87

10 3 1
                                    

"Yeji."

Panggilan Eunbi membuat sang pemilik nama dan seorang laki-laki yang berdiri di sampingnya menoleh bersamaan.

"Kau selanjutnya," lanjut penyihir itu dengan tatapan mencoba menyakinkan Yeji kalau sihirnya aman.

Pekerja yang berwujud asli peri itu mengangguk, berniat untuk melangkah sebelum pergelangan tangan kirinya ditahan oleh seseorang.

"Ada apa?" tanya Yeji memandang Jaemin yang menunduk, tidak berani membalas tatapannya.

"Aku kau harus pergi?" tanya Jaemin membuat Yeji mengerutkan dahi. Merasa tidak ada jawaban, salah satu manusia diffecial itu mengangkat wajahnya, membalas pandangan gadis itu. "Mungkin kau bisa berubah menjadi wujud aslimu lalu pergi bersama kami. Ada tempat untuk para diffecial, apa... kau tidak bisa ikut bersama kami?"

Berada di dunia manusia selama lebih dari ratusan tahun membuat Yeji peka dalam banyak hal. Termasuk maksud tersirat dalam kata laki-laki itu. Yeji menghela napasnya sebelum menurunkan tangan Jaemin yang menahan dirinya. Ia menggeleng pelan, "Terima kasih atas tawarannya, tapi... aku punya rumah."

Ucapan itu seakan menusuk Jaemin dari depan. Ia mencoba mengatur napasnya saking menahan diri untuk tidak terlihat menyedihkan di hadapan orang yang diam-diam disukainya. Jaemin memutuskan kontak mata, melihat ke segala arah tanpa tujuan yang jelas, "Baiklah... aku mengerti."

Gadis yang ada di depannya itu tersenyum tipis lalu berbalik, melangkah menuju Eunbi dan mengarahkan tangannya ke depan. Wujudnya mulai berubah mulai dari kakinya seiring Eunbi membuka kontrak sama seperti yang Taeyeon lakukan.

"Apa aku boleh minta bantuan?"

Eunbi mengangkat bola matanya sesaat, "Bantuan seperti apa?"

"Aku juga ingin dicari."

Itu lah ucapan terakhir Yeji sebelum berubah menjadi peri, wujud manusianya menghilang. Ia mulai beradaptasi dengan sayapnyaㅡterbang hingga berputar sekali sebelum kembali menuju Eunbi. Ukuran tubuhnya hanya sebesar telapak tangan penyihir itu. Tapi hal tersebut tidak menghambatnya untuk memulangkan Yeji ke rumahnya, Taman Rousevelt.

Jaemin melihat kepergian peri itu langsung mendongakkan kepalanya, mencoba untuk tidak membiarkan air matanya jatuh. Ia sedikit meruntuki dirinya karena tidak pernah mengatakan apapun pada Yeji, bahkan melewatkan kesempatan terakhirnya karena tidak ingin menganggu tujuan sang peri untuk kembali ke rumahnya.

"Yeji ingin dicari," sahut Eunbi tanpa Jaemin sadari sudah berada di depannya dan meraih tangan kanannya untuk membuka kontrak.

"Hm?" Jaemin menurunkan kepalanya, tidak mendengar jelas. "Apa?"

"Yeji juga ingin dicari."

Jaemin reflek mengerutkan dahi, melihat Eunbi yang masih sibuk membuka kontraknya. Keadaan tenang hening sampai Eunbi menurunkan tangan Jaemin dan membalas pandangannya, "Kenapa? Apa yang kau pikirkan? Kau masih punya kesempatan untuk bertemu dengannya."

"Tapi manusia dan peri tidak bisa bersama," balas Jaemin membuat penyihir yang ingin melanjutkan tugasnya untuk membuka kontrak Jaehyuk jadi menoleh.

Eunbi menghela napas sambil tersenyum paksa, "Memangnya hubungan kalian harus berakhir dengan menjadi pasangan? Yakin bahwa perasaan kalian sama, sepertinya itu sudah cukup."

Sesaat kemudian, penyihir itu kembali melangkah menuju Jaehyukㅡmelanjutkan tugasnya. Sementara, Jaemin diam tertegun, perlahan menunduk. Ia mengerutkan dahi karena berpikir keras.

"Hmm..."

Apa aku harus pergi ke taman itu?

Magia UnicaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang