68

19 2 2
                                    

Seorang pria berlari menggendong anak perempuan keduanya yang berusia 8 tahun. Disampingnya terdapat anak perempuan pertama yang 2 tahun lebih tua dari adiknya, mencoba mengikuti tempo sang ayah. Sementara, tidak jauh dibelakang mereka, terdapat wanita dengan jubah panjang menutup anak perempuan terakhirnya yang masih berusia 4 tahun.

Pasangan suami istri itu berusaha mencari tempat persembunyian terbaik untuk ketiga anaknya, walau sudah 10 menit tidak menemukan apapun.

"Ayah, aku lelah..."

"Jangan berhenti berlari, Taeyeon, tunggu sebentar lagi."

Karena langkah kakinya mulai melambat, anak 10 tahun bernama Taeyeon itu bertemu dengan sang ibu yang sebelumnya ada di belakang.

"Ayo, Taeyeon," ucap wanita itu memberikan dorongan kecil pada punggung anaknya.

Mereka kembali berlaei sampai netra pria itu melihat sebuah mercusuar tua di dekat tebing. Memang sudah tidak terpakai lagi, tapi beberapa orang mengatakan bahwa ada sekelompok anak yang menggunakan tempat itu untuk bermain.

Sang ayah yang memimpin langsung mengarahkan keluarganya menuju mercusuar itu. Membutuhkan waktu 2 menit sampai akhirnya keluarga kecil berisi 5 penyihir ini sampai di depan pintu.

Sebelum masuk, pria yang dapat disebut sebagai kepala keluarga itu mengintip melalui celah pintu dan mendapati beberapa anak sedang bermain disana. Menjelaskan mengapa ia melihat cahaya kecil dari kejauhan.

"Aman... Ayo masuk," ucapnya menoleh sesaat lalu kembali dan perlahan membuka pintu.

Tentu saja kehadirannya membuat 8 anak perempuan yang ada di dalam sana langsung menghentikan aktivitasnya. Mereka tidak mengenal pria itu sehingga langsung berkumpul untuk melindungi satu sama lain dengan tubuh menegang. Tapi, beberapa saat kemudian, mata mereka teralih ketika melihat pria itu berpindah posisi dan membiarkan dua anak perempuannya yang berumur 10 serta 8 tahun masuk ke dalam.

"Kami minta maaf karena menganggu waktu bermain kalian," ucap seorang wanita masuk, diikuti oleh suaminya yang ada di belakang lalu menutup pintu. Wanita itu meletakan anak perempuan terkecilnya di dekat dinding setelah menaruh jubahnya diatas lantai dan menoleh ke sekelompok anak-anak itu, "Kami hanya ingin menitipkan anak kami sebentar, apa boleh?"

"B-boleh..." jawab salah satu dari mereka.

"Terima kasih..." balas wanita itu tersenyum lalu mengalihkan pandangannya menuju dua anak yang berdiri kaku, tak jauh dari pintu. "Taeyeon, Irens, ayo kesini. Kalian harus tidur."

Kedua anak itu menurut dan berjalan cepat mendekati sang ibu lalu memeluknya. Entah bagaimana mereka bisa reflek mengeratkan pelukannya, padahal Taeyeon maupun Irene tidak tahu bahwa ini akan menjadi pelukan terakhir bersama ibu mereka.

Sementara, pria yang menjadi ayah mereka berjalan mendekati sekelompok anak-anak yang masih berkumpul. Ia berlutut, menyamakan tingginya dsngan tinggi para anak perempuan itu.

"Aku punya sedikit permintaan... Apa kalian ingin berteman dengan anakku? Melihat dari wajah kalian, sepertinya umur kalian tidak jauh dari anakku," ujarnya langsung dibalas oleh 8 anggukana kepala. Pria itu tersenyum tipis dan sedikit mengangkat tangan kanannya ke depan. "Apa kalian bisa menempelkan salah satu telunjuk kalian ke telapak tanganku? Ini seperti perjanjian."

"Biasanya kami melakukan perjanjian dengan jari kelingking," sahut salah satu anak perempuan yang berdiri di belakang dengan suara kecil, membuat pria itu terkekeh dan menurunkan tangannya.

"Begitu kah? Baiklah, kita lakukan dengan kelingking," ucapnya mengikuti aragan dari anak perempuan yang berdiri paling depan. Seluruh jari ditekuk, menyisakan kelingking yang terbuka sendirian. Setelah melakukannya, pria itu kembali mengarahkan tangannya kanannya ke depan. "Jadi, aku harus bagaimana setelah ini?"

"Begini." Anak perempuan yang paling depan itu mendekat dan menautkan kelingking tangan kanannya dengan kelingking tangan kanan pria itu. Ia menggerakan tangannya keatas dan kebawah selama 2 kali lalu melepaskannya. "Tidak sulit, kan?"

"Benar," jawab pria itu terkekeh pelan. "Bisa kau ulangi lagi?"

Anak perempuan itu mengangguk menurut dan kembali menautkan kelingking dengannya. Tepat saat itu pula, pria itu mengucapkan kata-kata atau biasa disebut mantra yang tidak terlalu didengar oleh anak-anak di depannya.

Dia melakukannya tidak hanya satu, tapi kepada 7 anak lainnya yang perlahan antusias menunggu giliran untuk melakukan perjanjian jari kelingking itu. Bahkan ketika sudah tersihir pun, 8 anak perempuan itu tidak merasakan hal aneh.

Pria itu memandang mereka penuh arti, "Tolong temani anak-anakku sampai mereka benar-benar pergi, ya?"

Magia UnicaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang