67

17 2 0
                                    

"Kenapa kau menyembunyikan bunga-bunga itu dari pekerjamu?" tanya Eugene memandang 8 bunga kuning yang bersinar terang karena kekuatan besar yang mereka miliki. Ia menoleh kearah Taeyeon yang belum menjawab, "Apa kau malu?"

"Tidak!" seru Taeyeon reflek menoleh. Ia otomatis mengendalikan dirinya setelah menyadari intonasinya yang bercampur emosi dan langsung mengalihkan pandangannya ke depan. Sambil mengatur kembali dirinya, Taeyeon kembali berbicara dengan nada pelan, "Bukan begitu."

"Jadi, mereka belum tahu apapun tentang kutukanmu?"

"Ada beberapa pekerja yang sudah aku beritahu sendiri, tapi ada diffecial yang tidak sengaja menemukan tempat ini," jawab Taeyeon lalu menghela napasnya.

"Kenapa kau melakukannya? Kutukan bukan sesuatu yang wajib disembunyikan," ucap Eugene memperhatikan perubahan ekspresi Taeyeon.

"Ku pikir kakak memang malu membicarakannya. Tapi, dia masih kau memberikan tempat untuk beberapa makhluk menyelamatkan diri. Mungkin sebagai gantinya, Taeueon meminta mereka untuk bekerja. Itu juga mempercepat penambahan kekuatan para bunga. Iya 'kan, Kak?" sahut Eunbi tiba-tiba muncul diantara keduanya lalu menoleh kearah Taeyeon.

Eunbi sudah mengetahui tentang identitas serta maksud kedatangan Eugene dan Taeyoung ke Magia Unica, setelah mereka berdua menjelaskan. Sama seperti Irene, responnya juga tenang. Tapi, Eunbi banyak berpikir dan sering kali bertanya-tanya.

Taeyeon tidak menjawab ucapan adiknya dan mengalihkan pandangan. Ia menatap salah satu bunga kuning itu reflek bertanya, "Kita tidak mungkin mengambil kelopaknya, jadi bagaimana caranya kita bisa membaca memorinya?"

"Kita bisa menggunakan sihir Ebenezer yang lain bukan? Apa kau tidak mempelajarinya di sekolah sihir?" tanya Taeyoung membuat Taeyeon tersentak. Wanita itu jadi semakin tidak ingin menjawab, tapi ia lupa kalau adiknya adalah Irene dan Eunbi.

"Dia dikeluarkan dari sekolah setelah menerima kutukan, aku dan Eunbi juga tidak resmi lulus," lapor Irene jujur. "Kalian beritahu saja prosedurnya."

"Baiklah, kalau begitu aku dan Taeyeon akan masuk," sahut Eugene membuat si pemilik nama yang merasa terbawa-bawa reflek menoleh.

"Kenapa kau harus ikut?" tanya Taeyeon mengerutkan dahi.

"Kenapa? Ayahmu adalah anakku," jawab Eugene dengan ekspresi polosnya lalu menarik tangan kanan Taeyeon dan mengembangkan senyumnya. "Kau mirip sekali dengannya."

Taeyeon mendecak, ia melirik kearah Taeyoung yang tak jauh di belakang mereka. "Cepat lakukan saja."

Eugene yang melihat itu hanya bisa terkekeh sambil menoleh kedepan.

"Dekatkan diri kalian pada bunga itu dan pegang salah satu kelopaknya. Harus sama, tidak boleh ada yang berbeda atau kalian akan terpisah karena masuk ke memori yang berbeda," jelas Taeyoung memperingati.

"Jangan lepas peganganmu, ya," ucap Eugene mengeratkan genggaman tangan kirinya pada tangan Taeyeon. Sementara, wanita yang ada disampingnya itu mengangguk kecil sebagai balasannya.

Melihat mereka sudah memegang kelopak bunga yang sama, Taeyoung berjalan mendekat dan berhenti di belakang mereka. Ia memegang salah satu pundak kedua wanita itu sambil mengucapkan kata-kata yang sebagiannya bisa Taeyeon pahami. Dan sesaat kemudian, pandangannya bercahaya.

Magia UnicaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang