57

21 3 4
                                    

"Tidak, tidak, ini pertama kali," balas Baekhyun menggeleng cepat setelah mendengar Taeyeon bertanya dengan nada panik. Sambil mengalihkan pandangannya ke depan, ia melanjutkan ucapannya, "Aku kaget. Sangat. Tapi, bukan kah aku harus menjaga perasaan lawan bicaraku? Membicara hal pribadi seperti ini pasti tidak mudah. Apa ada orang lain yang mengetahuinya?"

Taeyeon terdiam beberapa saat sebelum menjawab. "Adik-adikku, Joy, Suyeon, Yunhyeong, Jungkook, Yuta, Mingyu, IU, dan Suhyun."

"Yuta, Mingyu, IU, dan Suhyun bukan pekerja tetap 'kan?"

"Iya, mereka hanya diutus oleh pengadilan untuk membantuku," jawab Taeyeon pelan.

Keadaan menjadi hening karena pria yang ada di sampingnya belum membalas apapun.

Baekhyun tidak membuka suara karena mencoba menahan diri agar tidak membuat Taeyeon menyesal sudah bercerita. Mendengar cerita para pekerja Magia Unica dan juga wanita itu, akhirnya semuanya masuk akal. Walaupun, Baekhyun tidak mengerti mengapa Joy dan Yunhyeong yang Taeyeon sebut sudah mengetahui sejarahnya justru tidak mengungkit apapun saat mereka berbincang di ruangannya. Tapi, pria itu tidak ingin bertanya karena pasti ada alasan dibalik itu.

Sementara, Taeyeon yang ada di sampingnya juga diam karena sedang mencari kata yang tepat untuk perasaannya sekarang. Rasanya kosong, cemas, lega, semuanya bercampur aduk.

"Tapi... walaupun kau terkena kutukan, kau masih penyihir yang baik," sahut Baekhyun dengan suara pelan, tidak melihat ke lawan bicara. Justru perkataannya membuat Taeyeon menoleh. "Aku mengatakan itu bukan karena kau adalah penyihir yang aku sukai. Tapi, aku mengatakan ini dari sudut pandang salah satu makhluk yang bekerja denganmu..."

Taeyeon ingin mengatakan sesuatu. Sayangnya, bukannya mengucapkan kata pertama, ia kembali menutup mulutnya. Untung saja Baekhyun tidak menyadari itu.

"Aku kadang bertanya-tanya pada para pekerja tentang bagaimana mereka berakhir di tempatmu, mendengarkan kisahnya, dan semuanya merasa aman ketika mereka ada di Magia Unica," lanjut Baekhyun diam-diam tersenyum bangga. "Jadi, aku harap kau bisa melihat sisi baik dari tempat itu. Terkadang takdir membawa kita ke sesuatu yang lebih baik dari apa yang kita harapkan."

"Termasuk kutukanku?"

"Termasuk kutukanmu," jawab pria itu menoleh dan membalas tatapan Taeyeon. "Itu yang membuatmu bertemu dengan kami, bukan? Jika saat itu kau tidak mengeluarkan sihirmu, apa yang akan terjadi? Mungkin sampai akhir kehidupanmu, kau akan kesepian."

Taeyeon menyengir, "Apa-apaan itu?"

"Aku serius," balas Baekhyun mengembangkan senyumnya ketika mendengar Taeyeon terkekeh. "Apa yang akan terjadi jika kutukan itu terbuka?"

"Mereka yang waktu hidupnya sudah selesai akan pergi selamanya."

Entah kenapa, tiba-tiba Baekhyun merasa sesak dan tanpa sadar menurunkan sudut senyumnya. Ia mengerti, tapi berusaha untuk tidak memahami itu. "Apa?"

"Sekarang aku baru melihat reaksi aslimu," balas Taeyeon tersenyum tipis sambil memperbaiki rambut Baekhyun yang sedikit menutupi matanya. Ia mengamati perubahan ekspresi pria itu. "Artinya, ketika waktunya sudah datang  aku tidak akan pergi dan berpisah sendirian... begitu 'kan?"

Magia UnicaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang