarik dirinya, alhasil Rubin sesak napas dan benar-benar membutuhkan udara.
Sayangnya, laki-laki itu semakin jauh dari permukaan air.
Dia tenggelam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Magia Unica
Fantasyㅡ since 1609 (maaf ya ceritanya gak jelas, nanti di revisi lagi kok 😗) © FLCVOURSKY | October 2021