66

13 1 0
                                    

"Kau sudah belajar tentang kutukan di sekolah sihir bukan?" tanya Taeyoung membuat Irene mengangguk cepat. "Kami mendapat kutukan juga karena ayah kalian sepertinya melakukan kesalahan sebelum meninggal, tapi kami belum menemukan apa yang terjadi sampai sekarang."

"Tunggu sebentar," sela Taeyeon sedikit mengangkat kedua tangannya. Bingung karena Irene cepat sekali akrab dengan dua penyihir itu. "Aku masih tidak mengerti, apa ini sebenarnya?!"

"Diam dulu, Kak," tegur Irene menoleh kesal lalu kembali melihat kearah Yoojin dan Taeyoung sambil bertanya, "Bagimana kalian bisa tahu? Dimana kalian saat hari kematiannya? Jika ayah itu anak kalian, kenapa kalian tidak menyelamatkannya?"

Eugene mencoba memperlembut hembusan napas beratnya, memandang dua kakak-beradik itu bergantian. Pertanyaan Irene tadi sempat membuat memori masa lalunya terulang kembali, walau sudah beberapa abad terlalui. "Penyihir tidak sempurna, Irene, sama seperti manusia dan makhluk lainnya. Orang tua kalian memiliki rasa ingin tahu yang tinggi tentang dunia manusia, jadi mereka pindah kesana. Kabar kematian mereka bersamaan dengan hari kami dipanggil ke pengadilan, justru mereka lah yang memberitahu kami. Kalian ingat 'kan kalau kutukan bisa ditanggung oleh anggota keluarga jika pemiliknya lebih dulu tiada? Ayah kalian mungkin melakukan sesuatu sebelum dibunuh oleh manusia dan kutukannya menjadi tanggung jawab kami."

"Memangnya apa yang dia lakukan?" ucap Irene pelan, masih dapat terdengar oleh ketiga penyihir itu.

"Kami juga belum mengetahui itu," jawab Taeyoung menggeleng singkat. "Karena itu, kami ingin melihatnya melalui pusat kutukanmu, Taeyeon. Kami pikir kita bisa menemukan sesuatu disana."

Ucapan itu membuat Taeyeon mengerutkan dahi dan berbicara asal, "Seperti apa? Membaca memorinya?"

"Benar."

Taeyeon mendelik setelah menyadari ucapannya tidak salah. Ia mendecak sambil menutupi wajahnya yang lelah dengan tangan kanannya, "Yaampun..."

Eugene menghela napas, memandang Taeyeon dengan tapapan tidak enak. "Aku minta maaf karena kita harus segera menyelesaikan ini... Padahal, kita ini keluarga dan setidaknya memiliki satu kenangan baik bersama."

"Tidak. Tidak perlu. Memangnya untuk apa?" jawab Taeyeon datar, lalu menurunkan tangannya. Kejadian ini terlalu berat untuk langsung dicerna pikirannya sehingga Taeyeon lebih cepat mengutarakan sesuatu tanpa berpikir terlebih dulu.

Eugene dan Taeyoung adalah orang tua dari ayahnya sekaligus kakek dan nenek dari Taeyeon serta kedua adiknya. Mereka berdua menanggung kutukan ayah Taeyeon yang belum diketahui apa perbuatannya, dan mereka datang setelah mengetahui cara membuka kutukannya.

Taeyeon memang sudah menunggu lana untuk waktu iniㅡmenyelesaikan kutukan dan pergi selama-lamanys dengan tenang. Tapi, kenapa ia merasa waktu berjalan begitu cepat?

"Jadi, apa yang harus kita lakukan?" tanya Irene menyadarkan Taeyeon dari lamunannya.

Eugene mengembangkan senyim tenangnya, ia lega karena Irene lebih dapat bekeja sama dengannya. "Kami berencana untuk melihat memori pusat kutukan saat mereka belum berubah menjadi bunga lebih dulu. Banyak hal yang mungkin akan terjadi, jadi kita lakukan apa yang harus dilakukan sekarang."

Magia UnicaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang