79

12 3 2
                                    

"Kak-"

"AKU INGIN MENYELESAIKAN SEMUA INI!" seru Taeyeon tidak mau memberikan Irene kesempatan berbicara. Dia muak. Belum lagi ia dapat merasakan Eunbi menahan emosinya yang mungkin sudah meledak-ledak.

Sementara Yuna yang baru setengah jalan reflek menghentikan langkahnya. Ia meringis ngeri. Perlahan ia menghembuskan napas, mencoba menguatkan diri untuk berbicara dengan pemilik Magia Unica itu. "Bu Taeyeon..."

Panggilan samar Yuna membuat sang pemilik nama melirik. Walaupun jarak mereka berjauhan, Taeyeon menyadari tatapan penuh arti gadis itu. Yuna melangkah pelan mendekati Taeyeon dan ketika sudah lebih dekat, ia melanjutkan ucapannya, "Bu Taeyeon bisa melakukannya sekarang..."

Yuna. Salah satu pekerja yang paling sering membuat Taeyeon tersenyum bangga. Ditemukan sedang melukis pemandangan taman sendirian untuk mengalihkan kesedihan akibat tuntutan keluarga, saat itu memeluk penyihir itu untuk pertama dan terakhir kalinya.

Taeyeon belum mempunyai keberanian untuk membalas pelukannya. Ia tidak pernah merasakan hal seberat ini. Semakin sulit baginya untuk melepaskan Magia Unica dan mereka yang ada di dalamnya.

Seluruh pekerja yang bergiliran masuk ke dalam ruang rahasia membuat Taeyeon menyadari Yuna juga sedang melepas pelukannya.

Sebenarnya perasaan gengsi yang sudah tumbuh dalam diri Taeyeon masih ada. Tapi wanita itu tidak ingin menahan diri lagi. "Aku tidak pernah mengatakannya, tapi aku minta maaf karena tidak bisa mempertahankan tempat ini lebih lama lagi. Ketika aku pergi, maka Magia Unica akan menghilang. Aku juga terlambat menceritakan yang sebenarnya tentang tempat ini. Aku... Minta maaf."

"Justru kami ingin berterima kasih karena Bu Taeyeon sudah mengatakan yang sebenarnya," sahut Yuna mengembangkan senyum. "Bu Taeyeon bisa melakukan ritualnya."

Taeyeon tersenyum tipis, "Terima kasih..."

Irene yang merasa situasi mulai membaik menghembuskan napasnya. Ia tidak sadar, berdebat dengan Taeyeon ternyata memberikan waktu kepada para pekerja untuk meyakinkan perasaan masing-masing. Jika mereka sudah menerimanya, maka tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi.

Ia menoleh kearah Taeyoung. Mereka berkontak mata seakan saling berbicara melalui batin. Yang pasti, pria itu mengangguk singkat setelah sadar dengan sinyal Irene.

"Baiklah... Eugene dan aku akan membuat lingkarannya. Kau Eunbi, tolong minta mereka semua untuk mundur lalu bantu kami," perintah Taeyoung sambil menunjuk para pekerja, langsung dituruti oleh Eugene dan Eunbi. Lalu ia menoleh pada Irene lagi, "Kau bantu aku."

Taeyeon menepuk bahu Yuna setelah dirinya merasa kalau ini sudah waktunya. "Pergilah kesana... Kita akan bicara lagi setelah kutukanku menghilang."

"A-aku harap Bu Taeyeon tidak terbebani karena kami. Karena tanpa Bu Taeyeon, kami mungkin tidak akan sebahagia ini menjalani hidup. Bu Taeyeon pasti tahu kan?"

Ucapan Yuna membuat sang pemilik nama yang ingin berbalik jadi mengurungkan niatnya. Taeyeon mengangguk, membuat Yuna mengembangkan senyumnya lalu berlari kecil menuju pintu dimana para pekerja Magia Unica berdiri. Sementara, Taeyeon memandangnya selama beberapa saat sebelum ia berjalan ke depan pusat kutukan.

Penyihir itu duduk bersimpuh dekat dengan para bunga. Taeyeon menoleh mencari Eugene dan Taeyoung, terlihat mereka sudah selesai membuat lingkaran dan siap memulai. Ia menghembuskan napas untuk menghilangkan gugup dan memejamkan mata.

Butuh waktu beberapa detik sampai Taeyeon mendengar mantra yang diucapkan oleh Taeyoung, Eugene, dan kedua adiknya. Tepat saat itu pula pandangannya yang gelap berubah menjadi terang.

Magia UnicaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang