77

11 2 4
                                    

"Apa terjadi sesuatu? Aku merasakan kekuatan besar dari sini." Jungkook masuk ke dalam ruang rahasia Taeyeon dengan tergesa-gesa dilihat dari wajahnya yang tampak lelah setelah berlari. Langkah perlahan berhenti tak jauh dari posisi Suyeon berdiri, dengan pandangan mengarah Taeyeon yang sedang berjongkok di depan pusat kutukan.

"Entahlah... Sepertinya ada sesuatu yang aneh pada bunga-bunga itu," jawab Suyeon seadanya.

Sesaat kemudian, keduanya merasa ada yang datang dan kompak menoleh ke pintu masuk. Terlihat sekelompok keluarga penyihir yang tidak lain adalah Taeyoung, Eugene, Irene, dan Eunbi datang bersamaan dengan wajah setengah terkejut. Jungkook menduga kalau mereka pasti sudah memprediksi hal seperti ini, terlebih lagi Taeyoung dan Eugene.

"Bunganya bereaksi lagi," ujar satu-satunya pria dari keluarga itu entah pada siapa sambil berjalan mendekati pusat kutukan. "Kita harus segera melakuak ritual."

"Secepat itu?"

Pertanyaan Irene membuat Taeyoung memelankan langkahnya dan menoleh ke belakang. Tatapan matanya yang serius berangsur-angsur lemah seakan memberikan arti, "Kuncinya ada di perasaan Taeyeon. Semakin lemah perasaannya, semakin besar peluang kita untuk membuka kutukannya. Kita tidak punya kesempatan lain..."

"Aku bisa merasakan perasaan Taeyeon dan bunga itu bertemu, aku setuju dengannya," tambah Eunbi mengangguk yakin.

Irene reflek mengepalkan tangannya, membiarkan dirinya melampiaskan seluruh emosi pada ujung kuku yang menusuk kulit. Kekagetannya bukan karena Taeyeon dan kutukannya, tapi tentang perasaan para pekerja yang baru saja mengetahui fakta tersembunyi Magia Unica, lalu mereka harus bertemu dengan perpisahan yang belum mereka persiapkan. Dan anehnya lagi, ini pertama kalinya Irene merasa ia harus mempedulikan perasaan mereka.

Sambil menahan amarahnya, Irene membuka mulut, "Tu-tunggu dulu."

"Tidak." Balasan Taeyeon mengalihkan perhatian seluruh penyihir serta satu keturunan Euryale kearahnya. Wanita yang sedari tadi diam akhirnya berdiri dan berbalik. Matanya terlihat lemah, tapi tajam secara bersamaan. "Kita lakukan sekarang."

"APA DISAAT SEPERTI INI KAU MASIH TIDAK PEDULI DENGAN PERASAAN MEREKA?!" Irene tidak bisa melupakan bagaimana reaksi para pekerja ketika Eunbi dan Eugene menjelaskan semuanya. Ekspresi yang wajib Taeyeon lihat, tapi kakaknya itu justru kabur dan tidak menghadapinya. "Bahkan sampai kakak pergi, yang kakak lakukan hanya menyusahkan orang lain dan pergi tanpa berterima kasih!"

"SIAPA YANG MENGURUS CAFE?! SIAPA YANG MENGURUS TOKO?! SIAPA YANG MEMBUAT PARA MANUSIA DATANG KESINI?! SIAPA YANG MEMBAWA DAN MENGURUS PRODUK?! SIAPA YANG MENGATUR UANG?! SIAPA HAH?!" tanya Irene berseru, menatap tajam Taeyeon yang tidak jauh di depannya. Telunjuk kanannya terangkat, "Lalu kakak? Yang kakak lakukan hanya menyuruh mereka semua melakukan tugas yang seharusnya kakak lakukan."

"Sekarang kakak ingin ritual dilakukan sekarang, beberapa jam setelah penjelasan itu..." Irene menggeleng frustasi. "Itu namanya kau egois..."

Perlahan air mata mereka mulai terlihat. Tidak hanya Taeyeon dan Irene, tapi juga adik mereka. Eunbi adalah penengah dan biasanya akan menenangkan atau melerai jika kedua kakaknya berdebat. Tapi kali ini, entah kenapa kakinya menolak untuk digerakan. Terlalu lelah untuk melangkah dan menghentikan semuanya.

Eunbi juga belum siap.

Tanpa mereka sadari pula, seluruh pekerja mendengar perdebatan itu dari ruang kerja Taeyeon.

Magia UnicaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang