26

30 3 0
                                    

"Sejak kapan kau mengetahuinya, hah?!"

Taeyeon melepaskan kerah baju Seungmin dan mendorong tubuhnya ke lemari membuat beberapa barang yang ada disana hampir saja jatuh.

Wanita itu mengeluarkan tongkatnya lalu mengarahkannya pada laki-laki yang meringis kesakitan di punggungnya.

"Jawab aku! Kau memberitahunya pada orang lain?!"

"Tidak..."

"Jangan bohong, Seungmin!"

"Aku belum menceritakannya pada siapapun, Bu Taeyeon..." jawab Seungmin mencoba berdiri tegak walau kakinya masih terasa sakit. "Apa yang harus aku lakukan supaya kau percaya?"

Tepat setelah Seungmin berbicara, suara pintu yang dibuka kencang membuat netra Taeyeon teralih. Terlihat Eunbi dengan napas tidak beraturan menatap sang kakak dengan mata tajam.

"Belum cukup kakak menyerangku, sekarang Seungmin?"

Eunbi menegakan tubuhnya lalu menutup pintu. Ia berjalan cepat, dirinya berpikir untuk berhenti diantara Taeyeon dan Seungmin agar laki-laki yang terlihat terkejut itu tidak lagi dilukai oleh kakaknya.

Jika Eunbi tidak menyadarinya dan bergerak cepat, bisa-bisa Seungmin mati di tangannya lalu kutukan Taeyeon akan bertambah karena membunuh manusia.

Sesampainya ia di depan Seungmin, Eunbi menutup ujung tongkat Taeyeon. "Apa yang kakak lakukan sebenarnya?"

Emosi Taeyeon semakin memuncak setelah melihat sang adik ikut campur dalam urusannya. Ditambah lagi, Eunbi menghalangi tongkatnya.

"Lepas!"

"Tenang, Kak!" seru Eunbi diam-diam menggunakan salah satu sihir buatannya untuk meredakan emosi Taeyeon dan dia berhasil memegang kendalinya.

Tak lama kemudian, Eunbi merasakan tangan kanan Taeyeon yang melemas hingga ia harus menurunkan tangannya. Tongkatnya juga menghilang.

Sayangnya, sihir yang baru Eunbi buat beberapa tahu lalu tidak sepenuhnya berhasil menaklukan emosi Taeyeon. Setidaknya wanita itu sudah mengambil kendali dan bisa melepaskannya kapan saja.

Tapi, Eunbi harus membagi kefokusannya antata menjaga Seungmin dan membuat kakaknya tidak kembali mengamuk.

"Kau berbohong, Eunbi."

"Apa- Oh." Kak Taeyeon sudah sadar ternyataㅡEunbi dengan tegas menatap mata Taeyeon. "Aku terpaksa. Aku tahu kakak akan menyerang Seungmin jika aku bilang, tapk aku tidak menyangka akan seperti ini jadinya jika kakak mencari tahu srndiri."

Eunbi menghela napas beratnya, menyadari susahnya menahan emosi Taeyeon yang berusaha untuk keluar. "Kak... Aku tahu terkurung karena kutukan dan tempat ini tidak menyenang, tapi-"

"Kau tahu apa?!"

Eunbi dan Seungmin membulatkan matanya kaget. Tiba-tiba, air mata Taeyeon muncul, dia menangis. Sudah lama Eunbi tidak melihat Taeyeon mengeluarkan emosi diluar marah atau mengamuk. Sementara, seungmin sendiri syok karena baru pertama kali melihat sisi lain dari pemilik tempatnya bekerja.

"Kak tidak tahu apa-apa, Eunbi!"

"Aku tahu-"

"Kak..." panggil Seungmin menepuk bahu kanan wanita yang berdiri di depannya. "Kayaknya kita harus tinggalin Bu Taeyeon sendiri dulu, biar beliau bisa tenangin diri sulu..."

"Masih ada yang harus aku katakan padanya," jawab Eunbi menghela napasnya pelan. Beberapa saat kemudian, sebuah tongkat muncul di tangannya. "Berdua saja."

"Aku masih ada urusan dengannya, Eunbi!" seru Taeyeon membuat si pemilik nama meringis kecil. Eunbi kewalahan nahan emosi yang meluap dari dalam tubuh kakaknya.

"Urusanmu berujung kematian, hukuman kakak mau di tambah?" tanya Eunbi dengan nada datar, tapi benar-benar menusuk hati Taeyeon. Sesaat kemudian, Eunbi melirik kearah Seungmin.

"Aku akan menjagamu, jadi cepat keluar dari sini."

Magia UnicaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang