23

34 4 0
                                    

Eunbi mengangkat aslinya, "Tidak asing, tapi aku tidak tahu."

Taeyeon menghela napas beratnya. Sambil memasukan kembali kain itu ke dalam sakunya, ia membuka suara, "Apa yang kau lakukan di ruangan ku saat aku tidak ada?"

Seketika tubuh Eunbi meremang. Ia beruntung karena Taeyeon sedang fokus pada dirinya sendiri sehingga tidak menyadari wajah panik sang adik.

Merasa Eunbi enggan membalas, Taeyeon mendongakkan kepalanya dan menatap tajam wanita yang lebih muda 6 tahun darinya itu.

"Hm? Ngapain disana, kakak tanya?"

"Kak." Eunbi kembali berhenti bicara beberapa saat dan menunduk. Ia menghembuskan napas panjangnya sebelum mendongak dan kembali melanjutkan ucapannya. "Beberapa hari yang lalu, benar, aku pergi ke ruangan kakak..."

Melihat perubahan ekspresi Taeyeon yang terlihat bersiap menyela ucapannya, Eunbi langsung berbicara kembali. "Tapi! Tapi... aku ke sana dengan keadaan tidak tahu kalau ada ruangan rahasia dan hanya ingin membawa barang yang kakak titip ke Mingyu."

Eunbi menjeda ucapannya beberapa saat. "Apa mungkin kakak lupa, jadi aku bisa lihat pintu itu?"

"Ck." Tiba-tiba, Taeyeon teringat dengan keteledorannya beberapa waktu lalu. Hanya saja dirinya tidak menyangka kalau kesalahan kecilnya itu membuat Eunbi mengetahui lokasi bunga yang ia sembunyikan hampir 100 tahun. "Kalau aku berbohong, aku tidak ragu menggunakan sihir."

"Iya."

"Kau yakin hanya itu alasannya?" tanya Taeyeon lagi mengangkat alisnya. Ia merasakan hal aneh dari kata singkat adiknya, seakan Eunbi menutupi sesuatu yang tidak ingin dirinya ketahui.

Insting seorang kakak seharusnya tidak salah kepada adik kandungnya.

"Ya..." jawab Eunbi singkat.

Berbicara dengan Taeyeon terus membuat kepalanya pusing. Ditambah lagi, dirinya belum tidur lebih dari 24 jam.

Walau Eunbi memiliki mantra yang dapat membuatnya terjaga seperti apa yang ia berikan kepada Sunoo, tetap saja sesuatu yang instan tidak baik untuk tubuh.

Wanita itu juga ingin merasakan tidur nyenyak tanpa memikirkan kelakuan kedua kakaknya, makhluk-makhluk serta manusia yang bekerja di Magia Unica, serta pelanggan cafe yang beragam sehingga tidak menutupi kemungkinan akan ada masalah di dalamnya.

Dengan banyaknya pikiran yang membuat kepalanya terasa penuh, Eunbi mengatakan sesuatu tanpa ia pikirkan terlebih dahulu.

"Kak, apa kita bunuh diri saja, ya?"

Magia UnicaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang