Throwback : Jihan (1)

15 2 0
                                    

Tahun 1903

Pada tengah malam, seorang wanita tua dengan bantuan tongkatnya berjalan memasuki Magia Unica, berniat merayakan ulang tahunnya yang ke-99. Walaupun umurnya terbilang sangat tua, ia mendapat gen turunan yang membuat tubuhnya terlihat 30 tahun lebih muda.

"Selamat datang."

Ia dapat mendengar seorang penjaga kasir menyapa dan keluar dari area kasir untuk membantu menuntunnya ke salah satu meja terdekat.

"Terima kasih," ucap wanita itu tersenyum. Menyadari tempat ini sepi dan hanya satu-satunya tempat makan yang buka, dia bingung mengapa laki-laki yang terlihat baru memasuki umur 20-an itu bekerja tengah malam. "Apa kamu sendirian?"

"Tidak juga," jawabnya dengan intonasi dasar. Sambil meletakan kertas menu ke atas meja dan mengeluarkan buku kecilnya, penjaga kasir dengan name tag bertulis 'Subin' itu bertanya, "Ingin pesan apa?"

"Hmm..." Wanita itu fokus memandang daftar makanan yang tertera. Entah kenapa, 'Menu Rahasia Spesial' menarik perhatiannya. Ia menunjuk nama menu tersebut dan menoleh kembali pada laki-laki yang berdiri di samping mejanya. "Ini. Menu rahasia spesial. Dan untuk meminumannya tidak perlu, aku sudah membawanya sendiri."

Subin mengangguk dan mencatatnya. "Atas nama siapa?"

"Jihan."

"Baik, tunggu sebentar."

"Terima kasih."

-

Bakar lalu pergi, itu mudah...

Tidak ada yang sadar bagaimana seorang pria dengan pakaian serba hitam datang dari jalan kecil yang melewati bagian belakang Magia Unica. Pria itu diam beberapa saat memandang pintu yang belum terkunciㅡbodohnya ia berpikir para pekerja disana pelupa dan meremehkan orang-orang yang berniat balas dendam sepertinya.

Dia teringat kembali kejadian beberapa hari lalu, dimana seorang wanita memberikannya hal aneh dan tiba-tiba saja semua yang pria itu lakukan berubah menjadi kesalahan.

Atau lebih tepatnya, dia merasakan dirinya diberi kesialan. Ia sudah mengalami banyak hal buruk sejak terakhir kali dia datang ke Magia Unica.

Dipecat dari pablik tempatnya bekerja, sang istri menceraikannya dua hari lalu dan meninggalkan satu-satunya anak perempuan mereka di rumah, sementara uangnya hampir habis sehingga tidak cukup untuk membeli alkohol kesukaannya.

Sambil membuka pintu belakang Magia Unica, dia merogoh korek api yang ada di dalam sakunya, lalu masuk ke dalam dengan langkah hati-hati.

Dia meletakan beberapa lembar koran mendekati sisi dinding untui memudahkan api menjalar ke seluruh ruangan. Merasa sudah siap, pria itu menghidupkan korek apinya dan menjatuhnnya ke atas tumpukan koran. Ia berdiri di tempatnya selama beberapa detik untuk memastikan api itu mengenai dinding dan berjalan cepat keluar dari pintu.

Pergi jauh, iya, pergi jauh...

Magia UnicaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang