80

13 3 1
                                    

Taeyeon...

Taeyeon...

Suara asing itu membuat sang pemilik nama membuka matanya perlahan. Tanah yang terakhir ia lihat berwarna cokelat berubah menjadi putih tanpa tekstur apapun, seakan ia sedang melayang tapi juga menapak. Bunga yang tadi Taeyeon sentuh ikut menghilang pula. Penyihir itu menebak kalau dirinya berada di tempat lain. Pemandangan putih terang yang tak terlihat ujungnya.

"Tempat apa ini?" gumamnya berbicara pada dirinya sendiri. Ia berdiri sambil mencoba menemukan kekuatan yang ada pada tempat itu menggunakan sihirnya, tapi ia tidak dapat menemukan apapun. Perasaan hampa dan kosong ini membuatnya mengernyit tidak nyaman, "Apa ini surga?"

"Tentu saja belum."

Deg.

Mendengar balasan tu membuat Taeyeon reflek berbalik. Disaat yang bersamaan matanya terbelalak, mulutnya menganga kecil. Ia tidak bisa mengatur ekspresi terkejutnya setelah melihat siapa yang muncul di depannya.

"Akhirnya kita bertemu lagi ya... Taeyeon."

"Kalian..." Penyihir itu tidak bisa mengatakan apapun. Banyak hal yang mulai memenuhi pikirannya. Bertanya-tanya bagaimana bisa wujud 8 perempuan yang muncul dihadapannya terlihat sama seperti beberapa abad lalu.

Keadaan hening itu berlangsung selama beberapa puluhan detik sebelum salah satu dari mereka muncul dari belakang dengan cepat.

"Pertanyaan cepat," sahutnya tanpa beban. "Kau ingin pergi bersama kami disini atau bersama adik-adikmu dan yang lainnya?"

Karena terlalu syok, Taeyeon menyadari otaknya tidak bisa diajak bekerja sama untuk memproses pertanyaan itu. "Tunggu. Apa?"

"Hei, Sooyoung, kau terlalu cepat bertanya," tegur Sunny menepuk bahu Sooyoung dari belakang. Sedikit kesal karena tiba-tiba wanita itu menerobos ke depan dan menyenggol bahunya. "Kenapa juga kau harus buru-buru ke depan?"

Si paling muda, Seohyun, yang sekarang berdiri paling belakang mengedarkan pandangannya ke sekitar. Tatapannya berakhir pada pintu yang muncul sejak awal ia datang, lalu menoleh ke depan, "Sepertinya kita menutupi pandangannya, Kak Taeyeon harus melihat ini supaya mengerti."

"Siapa pula yang menyuruh kita berdiri disini, ayo minggir!" seru Sunny mendorong pelan dua lengan yang mengapit dirinya tanpa melihat siapa pemiliknya. Tapi mereka semua menurut dan membiarkan Taeyeon yang masih dengan sisa-sisa syoknya melihat pintu tersebut.

"Apa kau tahu pintu ini?" sahut Jessica membuat Taeyeon menoleh bingung. Jari telunjuk kanannya tiba-tiba terangkat ke atas. "Ini akan mengarahkan kita ke tempat itu."

"Dan sebenarnya ini sudah ada sejak kita berada disini," tambah Yoona diikuti oleh anggukan setuju 7 wanita lainnya. "Saat kau datang, tiba-tiba pintu itu terbuka."

"Jadi pertanyaan cepat- ADUH!"

"Bisa sabar dulu tidak?!" Hyoyeon menahan dan langsung menutup mulut Sooyoung yang berdiri di sampingnya.

Taeyeon yang mengamati kelakukan 8 wanita itu tidak tahu hatus bereaksi apa. Penyihir itu mengira mereka akan menyalahkan atau memarahinya, tapi ternyata tidak. Bahkan sikap mereka tetap samaㅡtersenyum dan memecahkan suasana serius yang Taeyeon buat. Mungkin sekarang hanya cara pandangan Taeyeon yang berubah.

"Apa kau sudah memutuskannya?" Pertanyaan Tiffany menyadarkan Taeyeon dari lamunannya. "Jangan tegang, ini bukan salahmu."

Entah kenapa, ucapan itu membuat Taeyeon mengernyit. "Bukan salahku? Tunggu dulu. Bukankah itu aneh? Aku sudah menyakiti kalian, membuat kalian semua sedih karena sikapku, bahkan kalian terjebak di dalam bunga ini sebagai kutukan. Apa itu bukan salahku?"

"Apa kita bisa bilang kalau ini salah kita semua?"

Magia UnicaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang